Selasa, 02 Juni 2015

Ekonomi 2015, Ekspansi Terbatas

Ekonomi 2015, Ekspansi Terbatas

Firmanzah  ;  Rektor Universitas Paramadina dan Guru Besar FEUI
KORAN SINDO, 01 Juni 2015


                                                                                                                                                           
                                                
Memasuki Juni, akhir semester I 2015, merupakan saat yang tepat untuk refleksi pertengahan tahun tentang kondisi perekonomian global dan nasional. Evaluasi menjelang berakhirnya semester I 2015 menunjukkan indikasi bahwa perekonomian dunia dan nasional masih akan tumbuh, tetapi terbatas.

Sejumlah faktor, baik ekonomi maupun nonekonomi, diidentifikasi menjadi penyebab mengapa pertumbuhan ekonomi tidak setinggi seperti yang diproyeksikan. Akibatnya baik pelaku usaha maupun pengambil kebijakan mencoba untuk realistis dan berusaha menyesuaikan dengan situasi saat ini. Banyak kalangan mencoba merevisi optimisme yang tinggi terhadap kinerja perekonomian global dan nasional di awal tahun 2015. Masih tidak menentunya arah perbaikan perekonomian membuat otoritas pengambil kebijakan terus bersikap antisipatif dan cepat menyusun policy-responses terhadap gejolak eksternal. Hal ini penting bagi Indonesia agar perekonomian nasional tetap berdaya tahan dan berdaya saing.

Meskipun terlalu dini untuk menyatakan realisasi kinerja perekonomian dunia dan nasional untuk tahun ini, sejumlah faktor dapat kita gunakan untuk memproyeksikan kinerja ekonomi sepanjang 2015. Sebenarnya kalau kita lihat di awal 2015, banyak lembaga internasional seperti Bank Dunia, OECD, dan IMF yang memperkirakan ekonomi dunia pada 2015 akan lebih baik dibandingkan pada 2014 dan 2013. Misalnya, laporan yang dikeluarkan Bank Dunia pada Januari 2015 menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia 2015 diproyeksikan dapat mencapai 3% dan rata-rata tumbuh 3,3% sampai 2017.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2015 lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan dunia pada 2014 sebesar 2,6% dan 2013 sebesar 2,5%.

Kelompok negara maju diprediksi mampu tumbuh 2,2% sepanjang tahun 2015-2017. Sementara kelompok negara berkembang diperkirakan tumbuh 4,8% pada 2015 dan naik menjadi 5,4% pada 2017. Hal senada juga disampaikan IMF.  Meski menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2015, IMF optimistis ekonomi dunia dapat tumbuh 3,5% pada tahun ini, lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi dunia 2014.

Namun kinerja perekonomian negara maju pada kuartal I 2015 masih mengindikasikan tingginya ketidakpastian. Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu negara yang pada awalnya memiliki optimisme tinggi di 2015 harus menghadapi realisasi pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Alih-alih tumbuh positif, ekonomi AS justru terkontraksi sebesar 0,7%.

Salah satu penyebab pertumbuhan di AS negatif adalah masih melemahnya daya beli dan konsumsi masyarakat. Pada kuartal I 2015 hanya tumbuh sebesar 1,8%, jauh di bawah kuartal IV 2014 yang mampu tumbuh 4,4%. Hal ini juga yang membuat The Fed menunda kenaikan suku bunga acuan di AS meskipun masih memberikan indikasi akan dilakukan pada akhir tahun ini.

Zona Eropa justru memberikan sentimen positif dan berbeda dari perkiraan banyak kalangan yang sebelumnya memprediksi Eropa terjebak dalam stagnasi.
Ekonomi 19 negara yang tergabung dalam zona Eropa tumbuh sebesar 1,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Bila dibandingkan dengan kuartal IV 2014, pada kuartal I 2015 mereka tumbuh sebesar 0,4%. Hal menarik lainnya, pada kuartal I 2015, negara seperti Prancis, Italia, dan Spanyol mencatatkan pertumbuhan positif dan mampu keluar dari stagnasi di periode sebelumnya. Prancis mampu tumbuh sebesar 0,6%, Italia 0,3%, dan Spanyol 0,9%. Jerman pada kuartal I 2015 mampu tumbuh sebesar 0,3%. Meskipun masih terlalu dini menyatakan zona Eropa telah keluar dari stagnasi, realisasi pertumbuhan pada tiga bulan pertama di tahun 2015 memberikan optimisme baru bagi para pelaku usaha di zona tersebut.

Berbeda dari zona Eropa, berkaca pada realisasi pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal I 2015, saat ini kita mencoba untuk realistis terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di tahun ini. Pada awalnya, optimisme terlihat di awal tahun ketika dalam penyusunan APBN-P 2015 disepakati target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi 2014 sebesar 5,02%.

Namun ketika BPS memublikasi data bahwa ekonomi kita hanya mampu tumbuh sebesar 4,71% di kuartal I 2015, banyak kalangan meragukan apakah kita mampu tumbuh setinggi target APBN-P 2015. Selain itu, sejumlah indikator seperti daya beli masyarakat dan belanja pemerintah selama bulan April- Mei juga belum menunjukkan lonjakan peningkatan berarti.

Hal ini memberikan indikasi bahwa besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2015 tidak setinggi seperti yang kita harapkan.

Untuk mengejar pertumbuhan ekonomi seperti target APBN-P 2015 sebesar 5,7%, kita akan mengandalkan kinerja kuartal III dan IV 2015. Periode Juli-Agustus-September (kuartal III 2015) menjadi sangat penting karena sejumlah sektor seperti konsumsi dan belanja pemerintah berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara periode Oktober-November-Desember (kuartal IV 2015) perlu kesiapan dan kehati-hatian mengingat banyak kalangan yang memperkirakan di masa inilah The Fed akan menaikkan suku bunga acuan mereka. Langkah The Fed menaikkan suku bunga kemungkinan besar akan diikuti BI menaikkan BI Rate untuk mengurangi risiko capital-outflow. Kalau BI menaikkan suku bunga, hal itu akan memukul sektor riil dan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV 2015 tidak akan setinggi yang kita harapkan.

Sementara itu sejumlah faktor eksternal seperti tren naiknya harga minyak mentah dunia, menguatnya dolar AS, melemahnya harga dan permintaan komoditas ekspor Indonesia juga membatasi ruang ekspansi ekonomi nasional.
Faktor-faktor tersebut masih akan kita hadapi sepanjang tahun 2015 dan memerlukan antisipasi untuk tidak membuat ruang ekspansi ekonomi nasional semakin terbatas. Sejumlah stimulus ekonomi berupa relaksasi aturan LTV, tax-holiday, relaksasi pajak, dan kebijakan baru tentang KUR yang saat ini tengah dirumuskan perlu dipercepat penerapannya. Hal ini bertujuan menguatkan kembali daya beli masyarakat di tengah tren perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih sejumlah industri nasional saat ini juga diberitakan telah merumahkan karyawan kelompok outsourcing dan honorer terkait dengan melambatnya permintaan domestik.

Melihat sejumlah data di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ekonomi dunia dan nasional masih akan tetap tumbuh positif di sepanjang tahun 2015. Memang ruang ekspansi ekonomi akan terbatas lantaran berbagai macam persoalan yang harus kita carikan solusinya terutama persoalan domestik.

Kondisi seperti itu membutuhkan strategis baru baik di tingkat pengambil kebijakan, korporasi, rumah tangga maupun individu untuk menyiasati kondisi yang ada. Hal terpenting adalah para pengambil kebijakan nasional tetap memperkuat fundamental perekonomian nasional agar kita dapat rebound di tahun 2016. Sementara di tingkat mikro, perencanaan bisnis dan belanja di tingkat rumah tangga perlu disesuaikan mengikuti terbatasnya ruang pertumbuhan ekonomi nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar