Pancasila
dan Karakter Bangsa
Siti Muyassarotul Hafidzoh ; Peneliti
Pendidikan pada Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta
SUMBER : SUARA
KARYA, 1 Juni 2012
Tanggal 1 Juni selalu diperingati sebagai Hari Kelahiran
Pancasila. Peringatan ini sangat penting untuk menegakkan kembali karakter
bangsa yang sedang tercabik sekarang. Pancasila mestinya dijadikan sebagai platform bersama dalam menegakkan
karakter, sehingga Indonesia mampu bangkit untuk menggapai kemajuan dan
kesejahteraan. Nilai luhur hidup berbangsa dan bernegara yang terekam dalam
Pancasila harus diaktualisasikan kembali, sehingga Pancasila menemukan kembali
etosnya di tengah gejolak sosial budaya yang makin kompleks sekarang.
Aktualisasi nilai Pancasila tentunya sangat tepat kalau dilakukan
dalam lembaga pendidikan. Di sinilah pentingnya Pendidikan Pancasila. Terkait
Pendidikan Pancasila, UU No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 2 sudah menyatakan bahwa 'Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945'. Ini sudah jelas sekali status hukumnya, sehingga lembaga pendidikan
harus berperan aktif dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam
kurikulum pendidikan dan pola pembelajaran.
Pada hakikatnya, Pendidikan Pancasila adalah upaya sadar diri suatu
masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan
kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan negara
secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan
dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik), serta mampu mengantisipasi hari
depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika
budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasionalnya.
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi,
dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar
negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.
Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara
Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas
keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah,
pulau, adat-istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit yang jauh berbeda
satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Bangsa ini sedang berjuang menegakkan kembali karakternya yang
sedang runtuh. Keruntuhan karakter bangsa justru terletak pada kondisi kaum
terdidik yang mulai kehilangan sensitivitas karakternya. Yang duduk menjadi
pejabat negara tak lain adalah kaum terdidik yang telah menyelesaikan studinya
di perguruan tinggi. Para koruptor yang tertangkap dan dipenjara adalah kaum
terdidik yang telah kenyang dengan materi kuliah. Wakil rakyat yang begitu
terhormat dalam sidang adalah kaum terdidik yang mendapatkan amanah rakyat.
Elite partai juga seorang terdidik yang telah sukses di bangku kuliah dan
bangku aktivis pergerakan ekstra-kampus.
Mereka semua adalah kader terbaik bangsa ketika mereka menempuh
studi. Tetapi, mengapa korupsi yang terjadi pada bangsa ini justru dilakukan
oleh kaum terdidik yang duduk di berbagai jabatan bergengsi? Bahkan, lebih dari
30 persen kepala daerah justru tersangkut korupsi setelah mereka lengser
jabatan? Ini petanda buruk yang sangat besar pengaruhnya bagi Indonesia masa
depan. Kalau hal ini terus saja dibiarkan, Indonesia bisa tenggelam dalam
kerumun-an warganya yang abai dengan masa depan.
Nilai Luhur
Karakter bangsa harus kembali ditegakkan. Me-negakkan karakter ini
tak lain adalah dengan menegakkan kembali nilai-nilai luhur yang sudah
diwariskan para leluhur bangsa. Warisan nilai luhur di berbagai daerah sudah
banyak sekali, tinggal bagaimana memahami, mengelola dan menjadikannya sebagai
spirit kehidupan kebangsaan. Nilai luhur itu harus diejawantahkan dalam
kurikulum pendidikan, sehingga dapat diajarkan kepada generasi masa depan yang
akan memimpin Indonesia.
Pancasila merupakan saripati nilai luhur bangsa yang dikonsepsikan
oleh Bung Karno. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah, dan Keadilan
merupakan nilai-nilai luhur yang sudah diajarkan para leluhur bangsa. Kemudian,
Bung Karno mengkonsepsikan itu sebagai falsafah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Penciptanya adalah bangsa Indonesia sendiri, bukan Bung Karno,
sehingga tugas bersama untuk mengaktualisasikan nilai luhur itu dalam kehidupan
sehari-hari.
Lembaga pendidikan mempunyai peran sangat stretagis dalam
menegakkan nilai-nilai Pancasila. Mulai dari SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi,
nilai-nilai Pancasila harus dihidupkan. Kalau lembaga pendidikan mampu
mengaktualisasikan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di lembaga
pendidikan, maka masyarakat akan terdorong untuk melanjutkan dalam kehidupan
kemasyarakatan. Sinergi lembaga pendidikan dan masyarakat ini akan memberikan
efek yang sangat besar dalam menegakkan nilai Pancasila.
Kalau masyarakat sudah mampu, di situlah kehidupan kebangsaan yang
berlandaskan nilai Pancasila sedang berjalan dengan baik. Karena, bangsa ini
adalah kumpulan dari keluarga dan masyarakat yang bersama-sama membangun
Indonesia. Tugas penting tokoh masyarakat dan pengelola lembaga pendidikan ini
harus didukung bersama, khususnya kaum elite bangsa yang ada di parpol, ormas,
organisasi gerakan mahasiswa, LSM, dan khususnya pemerintah. Sementara lembaga
pendidikan akan menjadi ujung tombak yang sangat efektif untuk membangun
kembali martabat dan karakter bangsa. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar