|
KOMPAS,
11 Juli 2013
Rabu, 3 Juli
2013 waktu Mesir, Presiden Muhammad Mursi yang terpilih secara demokratis pada
pemilihan presiden 30 Juni 2012 dicopot dari kekuasaannya melalui ”kudeta
militer”.
Ia dianggap
tidak mampu mengatasi krisis politik dan keterpurukan ekonomi yang mengancam
stabilitas dan integritas negara Arab yang paling padat penduduknya itu.
Mursi yang
berasal dari Partai Kebebasan dan Keadilan─, sayap politik Ikhwanul Muslimin
(IM), ─kini ditahan di tempat yang dirahasiakan. Petinggi IM lainnya, seperti
Muhammad Badie (pemimpin tertinggi IM), wakilnya Khairat el-Shater, dan Deputi
Pemimpin IM Rashad Bayumi, juga ditahan. Mereka dituduh menghasut pendukung IM
hingga terjadi bentrokan dengan kubu oposisi dan menewaskan delapan penentang
Mursi.
Para pemimpin
IM senior lainnya, seperti Saad al-Katatni (Ketua Partai Kebebasan dan
Keadilan), Mohammed al-Beltagui, Gamal Gibril, dan Taher Abdel Mohsen, juga
ditahan atas tuduhan serupa plus menghina pengadilan. Jenderal Abdel Fattah
al-Sisi juga sedang mencari 300-an anggota IM lainnya. Mereka dilarang
meninggalkan Mesir. Kudeta militer ini disambut gembira jutaan rakyat Mesir,
terutama mereka yang berasal dari kelompok nasionalis, sosialis, liberal,
sekuler, dan tamarud (artinya pemberontak, terdiri dari kaum muda yang dibentuk
pada April lalu) yang memelopori demonstrasi.
Sebagai ganti
pemerintahan Mursi, militer mengangkat Ketua Mahkamah Konstitusi Tertinggi Adly
Mahmud Mansour sebagai presiden sementara pada masa transisi sampai pemilu
presiden mendatang. Kendati ”kudeta” militer ini menyertakan peta jalan baru
sebagai solusi menyelesaikan krisis politik Mesir, kebijakan itu bisa membuat
situasi politik Mesir semakin keruh.
Organisasi solid
IM adalah
organisasi yang solid, yang berpengalaman dalam politik, dan sangat berakar di
masyarakat sehingga sulit dihancurkan. Pemimpin besar Mesir, seperti Presiden
Gamal Abdul Naser (1954-1970) dan Presiden Anwar Sadat (1970-1981), juga tidak
mampu membubarkan organisasi yang didirikan Hasan al-Banna pada 1928 ini.
Semakin keras diperlakukan, semakin kuat tekad IM memperjuangkan cita-cita mendirikan
negara Islam.
Tewasnya
Hassan al-Banna pada 1940-an dan penerusnya, Said Kutb (1954), tidak
menyurutkan tekad IM memperjuangkan cita-citanya. Bahkan, Anwar Sadat dibunuh
faksi IM. Husni Mubarak yang memerintah selama 30 tahun (1981-2011) juga tak luput
dari percobaan pembunuhan.
IM di bawah
Mursi sebenarnya mendapat simpati dari AS dan Uni Eropa. Mursi, yang mendapat
pendidikan di AS, dianggap moderat dan akomodatif terhadap kepentingan Barat
dan Israel. Ia juga bergabung dengan Arab Saudi, Qatar, AS, Turki, dan Uni
Eropa dalam upaya menjatuhkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Dia juga
menengahi konflik Hamas-Israel beberapa bulan lalu. Padahal, tadinya orang
mengira Mursi akan bersikap berbeda dengan Husni Mubarak dalam kebijakannya
terkait konflik Palestina-Israel.
Kudeta militer
yang membubarkan pemerintahan Mursi mendapat perlawanan dari IM. Maka, situasi
Mesir akan semakin memburuk, baik politik maupun ekonomi. Secara politik,
pemerintahan Adly Mahmud Mansour yang didukung militer tidak akan stabil dan
ekonomi akan semakin terpuruk. Situasi sulit ekonomi bukan diciptakan
pemerintahan Mursi, melainkan ekses dari ketidakstabilan ekonomi sejak revolusi
Mesir pada 25 Januari 2011. Devisa dari sektor pariwisata anjlok hingga 80
persen dan tingkat kemiskinan di Mesir naik tajam hingga 70 persen. Utang luar
negeri mencapai 1.080 miliar pounds Mesir (sekitar 180 miliar dollar AS) atau
90 persen dari pendapatan domestik Mesir.
Terpuruk
Pemasukan
negara juga susut akibat produksi terhenti, baik akibat revolusi maupun unjuk
rasa buruh menuntut kenaikan upah. Pada Mei 2011, sektor industri Mesir merugi
10 miliar-20 miliar pounds Mesir (1,5 miliar dollar AS-3,2 miliar dollar AS).
Cadangan devisa melorot dari 36 miliar dollar AS pada Desember 2010 menjadi 16
miliar dollar AS pada April 2012. Pertumbuhan ekonomi anjlok hanya 2,5 persen
pada 2011 dan hanya naik 4 persen pada 2012.
Ada berita
bahwa sebelum kudeta dilancarkan, terjadi negosiasi alot antara militer dan IM.
Mereka pun sampai pada persetujuan bahwa Mursi dan IM bersedia mengalah asalkan
IM tetap mendapatkan legitimasi untuk ikut pemilihan presiden dan parlemen
mendatang. Kalau berita ini benar, ada harapan Mesir akan terbebas dari kemelut
politik dan ekonomi berkepanjangan dalam waktu yang tak terlalu lama. Mesir
tidak akan dapat tegak tanpa partisipasi IM. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar