Minggu, 10 Juni 2012

Kepemimpinan Muda


Kepemimpinan Muda
Sayidiman Suryohadiprojo ; Mantan Gubernur Lemhannas
SUMBER :  KOMPAS, 09 Juni 2012


Sekarang ramai dibicarakan tentang calon presiden 2014. Banyak yang menganggap calon-calon yang dimunculkan parpol terlalu tua. Mereka menginginkan calon-calon muda berumur maksimal 50 tahun.

Sebenarnya, yang jadi persoalan adalah kepemimpinan, yaitu kemampuan orang menimbulkan kepercayaan bahwa ia dapat membawa organisasinya maju dan mencapai tujuannya dengan mengajak dan memotivasi anggota organisasi itu bergerak bersama-sama. Seorang presiden untuk bangsa Indonesia yang begitu besar jumlah penduduk dan aneka ragam sifatnya, hidup di negara yang begitu luas wilayahnya ini jelas sekali harus mempunyai kemampuan kepemimpinan yang mumpuni.

Kepemimpinan menimbulkan kepercayaan karena ada bukti nyata, bukan hanya karena orang menyampaikan hal-hal yang bagus dan menarik. Prestasi itu hasil niat dan tekad orang untuk menghasilkan sesuatu yang lebih dari biasa. Bukan karena orang itu dibimbing belaka oleh orang lain. Ia tidak menunggu diberi kesempatan, tetapi menciptakan kesempatan.

Soekarno pada usia 25 tahun menjadi pemimpin politik yang ulung karena sanggup membentuk Partai Nasional Indonesia sekalipun dimusuhi kekuasaan kolonial Belanda. Sudirman dipilih oleh para panglima lain menjadi Panglima Besar TNI sekalipun baru umur 29 tahun karena prestasi yang dibuktikan dalam memimpin pertempuran melawan Inggris di Ambarawa.

Jadi, angkatan muda Indonesia sekarang pun bisa menjadi capres 2014 kalau ada di antara kaum muda membuktikan prestasi yang menimbulkan kepercayaan rakyat banyak tentang kepemimpinannya. Bukan karena diberikan kesempatan kaum tua, melainkan menciptakan kesempatan untuk membuktikan prestasi yang membuat banyak orang percaya atas kepemimpinannya.

Kalau PDI-P sepertinya tak bisa lepas dari Megawati, hal itu karena angkatan mudanya tak ada niat dan tekad kuat jadi pemimpin politik yang tangguh menggantikan Megawati. Kalau, umpama saja, Pramono Anung atau Budiman Sudjatmiko menunjukkan satu prestasi nyata dan membuat para anggota PDI-P lain—serta masyarakat umumnya percaya akan kemampuan mereka—maka mereka pasti sanggup menggantikan Megawati yang sudah tua. Jadi, bukan karena hanya disponsori Megawati dan Taufiq Kiemas.

Selama tidak ada kaum muda menunjukkan niat dan tekad kuat menjadi presiden RI yang gemilang, bangsa Indonesia hanya dapat mengharapkan capres-capres yang tua. Merekalah nanti yang dapat menjadi presiden RI, yang jauh lebih efektif daripada presiden yang sekarang.

Beberapa Prasyarat

Memang belum banyak kaum muda yang secara sungguh-sungguh berniat jadi pemimpin politik. Paling-paling mereka rajin menjadi pengamat politik dengan banyak teori dan selalu siap melancarkan kritik. Namun, itu jauh dari memadai untuk mendapat kepercayaan orang banyak.

Satu perkecualian yang segar adalah fenomena Joko Widodo sebagai Wali Kota Solo yang mendapat kepercayaan dan dukungan orang banyak. Sekarang ia akan berusaha melakukan hal serupa di DKI Jakarta dengan berusaha merebut kepemimpinan daerah ini. Itu pun masih harus dibuktikan bahwa di DKI pun ia dapat merebut kepercayaan masyarakat seperti di Solo.

Angkatan muda yang berniat menjadi pemimpin politik di Indonesia harus mulai dengan meninggalkan beberapa sifat negatif yang melekat pada masyarakat kita. Pertama, menunjukkan karakter yang konsisten, antara lain tidak hanya pandai mewacanakan sesuatu, tetapi juga menjalankannya dengan penuh tekad dan keberanian. Dalam hal ini, Ali Sadikin (alm) ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta dapat ditiru. Kalau itu dapat ditunjukkan, sudah ada hal yang menarik karena kebanyakan pemimpin Indonesia hanya pandai dan rajin berteori tanpa pelaksanaan yang konsisten dan konsekuen.

Kedua, harus menimbulkan kepercayaan bahwa ia pembela Pancasila yang selalu memperhatikan semboyan Bhinneka Tunggal Ika; tidak sudi dibawa satu golongan dan memojokkan golongan lain sekalipun minoritas. Ia juga harus selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang membuatnya selalu optimistis dan membawa sekelilingnya turut optimistis.

Mereka yang berniat jadi pemimpin harus memperjuangkan nasib kaum bawah untuk keluar dari kemiskinan dan meraih kesejahteraan melalui pengadaan pendidikan bermutu bagi orang banyak serta penyediaan pembinaan kesehatan untuk golongan bawah. Sebagai Pancasilais, ia pemimpin yang tangguh, tetapi tenang, ramah, dan sabar kepada siapa saja. Ia juga tidak gentar menghadapi pihak kuat, termasuk pihak asing.

Ketiga, membina keluarganya menjadi keluarga bahagia, yang anggotanya selalu mengejar yang terbaik sesuai dengan aspirasinya, bukan anggota keluarga yang bergantung pada bantuannya untuk mengejar kemajuan. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar