Senin, 01 Juli 2013

Keluarga Penentu Kualitas Bangsa

Keluarga Penentu Kualitas Bangsa
Singgih B Setiawan ;  Reporter Senior II Harian Umum Suara Karya
SUARA KARYA, 29 Juni 2013


Puncak Peringatan Hari Keluarga Ke-20 tingkat nasional akan digelar hari ini, 29 Juni 2013, di Kendari, Sulawesi Tenggara. Peringatan Hari Keluarga tahun ini mengangkat tema: "Melalui Hari Keluarga Kita Bangkitkan Keluarga Indonesia Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera". Motto Hari Keluarga tahun ini adalah "Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, Keluarga Harapan Bangsa".

Mengapa Hari Keluarga perlu diperingati? Ini karena keluarga adalah penentu kualitas bangsa. Keluarga yang sehat dan sejahtera adalah prasyarat bagi bangsa yang sehat dan sejahtera. Keluarga yang cerdas adalah landasan dari bangsa yang cerdas. Dari keluarga-keluarga seperti itulah akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa yang handal.

Peringatan Hari Keluarga memang mengambil momentum saat bergabungnya kembali pejuang-pejuang kemerdekaan yang dahulu berjuang di sekitar Yogyakarta -ibukota perjuangan bangsa Indonesia saat itu- dengan keluarga mereka, sebagai momentum untuk memperingati Hari Keluarga. Selama perang kemerdekaan, para pejuang itu harus meninggalkan keluarganya untuk waktu yang tidak menentu. Banyak di antara mereka dan keluarga mereka yang tidak mengetahui keselamatan dan keadaan masing-masing. Tetapi berkat perjuangan para pejuang kemerdekaan dan berkat pengorbanan keluarga mereka itulah, bangsa Indonesia berhasil menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat. Bangsa Indonesia tumbuh dan hidup sebagai bangsa yang terhormat, sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Sekarang bangsa Indonesia mengenang kembali peristiwa penting itu, dan mempertebal tekad untuk melanjutkan perjuangan mewujudkan Indonesia yang adil, makmur dan demokratis. Bangsa Indonesia memperingati Hari Keluarga untuk mempertebal tekad melanjutkan cita-cita mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera, keluarga yang sakinah dan mawadah.

Memang semua tahu, jalan ke arah itu tidak selalu mudah dan cepat. Perjuangan panjang yang ditempuh pemerintah melalui pembangunan selama lebih dari enam dasawarsa terakhir ini, juga belum sepenuhnya mampu mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi semua keluarga Indonesia. Semua masih harus bekerja lebih keras lagi untuk dapat mewujudkannya.

Sebagai satuan terkecil dalam tatanan masyarakat, keluarga adalah pangkalan utama dalam kehidupan manusia. Dalam lingkungan keluarga pula, anak-anak tumbuh dan memperoleh bekal awal sebelum masuk dalam pergaulan masyarakat. Kenyataan juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang sehat, sejahtera dan bahagia, berikutnya berkembang menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Karena itu, tidaklah salah bilamana kualitas keluarga akan menentukan kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia di masa depan.

Namun demikian, untuk membangun keluarga-keluarga yang sejahtera itu diperlukan kesungguhan dan perhatian yang lebih besar dari semua komponen bangsa. Hal ini penting, karena dihadapan kita terbentang berbagai hambatan dan tantangan yang tidak ringan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, di satu sisi memang membuat kehidupan bertambah mudah.

Perubahan lain juga melanda masyarakat Indonesia. Terjadi pergeseran nilai yang dinamik ketika pola dan budaya agraris sedikit demi sedikit terdesak oleh nilai-nilai yang lazim berkembang dalam masyarakat industri.

Di satu sisi, perkembangan tersebut menampilkan kekuatan pendorong kemajuan. Tetapi di sisi lain juga berlangsung proses melonggarnya ikatan kekeluargaan. Penghargaan terhadap sistem nilai keluarga, salah satu ciri penting dari masyarakat Indonesia, kian meluntur.

Akhir-akhir ini sering kita dikagetkan dengan berbagai berita di media massa terkait dengan permasalahan ketahanan keluarga. Betapa kemuraman menyelimuti keluarga Indonesia. Sebut saja kasus kekerasan dalam rumah tangga, tingginya angka perceraian, penyalahgunaan obat dan narkotika di kalangan pelajar dan mahasiswa, fenomena broken home, aksi pembunuhan antaranggota keluarga, perilaku seks bebas di kalangan remaja semakin meningkat, serta tawuran antarpelajar, mahasiswa, warga masyarakat sampai pada tawuran antardesa dan kampung.

Apabila dikaji secara cermat, isu-isu sosial tersebut berawal dari masalah keluarga. Atau dengan kata lain, keluarga telah "memproduksi" masalah sosial itu sendiri. Patut dipertanyakan, apakah masih ada peran keluarga dalam menanggulangi krisis sosial ini? Apakah keluarga tidak seharmonis dulu lagi sehingga melahirkan beragam keprihatinan? Besar kemungkinan kondisi ini dikarenakan keluarga-keluarga Indonesia tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

Harus diakui, tidak ada satu bangsa pun yang mampu menghindar dari perubahan-perubahan tadi berikut pengaruh yang ditimbulkannya, termasuk terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, bagaimana memperkuat sendi-sendi dasar yang menopang nilai-nilai kehidupan bangsa, akhirnya merupakan masalah yang perlu diberi perhatian utama dan untuk pertama-tama harus dibangun dalam keluarga.

Dalam keluargalah pada awalnya dibangun dan diperkuat basis moral, karakter, dan kepribadian seluruh anggota keluarga khususnya anak-anak. Ini dilakukan dengan maksud agar mereka mampu membentengi diri dan keluarga dari pengaruh ekstemal yang kurang menguntungkan. Dengan bekal itu pula mereka berusaha menepis atau meminimalkan ekses dari pengaruh perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan dunia. Di dalam keluarga pula dibentuk dasar-dasar karakter manusia terutama karakter dan kepribadian anak-anak, generasi penerus bangsa, penerima estafet kepemimpinan bangsa. Di dalam keluarga kita membangun kualitas manusia. Kualitas manusia dalam arti yang utuh, yaitu mencakup segi kesehatan, pendidikan, keterampilan, sikap, karakter, dan lain-lain. Di semua segi ini, keluarga mempunyai peran sentral dalam pembentukannya.

Semoga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar