Fakta
(Papua) Hari Ini
Adriana Elisabeth ; Anggota Tim Kajian Papua LIPI
Sumber : KOMPAS,
22 Juni 2012
Menurut catatan akhir 2011 yang dibuat oleh
Tim Kajian Papua LIPI mengenai kondisi politik dan keamanan di Papua, sepanjang
2010, kekerasan dan pelanggaran HAM terus terjadi di Papua. Pelaku kekerasan
bukan hanya aparat keamanan, melainkan juga masyarakat sipil (bersenjata).
Isu kekerasan pun meluas mencakup masalah
yang terkait dengan stigma separatis (tuntutan referendum dan merdeka), konflik
antarpendukung politik dalam pilkada, ataupun konflik antarsuku. Berbagai
peristiwa itu telah mengakibatkan korban nyawa, selain penangkapan dan
penyiksaan yang mengarah pada pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Bagi Jakarta, masalah Papua salah orang
Papua. Begitu pun sebaliknya. Namun, keragaman aspek dan dimensinya menyebabkan
kebingungan memahami akar masalah di Papua. Bicara soal Papua hari ini tak bisa
lagi parsial. Ada pertautan kepentingan antarpara aktor, terutama kepentingan
politik dan ekonomi yang saling berkorelasi. Sebagai sebuah konflik vertikal,
akar masalah konflik Jakarta-Papua terletak pada perbedaan cara pandang
mengenai sejarah integrasi yang berkembang dan meluas menjadi masalah kekerasan
negara, yang ”menghasilkan berbagai pelanggaran HAM di masa lalu”.
Untuk mengatasinya, Pemerintah Indonesia
menggunakan berbagai pendekatan: diplomasi, keamanan (represif), pemberian
Otsus Papua (2001), serta pembangunan kesejahteraan ekonomi dan infrastruktur
fisik. Namun, berbagai pendekatan itu belum berhasil mengakhiri konflik
Jakarta-Papua karena semua bersifat top-down. Selain itu, kebijakan dan program
yang dibuat untuk Papua juga tak mampu membangun rasa memiliki, bahkan
menciptakan rasa keterasingan sehingga orang Papua semakin tersingkir dari proses
pembangunan. Akibatnya, rasa tak percaya orang Papua terhadap Jakarta makin
dalam. Sementara Jakarta memandang orang Papua memang tak bisa diurus.
Sejak Otsus Papua 2001, pemerintah tak pernah
membuat terobosan. Tak juga dengan Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua
dan Papua Barat (UP4B), karena tugas utama unit ini melakukan koordinasi yang
lebih baik dengan berbagai kementerian dan lembaga, dinas-dinas dan pemerintah
daerah, untuk mempercepat pembangunan di Papua.
Pendekatan Ekonomi
Apa terobosan yang diperlukan? Sesuai
pernyataan Wapres Boediono pada awal dibentuknya UP4B, pendekatan untuk Papua
harus memperhatikan aspek kesejahteraan fisik dan nonfisik. Namun, bagaimana
bentuk grand design pembangunan
politik dan ekonomi Papua yang berkarakter Papua? Desain itu pun harus
dilaksanakan secara simultan dan terpadu, tak bisa lagi menjalankannya satu per
satu karena sudah terlalu lama persoalan di Papua tidak diselesaikan secara
baik, selain juga untuk mengejar kemajuan daerah Papua, terutama secara ekonomi.
Pembangunan ekonomi Papua harus memperhatikan
aspek geografis, lingkungan hidup, karakter, dan kebudayaan orang Papua tak
lagi memakai model penyeragaman secara nasional. Indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi di Papua dapat diukur berdasarkan empat hal.
Pertama, pendapatan. Pendapatan orang Papua
harus ditingkatkan dengan indikator indeks pembangunan manusia (IPM) Papua.
Tidak hanya melalui pertumbuhan ekonomi, tetapi terutama pemerataan pendapatan
sesuai kondisi alam dan geografi Papua, dengan persebaran penduduk yang sangat
tak merata.
Kedua, infrastruktur. Pembangunan
infrastruktur di Papua harus mampu meningkatkan pelayanan publik (pendidikan
dasar dan kesehatan), mendorong kegiatan ekonomi lokal, serta membangun Papua
menjadi daerah produksi agar dapat meningkatkan efisiensi atau menekan ekonomi
biaya tinggi.
Ketiga, integrasi. Secara formal, daerah
Papua sudah terintegrasi di dalam program pengembangan Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu, khususnya Biak, untuk kemajuan ekonomi Papua; serta menjadi
anggota kerja sama ekonomi subregional ASEAN atau BIMP-EAGA. Integrasi ekonomi
ini bertujuan meningkatkan perdagangan, investasi, dan sektor pariwisata.
Namun, dengan kondisi politik dan keamanan Papua yang cenderung fluktuatif dan
daya saing ekonomi yang rendah, kedua provinsi yang ada di Papua tidak mampu
bersaing secara ekonomi. Bukan hanya di tingkat subregional, bahkan juga
berkompetisi dengan daerah lain di Indonesia.
Keempat, institusi, yakni menciptakan
harmonisasi antara lembaga politik yang demokratis dan lembaga ekonomi yang
pro-people. Dalam konteks Papua, lembaga-lembaga ini harus memperhatikan
prinsip perlindungan, pemihakan, dan pemberdayaan orang asli Papua.
Pendekatan Dialog
Sesuai janji pemerintah (Wapres) ketika
bertemu dengan pimpinan gereja- gereja Papua di Jakarta, 1 Februari 2012, harus
segera dibentuk tim dialog. Sebagai unit baru, UP4B harus menyiapkan landasan
untuk menuju dialog.
Dalam proses persiapan (pradialog),
masyarakat Papua harus dilibatkan untuk menumbuhkan rasa memiliki dan membangun
kepercayaan terhadap Jakarta. Sebaliknya, penduduk Papua perlu mengonsolidasi
diri untuk menentukan representasi politik yang akan berdialog serta menyusun
format dialog untuk dinegosiasikan. Tahapan pradialog harus dilakukan konsultasi
publik. Dialog internal antarorang Papua sudah pernah dilaksanakan dalam
Konferensi Perdamaian Papua, Juli 2011, yang menghasilkan Deklarasi Politik dan
Indikator Papua Tanah Damai.
Dalam tahap persiapan dialog yang harus
dilakukan adalah dialog antara orang Papua dan pendatang, antara penduduk Papua
dan pelaku ekonomi di Papua, serta antara pemerintah daerah Papua dan
masyarakat Papua. Secara paralel, dialog internal Jakarta juga perlu untuk
menyamakan persepsi tentang dialog, urgensi, dan format dialog.
Dalam tahap pradialog perlu juga disepakati
agenda dan mekanisme dialog, terutama jika menemui jalan buntu. Salah satu isu
sensitif adalah masalah sejarah integrasi Papua. Dalam rangka menuju dialog
damai, perlu dibentuk Komite Sejarah. Para sejarawan dari lokal, nasional, dan
internasional diminta untuk mengkaji persoalan sejarah Papua. Apabila terjadi
perbedaan pandangan, hal itulah yang perlu dinegosiasikan di dalam dialog demi
masa depan Papua yang lebih baik dan sejahtera. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar