Green
Economy dan Komitmen Indonesia
Ferry Ferdiansyah ; Mahasiswa
Pasca Sarjana
Program Studi Magister Komunikasi Universitas Mercubuana Jakarta
Sumber : SUARA
KARYA, 22 Juni 2012
Kondisi bumi semakin hari kian mengenaskan. Gambaran ini
diperparah dengan usia bumi yang sudah semakin tua. Keadaan ini mengugah
kesadaran masyarakat dunia akan eksitensi bumi. Untuk itu, dalam rangka
menyelamatkan bumi, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), berinisiatif
menyelenggarakan pertemuan puncak di Rio de Janeiro, Brasil. Pada pertemuan
itu, dibahas pembangunan berkelanjutan global. Event akbar bertajuk lingkungan
ini, dihadiri ratusan pemimpin dunia dan ribuan aktivis lingkungan.
Menanggapi permasalahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
dengan tegas akan mendorong aksi agenda ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan
saat menghadiri pertemuan para pemimpin di Komisi Tingkat Tinggi Rio+20 di Rio
de Janeiro, Brasil, 20-22 Juni 2012. Hal ini dijelaskan Presiden SBY saat
memberikan pidato respon kebijakan global berjudul Manifesto 2015 Pertumbuhan Berkelanjutan dan Berkeadilan di Kampus Center for International Forestry Research (CIFOR)
di Bogor, Jabar, baru-baru ini.
Apa yang disampaikan itu menggambarkan pemikiran, pandangan, dan
rasa kepedulian Presiden SBY terhadap pentingnya pertumbuhan berkelanjutan dan
berkeadilan bagi tatanan global. Sebelumnya, pemerintah telah menegaskan
komitmen Indonesia untuk mengubah model pembangunan Indonesia ke arah ekonomi
hijau, yang menekankan pada pertumbuhan kesejahteraan tanpa mengabaikan
pelestarian lingkungan. Konsep ini menitikberatkan pada pembangunan yang
diarahkan untuk mencapai tiga sasaran besar, yaitu pertumbuhan ekonomi yang
akan menjamin lapangan kerja serta mengurangi kemiskinan, perlindungan
lingkungan, khususnya fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta
keadilan sosial.
Jika dilihat dari realitas yang ada, sering kita melihat dan
merasakan secara langsung terjadinya cuaca ekstrem, peningkatan suhu udara,
naiknya permukaan laut dan banjir. Itu semua merupakan akibat perubahan iklim
global yang terjadi saat ini. Jika dibiarkan terus menerus, situasi ini akan
mempengaruhi penurunan produktivitas sektor pangan dan produksi pangan dunia.
Pada akhirnya, dapat membawa kerugian yang cukup besar bagi masyarakat dunia.
Kekayaan alam yang dimiliki negeri ini, menunjukkan Indonesia
sebagai bangsa berkembang yang terus berjuang dan berkeyakinan akan menjadi
negara maju, yang mampu bersaing dengan negara-negara besar lainnya di dunia.
Perubahan iklim global yang saat ini terjadi di belahan bumi, bisa saja menjadi
peluang tersendiri bagi Indonesia.
Kenyataan ini merujuk pada kenyataan bahwa Indonesia adalah negara
maritim dan kepulauan terbesar di dunia. Selain itu, Indonesia adalah salah
satu dari sedikit negara yang masih memiliki sumber daya alam (SDA) yang
beragam dan cukup besar, baik di wilayah darat maupun laut. Sementara SDA
negara-negara lain, khususnya Eropa, AS, Jepang, Korsel, Singapura dan Taiwan
sudah terkuras dan sukar dikembangkan.
Peluang ini justru dimanfaatkan bukan untuk mencari keuntungan
bagi bangsa ini semata, tetapi dijadikan peluang untuk mengingatkan kepada
bangsa-bangsa di dunia akan arti pentingnya menjaga pelestarian lingkungan.
Konsep ekonomi hijau yang selama ini didengungkan menunjukkan kepedulian bangsa
ini terhadap lingkungan. Sejumlah pendekatan pembangunan ekonomi hijau itu
sendiri, diwujudkan dalam sejumlah komitmen, antara lain rencana penurunan
emisi Gas Rumah Kaca sebesar 26 persen sampai 41 persen, melalui pembangunan
ekonomi rendah emisi karbon.
Untuk mengubah cara pandang seseorang tetu tidak-lah mudah.
Apalagi, untuk mengembangkan kebijakan berbasis lingkungan. Untuk menjaga
lingkungan, diperlukan sebuah kesadaran yang kuat dari individu masing-masing.
Selain dari kesadaran itu sendiri, dibutuhkan komitmen politik untuk
melaksanakan agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan dan
berkeadilan. Campur tangan negara sangat dibutuhkan, tujuannya untuk mengontrol
guna menjaga keseimbangan antara masyarakat dalam berinteraksi dengan
lingkungan hidup.
Pertemuan KTT Rio+20 merupakan tonggak 20 tahun setelah KTT Bumi
pertama pada 1992 di Rio de Janeiro. Ini sekalihus merupakan puncak pertemuan
pembangunan berkelanjutan keempat. Isu besar dalam ajang Konferensi Pembangunan
Berkelanjutan PBB yang lebih dikenal dengan Rio+20 ini tetap sama pertarungan
antara negara maju dan negara berkembang. Situasinya tak berubah banyak sejak
1972 ketika dunia mulai memasukkan aspek lingkungan ke diskusi global.
Peran Indonesia atas kepedulain terhadap lingkungan dan ekonomi
berkelanjutan ini, mendapat respon positif dari Direktur Jenderal CIFOR Frances
Seymor. Dengan tegas dirinya mengapresiasikan atas apa yang menjadi komitmen
Pemerintah Indonesia dalam memelihara alam dan mendorong pembangunan
berkelanjutan.
Langkah pemerintah dalam memperjuangkan pelestarian lingkungan ini
merupakan wujud nyata akan kepedulian yang begitu besar dari bangsa ini
terhadap masyarakat dunia. Lingkungan yang kita huni selama ini, memiliki arti
penting bagi diri kita dan masyarakat lainnya. Untuk itu, guna memelihara bumi
yang menjadi tempat tinggal agar tetap terjaga dan tidak mengalami kepunahan, diperlukan
sebuah kesadaran yang besar. Jika bumi terjaga dan lingkungan terpelihara
dengan baik, maka kehidupan manusia akan tetap berlangsung dan sekaligus dapat
membantu mengentaskan kemiskinan yang saat ini melanda dunia.
Harapan terbesar kita tentunya, event dunia ini merupakan momentum bagi bangsa Indonesia untuk
kembali menggugah semangat masyarakat dunia agar tetap berkomitmen pada
pembangunan berkelanjutan dengan lebih melestarikan lingkungan hidup dengan
tujuan untuk menghapuskan kemiskinan melalui gerakan ekonomi hijau (green economy). ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar