Infrastruktur
Ibu Kota
Yusuf Maulana Putra ; Secretary-Chairman New Force Construction Indonesia
Sumber : SUARA
KARYA, 20 Juni 2012
Masalah infrastruktur merupakan salah satu kerikil tajam yang
menghambat kemajuan DKI Jakarta. Tak terhitung lagi berapa kerugian yang
ditimbulkannya, baik materi, moral, maupun lingkungan, dan lain-lain.
Pada era Gubernur Sutiyoso, masyarakat sempat mendapatkan angin
segar lewat pembangunan transportasi massal umum busway. Tetapi, setelah sekian
tahun ternyata tidak terlihat perubahan-perubahan signifikan dalam upaya
memecahkan masalah infrastruktur transportasi umum di Ibu Kota. Minimnya
pemeliharaan menimbulkan masalah baru yang berujung infrastruktur yang sudah
ada menjadi sia-sia.
Proyek-proyek rencana induk lain yang dicanangkan untuk mengatasi
problematika transportasi umum Ibu Kota pun menuai banyak masalah. Proyek
monorel, misalnya, awalnya diproyeksikan dapat menguraikan kemacetan di
Jakarta, tetapi justru gagal bahkan mangkrak. Proyek kanal banjir yang diproyeksikan
dapat mengatasi problematika banjir juga tidak cukup membantu karena faktor
pemeliharaan.
Beberapa waktu lalu Pemprov DKI dan Gubernur DKI beserta pihak
swasta selaku kontraktor melakukan groundbreaking
proyek mass rapid transit (MRT)
dengan rute Lebakbulus-Kampung Bandan. Ini juga merupakan angin segar. Meski
terlambat, diharapkan proyek itu tidak bernasib sama seperti monorel.
Sejatinya, pangkal masalah infrastruktur di Ibu Kota adalah
minimnya terobosan oleh pihak pemprov. Tak mengherankan, kemacetan, banjir, dan
transportasi umum tak kunjung mengalami penanganan berarti.
Jakarta mempunyai sejuta potensi yang siap digali dan
dieksploitasi untuk menciptakan infrastruktur umum. Posisi Ibu Kota yang
memegang dua peran sekaligus--pusat pemerintahan dan pusat perekonomian
negara--memiliki nilai lebih.
Karena itu, sudah seharusnya Pemerintah DKI Jakarta melakukan
terobosan melalui seminar-seminar agar investor tertarik menggarap proyek
infrastruktur Ibu Kota.
Singapura adalah contoh tepat karena posisinya sama dengan
Jakarta. Singapura mengandalkan kelebihannya sebagai ibu kota yang memegang dua
peran sekaligus seperti Jakarta. Namun bedanya, Pemerintah Singapura aktif
melakukan terobosan dengan menggelar seminar-seminar ataupun konferensi yang
mampu menarik investor menggarap proyek infrastruktur. Karena itu, mayoritas
infrastruktur di Singapura dibiayai swasta dan dikelola swasta.
Sesungguhnya masyarakat Jakarta mendambakan terciptanya
infrastruktur sarana-prasaran umum yang modern, terintegrasi, murah, nyaman,
dan aman. Siapa pun Gubernur DKI terpilih nanti, agar lebih berani melakukan
terobosan-terobosan dalam pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan
masyarakat luas. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar