Menegakkan
Solidaritas Sosial
Siti Muyassarotul Hafidzoh ; Peneliti pada Program Pasca Sarjana UNY
|
SUARA
KARYA, 30 November 2012
Solidaritas
kebangsaan kita sedang terkoyak. Konflik sosial antar suku dan etnis masih
sering terjadi dan membahayakan. Lampung menjadi saksinya. Baru-baru ini, ada
10 orang meninggal dan 2 ribu orang mengungsi. Konflik antar etnis dan suku
ini menjadi kabar buruk bagi Indonesia. Jalan damai dan penuh kasih sayang
yang selama ini terbina ternyata belum menancap kuat. Semangat toleran dalam
masyarakat multikultural masih belum disadari bersama.
Ini
menjadi catatan serius buat elite bangsa. Sekarang bukan saatnya bagi elite
bangsa untuk memamerkan kekuasaan, kekayaan, kecongkakan apapun yang ada pada
benak anak bangsa. Bukan pula melanjutkan aktivitas perampokan duit rakyat
oleh para penguasa yang sulit dijangkau tangannya, sama sekali bukan.
Kesadaran
akan sesama sangat amat urgen. Tengoklah nasib saudara kita. Atau juga nasib
mereka yang telah kehilangan tempat tinggal. Mereka diliputi perasaan takut,
terancam dan sedih luar biasa. Diantara mereka satu sama lainnya saling
membutuhkan. Solidaritas sosial dalam suasana seperti ini sangat penting
diwujudkan.
Mewujudkan
solidaritas sering dinilai biasa saja. Padahal wujud sosial antar sesama ini
akan bisa membantu seseorang untuk pulih kembali dalam menghadapi cobaan
hidup. Bukan nilai kuantitas yang diunggulkan tapi perasaan berbagi pada
sesama dan jiwa menyatu antar sesama merupakan simbol yang kukuh untuk sebuah
gerakan sosial disaat yang genting dan mencekam sekarang ini.
Mengingat
sekian puluh tahun lamanya sumpah pemuda berdiri, sekian seringnya kita
terjatuh pada titik hilang kesadaran nasionalisme, sekian sering kita beradu
argumen tidak jelas yang hanya menyebabkan kericuan, dan sekian lamanya kita
lupa bahwa kita bangsa adalah satu. Saat inilah, ketika bumi pertiwi dicoba
dengan berbagai bencana, kita sebagai bangsa Indonesia tetap mampu berdiri
tegak menjunjung tinggi nilai solidaritas bangsa, mewujudkan cita-cita
bangsa, dan selalu menyadari bahwa kita adalah satu dan selamanya harus
bersatu.
Solidaritas
menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari
keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan
kepercayaan yang hidup dalam diri bangsa. Wujud nyata dari hubungan bersama
akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan persatuan.
Jika
semua bangsa bersatu baik ketika keadaan nyaman maupun tidak nyaman, akan
mudahlah bangsa ini mencapai cita-cita yang baru, yaitu mewujudkan keteguhan
solidaritas bangsa dan menjadi bangsa yang kuat.
Masihkah
mereka yang di atas berfoya-foya dalam ketakutan rakyatnya, masihkah yang
kaya bersantai dan merasa tidak peduli dengan saudaranya yang miskin,
masihkah yang aman tidak memberi perlindungan bagi yang terancam, masihkah
para pelajar hanya bermain-main tak pernah memegang satu bukupun dan
bercita-cita membangun bangsa, masihkah dan masihkah segala kegalauan dalam
warna bangsa Indonesia tak terarah, tak jelas dan tak wajar dilakukan.
Pada
dasarnya mewujudkan solidaritas sosial melalui tiga peran. Pertama, peran
keluarga, orang tua sangatlah memiliki peran yang penting dalam mewujudakn
jiwa sosial pada anaknya. Waktu yang paling banyak dihabiskan seorang anak
adalah di rumah, dari sini orang tua seharusnya menanamkan sifat sosial pada
diri anak, sehingga anak sejak kecil sudah terlatih untuk memiliki jiwa
sosial yang tinggi. Karena sejatinya, solidaritas tidak lepas dari moral dan
akhlak seseorang yang bisa mena-namkan sifat tersebut adalah orang tua yang
sejak kecil mengenal karakter dan kebiasaan anaknya.
Kedua,
peran pendidikan, sekarang ini pendidikan hanya mementingkan kecerdasan
rasio, dan mengesampingkan kecerdasan emosional dan spiritual. Pendidikan
yang seperti ini sangat membahayakan. Dan, akibat dari model pendidikan
seperti ini adalah menghasilkan siswa yang pintar namun tidak berakhlak. Ini
lebih-lebih mengerikan lagi. Menanamkan jiwa sosial pada peserta didik bukan
suatu hal yang sulit, bahkan sebaliknya, sangat mudah. Siswa setiap hari
sudah dilatih jiwa sosialnya. Dengan memiliki teman yang banyak suasana yang
bercampur dan lingkungan yang sehat di dalam lingkungan sekolah. Yang hanya
dilakukan pendidik adalah mengarahkan anak didik dengan baik.
Ketiga,
peran masyarakat. Gus Dur, mantan presiden RI pernah berstatemen atau
mengeluarkan pernyataan bahwa yang ikut membereskan Indonesia bukan hanya
tanggungjawab pemerintah, masyarakat pun memiliki peran yang sangat penting.
Begitupun dengan mewujudkan rasa solidaritas. Kerjasama antar masyarakat ini
sudah merupakan bentuk solidaritas sosial. Dengan solidaritas sosial, maka
akan terwujudlah keindahan dalam kebersamaan.
Peran-peran
yang lain juga masih banyak namun jika ketiga peran tersebut sudah
ditancapkan dalam diri seseorang, maka sifat sosial pada orang tersebut akan
tampak pada kepribadian yang luhur. Solidaritas sesama akan menciptakan
suasana tenang, tentram dan aman antar sesama bangsa.
Solidaritas
sosial ini mampu mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan
cita-cita pertiwi yang luhur. Semua yang terjadi di bumi Indonesia ini adalah
anugerah yang tidak ternilai harganya jika kita mampu mengambil hikmah dari
kejadian-kejadian yang melanda.
Dengan wujud
solidaritas, maka kita teriakkan bersama bahwa kita satu bangsa, bangsa
Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar