Indonesia
dan Perkembangan Ekonomi Asia-Pasifik
Beginda Pakpahan ; Pemerhati Isu-Isu Global,
Peneliti di University of Edinburgh, Skotlandia
Peneliti di University of Edinburgh, Skotlandia
Sumber : SINDO, 21
Juni 2012
Ekonomi
di kawasan Asia dan Pasifik cukup dinamis di mana beberapa tahun terakhir
terjadi pertumbuhan ekonomi tinggi dari negara-negara di kawasan tersebut
seperti China dan negaranegara anggota ASEAN.
Tetapi,
melesunya kondisi ekonomi dunia juga mempengaruhi penurunan pertumbuhan ekonomi
di kawasan tersebut. Bagaimana Indonesia merespons dinamika ekonomi di
Asia-Pasifik? Jawabannya, Indonesia perlu berubah secara gradual dari negara
penghasil komoditas sumber daya alam (SDA) menjadi penghasil barang unggulan.
Alasannya, negara-negara penghasil komoditas seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand terkena dampak cukup signifikan dari melesunya ekonomi di kawasan Asia-Pasifik. Indonesia perlu memberdayakan ekonominya dengan memanfaatkan potensi pasar regional dan memaksimalkan potensi ekonomi nasional untuk menjawab dinamika ekonomi terkini di kawasan tersebut.
Perkembangan Ekonomi Terkini di Asia-Pasifik
Pertumbuhan ekonomi di Asia-Pasifik mengalami penurunan secara perlahan dari 9,7% pada 2010 menjadi 8,3% pada 2011. Bank Dunia mengulas bahwa menurunnya pertumbuhan ekonomi tersebut terjadi karena tiga hal yaitu: 1) krisis keuangan di wilayah Euro; 2) bencana alam di Jepang dan banjir yang melanda Thailand; dan 3) melambatnya kegiatan ekonomi di China. (World Bank, 2012) Kondisi krisis ekonomi di Eropa membuat melesunya permintaan atas barang di negaranegara tersebut.
Hal ini berdampak pada negara eksportir dan kegiatan pariwisata di negaranegara di Asia Timur dan Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, Indonesia,dan Thailand. Pertumbuhan ekonomi di China mengalami penurunan secara moderat dua tahun terakhir dari 10,4% pada 2010 menjadi 9,2% pada 2011. Konsekuensi dari situasi tersebut adalah menurunnya permintaan impor atas produk-produk SDA.
Karena itu, negara-negara penghasil komoditas SDA seperti Thailand,Malaysia, dan Indonesia akan terkena dampak yang signifikanatas melesunya ekonomi di China. Pelbagai bencana alam berdampak melemahnya situasi ekonomi Asia Timur karena jaringan produksi dan pemasaran terganggu. Tsunami di Jepang dan banjir di Thailand memberikan efek domino kepada ekonomi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara.
Memanfaatkan Kerja Sama Regional
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup dinamis yaitu mengalami kenaikan dari 6,2% pada 2010 menjadi 6,5% pada 2011. Tetapi, pertumbuhan ekonomi tersebut diprediksikan akan menurun pada 2012 menjadi 6%. Karena itu, Indonesia perlu memaksimalkan kerja sama regional yang diikutinya seperti ASEAN dan KTT Asia Timur.
Dua kerja sama regional tersebut adalah arena diplomasi ekonomi Indonesia dalam menghubungkan dan memperjuangkan kepentingan nasionalnya terkait perkembangan ekonomi nasional dan kawasan. Indonesia bisa aktif dalam memaksimalkan kerja sama di ASEAN dengan mengakselerasi pembentukan komunitas ASEAN khususnya Komunitas Ekonomi dan Politik ASEAN. Memanfaatkan proses integrasi regional ASEAN dan penguatan peranan sentralitas ASEAN di KTT Asia Timur dalam rangka menciptakan pelbagai inisiatif ekonomi melalui kedua forum kerja sama tersebut.
Kebijakan politik dan ekonomi ASEAN dan KTT Asia Timur perlu komplementer dan membangun satu dengan yang lainnya. Pembangunan infrastruktur dalam konteks koneksitas antara negara-negara ASEAN juga akan mendukung kegiatan perdagangan dan investasi di Asia Tenggara dan Timur. Melemahnya pertumbuhan ekonomi di China bisa membuat Indonesia memperluas dan memperdalam kerja sama ekonomi dengan negara-negara anggota KTT Asia Timur, khususnya negara-negara yang ekonominya sedang berkembang seperti Australia, India, dan Rusia. Indonesia melakukan perluasan dan pendalaman pasar atas produkproduknya yang berbasis komoditas SDA kepada negara-negara di atas.
Produk Unggulan
Besarnya pasar domestik bisa jadi alternatif untuk pelaku bisnis dan pemerintah Indonesia dalam rangka memberdayakan potensi ekonomi secara internal dari melesunya ekonomi di Asia- Pasifik. Saat bersamaan, Indonesia tetap berusaha menggali potensi pasar untuk produk produknya dinegara-negara Asia Tenggara dan KTT Asia Timur. Tujuannya adalah Indonesia menyeimbangkan pemberdayaan pasar domestik dan kegiatan ekspor ke negara-negara ASEAN dan Asia Timur yang sedang berkembang.
Langkah tersebut perlu diimbangi dengan penurunan impor dan pemberdayaan produk dalam negeri. Dalam rangka memanfaatkan dinamika ekonomi di Asia- Pasifik dan potensi ekonomi domestik, Indonesia memerlukan perubahan konkret yang gradual dari produsen SDA menjadi penghasil produkproduk inovatif dan kompetitif. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya saing di bidang perdagangan, sumber daya manusia (SDM), dan dukungan investasi untuk infrastruktur dalam menunjang kegiatan ekonomi secara berkeadilan.
Indonesia perlu meninjau kembali keunggulan produk dan kemampuan memproduksinya di sektor-sektor penting seperti tekstil, pariwisata, pertanian, perkebunan,perikanan, teknologi, industri kreatif, dan energi. Indonesia bisa fokus kepada peningkatan kualitas SDM dan insentif untuk usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan aktivitas wirausaha dan penciptaan lapangan kerja. Pelaksanaan kebijakan seperti pemberantasan korupsi, kepastian hukum, dan efisiensi birokrasi bisa menciptakan dan mendorong iklim investasi yang positif dan berkeadilan bagi investor nasional dan internasional serta para pekerja Indonesia.
Situasi tersebut diharapkan bisa menggeser ketergantungan Indonesia dari sumber pertumbuhan ekonomi yang mayoritas ditopang oleh ekonomi konsumtif menjadi ekonomi produktif. Jika Indonesia masih menjadi produsen bahan-bahan mentah, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan masuk ke jebakan negara berpenghasilan menengah dan sulit keluar untuk menjadi negara berkembang yang cukup maju atau negara maju. ●
Alasannya, negara-negara penghasil komoditas seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand terkena dampak cukup signifikan dari melesunya ekonomi di kawasan Asia-Pasifik. Indonesia perlu memberdayakan ekonominya dengan memanfaatkan potensi pasar regional dan memaksimalkan potensi ekonomi nasional untuk menjawab dinamika ekonomi terkini di kawasan tersebut.
Perkembangan Ekonomi Terkini di Asia-Pasifik
Pertumbuhan ekonomi di Asia-Pasifik mengalami penurunan secara perlahan dari 9,7% pada 2010 menjadi 8,3% pada 2011. Bank Dunia mengulas bahwa menurunnya pertumbuhan ekonomi tersebut terjadi karena tiga hal yaitu: 1) krisis keuangan di wilayah Euro; 2) bencana alam di Jepang dan banjir yang melanda Thailand; dan 3) melambatnya kegiatan ekonomi di China. (World Bank, 2012) Kondisi krisis ekonomi di Eropa membuat melesunya permintaan atas barang di negaranegara tersebut.
Hal ini berdampak pada negara eksportir dan kegiatan pariwisata di negaranegara di Asia Timur dan Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, Indonesia,dan Thailand. Pertumbuhan ekonomi di China mengalami penurunan secara moderat dua tahun terakhir dari 10,4% pada 2010 menjadi 9,2% pada 2011. Konsekuensi dari situasi tersebut adalah menurunnya permintaan impor atas produk-produk SDA.
Karena itu, negara-negara penghasil komoditas SDA seperti Thailand,Malaysia, dan Indonesia akan terkena dampak yang signifikanatas melesunya ekonomi di China. Pelbagai bencana alam berdampak melemahnya situasi ekonomi Asia Timur karena jaringan produksi dan pemasaran terganggu. Tsunami di Jepang dan banjir di Thailand memberikan efek domino kepada ekonomi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara.
Memanfaatkan Kerja Sama Regional
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup dinamis yaitu mengalami kenaikan dari 6,2% pada 2010 menjadi 6,5% pada 2011. Tetapi, pertumbuhan ekonomi tersebut diprediksikan akan menurun pada 2012 menjadi 6%. Karena itu, Indonesia perlu memaksimalkan kerja sama regional yang diikutinya seperti ASEAN dan KTT Asia Timur.
Dua kerja sama regional tersebut adalah arena diplomasi ekonomi Indonesia dalam menghubungkan dan memperjuangkan kepentingan nasionalnya terkait perkembangan ekonomi nasional dan kawasan. Indonesia bisa aktif dalam memaksimalkan kerja sama di ASEAN dengan mengakselerasi pembentukan komunitas ASEAN khususnya Komunitas Ekonomi dan Politik ASEAN. Memanfaatkan proses integrasi regional ASEAN dan penguatan peranan sentralitas ASEAN di KTT Asia Timur dalam rangka menciptakan pelbagai inisiatif ekonomi melalui kedua forum kerja sama tersebut.
Kebijakan politik dan ekonomi ASEAN dan KTT Asia Timur perlu komplementer dan membangun satu dengan yang lainnya. Pembangunan infrastruktur dalam konteks koneksitas antara negara-negara ASEAN juga akan mendukung kegiatan perdagangan dan investasi di Asia Tenggara dan Timur. Melemahnya pertumbuhan ekonomi di China bisa membuat Indonesia memperluas dan memperdalam kerja sama ekonomi dengan negara-negara anggota KTT Asia Timur, khususnya negara-negara yang ekonominya sedang berkembang seperti Australia, India, dan Rusia. Indonesia melakukan perluasan dan pendalaman pasar atas produkproduknya yang berbasis komoditas SDA kepada negara-negara di atas.
Produk Unggulan
Besarnya pasar domestik bisa jadi alternatif untuk pelaku bisnis dan pemerintah Indonesia dalam rangka memberdayakan potensi ekonomi secara internal dari melesunya ekonomi di Asia- Pasifik. Saat bersamaan, Indonesia tetap berusaha menggali potensi pasar untuk produk produknya dinegara-negara Asia Tenggara dan KTT Asia Timur. Tujuannya adalah Indonesia menyeimbangkan pemberdayaan pasar domestik dan kegiatan ekspor ke negara-negara ASEAN dan Asia Timur yang sedang berkembang.
Langkah tersebut perlu diimbangi dengan penurunan impor dan pemberdayaan produk dalam negeri. Dalam rangka memanfaatkan dinamika ekonomi di Asia- Pasifik dan potensi ekonomi domestik, Indonesia memerlukan perubahan konkret yang gradual dari produsen SDA menjadi penghasil produkproduk inovatif dan kompetitif. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya saing di bidang perdagangan, sumber daya manusia (SDM), dan dukungan investasi untuk infrastruktur dalam menunjang kegiatan ekonomi secara berkeadilan.
Indonesia perlu meninjau kembali keunggulan produk dan kemampuan memproduksinya di sektor-sektor penting seperti tekstil, pariwisata, pertanian, perkebunan,perikanan, teknologi, industri kreatif, dan energi. Indonesia bisa fokus kepada peningkatan kualitas SDM dan insentif untuk usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan aktivitas wirausaha dan penciptaan lapangan kerja. Pelaksanaan kebijakan seperti pemberantasan korupsi, kepastian hukum, dan efisiensi birokrasi bisa menciptakan dan mendorong iklim investasi yang positif dan berkeadilan bagi investor nasional dan internasional serta para pekerja Indonesia.
Situasi tersebut diharapkan bisa menggeser ketergantungan Indonesia dari sumber pertumbuhan ekonomi yang mayoritas ditopang oleh ekonomi konsumtif menjadi ekonomi produktif. Jika Indonesia masih menjadi produsen bahan-bahan mentah, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan masuk ke jebakan negara berpenghasilan menengah dan sulit keluar untuk menjadi negara berkembang yang cukup maju atau negara maju. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar