Sekitar pukul 02.00 dini hari, di sebuah akhir pekan November 2018, saya bersama tim cek rute sebuah lomba lari di kawasan BSD City kaget bukan kepalang. Di sebuah persimpangan lintasan yang akan dilalui lebih dari 2.000 pelari pada pagi harinya, tiba-tiba saja bertumpuk ban-ban mobil menutupi jalanan.
Tumpukan-tumpukan ban serupa juga tampak sudah rapi di sejumlah belokan atau tingkungan. Tidak itu saja, pinggir jalan rupanya sudah rapi berpagar besi beton BRC (British Reinforce Concrete). Beberapa kilometer jalanan di kawasan perumahan itu praktis berubah menjadi semacam arena balapan mobil.
Rupanya siang harinya di kawasan itu akan berlangsung semacam lomba race atau balap mobil mewah. Para pemilik mobil mewah membutuhkan arena untuk melampiaskan hasrat menginjak gas mobil yang mungkin selama ini cuma dipakai pamer saat kemacetan Ibu Kota. Kalaupun ingin memacu kendaraannya sering kali mereka mengadu kecepatan di jalan tol. Beberapa kali rekaman balapan liar mobil-mobil mewah beraneka warna di jalan tol pun menjadi viral.
Waktu itu seorang rekan dari tim rute nyeletuk. ”Orang-orang yang berhobi mobil mewah mah, kayak sultan, mau apa aja bebas. Mereka bisa bayar,” katanya.
GBK Race
Pekan ini, sebuah video uji coba balap mobil di sekitar Stadion Utama Gelora Bung Karno beredar dan viral. Menurut rencana, di kawasan arena olahraga yang kini setiap pagi dan malam hari ramai oleh para penggemar lari itu akan dipakai untuk area kebut-kebutan mobil dalam acara yang disebut GBK Race, pada 5-6 Oktober 2019 mendatang.
Lomba mengadu kecepatan mobil untuk memecahkan waktu putaran yang diikuti oleh para pebalap itu pun sudah mengantongi izin dari pengelola GBK.
Protes dan petisi ramai disampaikan oleh publik, terutama mereka yang selama ini menggunakan kawasan itu sebagai tempat berolahraga.
Seputaran GBK dikenal sebagai tempat yang lumayan nyaman untuk berolahraga lari, berjalan kaki, atau bersepeda. Kawasan GBK boleh dibilang merupakan area hijau dan tempat ”kabur” dari kepengapan udara polutan Jakarta (kepengapan kantor juga, mungkin) tiba-tiba saja akan disiram udara knalpot alias emisi gas buang mobil balapan.
Publik juga menilai hajatan itu bertentangan dengan visi GBK untuk ”menjadi salah satu kawasan olahraga terintegrasi yang modern, ramah lingkungan dan unggul di dunia”.
Udara Jakarta akhir-akhir ini memang kurang baik. Bukan karena perih di mata karena gas air mata untuk membubarkan demonstran, tetapi seperti pantauan AirVisual, udara Ibu Kota akhir-akhir ini merupakan kota dengan polusi udara terburuk kedua di dunia di bawah Hanoi, Vietnam.
Pemprov DKI Jakarta sudah berusaha mengurangi tingkat polisi itu, antara lain dengan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi seperti pemberlakuan kebijakan ”ganjen”—nomor polisi ganjil genap.
Balap mobil atau otomotif memang selalu menarik perhatian. Seperti disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Jakarta pun secara resmi menjadi tuan rumah balap mobil Formula E.
Lomba balap mobil listrik itu akan berlangsung pada Juni 2020, menurut rencana di kawasan Monas Jakarta. Kawasan Monas dikenal juga sebagai kawasan ring 1 karena di sekitarannya terdapat Istana Merdeka, tempat Presiden RI berkantor.
Konon, sirkuit lintasan balap Formula E akan dibuat seminimal mungkin menganggu lalu lintas. Keberadaan sirkuit di dalam kota bukan hal baru di kota-kota negara maju. Tetangga dekat kita, Singapura akhir pakan lalu baru saja menyelesaikan balap mobil Formula 1 GP yang berlangsung di Sirkuit Jalan Raya Marina Bay.
Jalanan di Negeri Singa itu sangat memadai dengan dukungan infrastruktur yang luar biasa memungkinkan untuk dipergunakan untuk balapan mobil. Bahkan, mereka hanya dibutuhkan beberapa jam saja untuk menjadikan jalan di kotanya untuk bisa digunakan sebagai landasan pesawat terbang, seperti di Jalan Lim Chu Kang sepanjang 2,5 kilometer dan selebar 24 meter.
Berbeda dengan jalanan Jakarta yang lebih mirip jaring laba-laba. Penutupan jalan di beberapa ruas jalan saja akan menjadi ”neraka” bagi para pengguna kendaraan bermotor, seperti warga rasakan pada Selasa dan Rabu (24-25/9/2019) saat sejumlah jalan ditutup akibat unjuk rasa menolak sejumlah RUU kontroversial.
Para pelari yang pernah ikut ajang Jakarta Marathon, mestinya pernah merasakan bagaimana dicaci maki oleh para pengguna jalan yang merasa terganggu. Bukan hanya raungan gas atau jeritan klakson, tetapi seisi kebun binatang diabsen para pengguna jalan untuk menghardik para pelari.
Eh, Formula E kita tunggulah bagaimana ceritanya…. ***