|
SUARA
KARYA, 01 Juli 2013
Dari data Kementerian Perhubungan,
jumlah pemudik sejak H-7 hingga H+5 Lebaran tahun 2012 meningkat 8,55 persen
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah pemudik tahun 2012
mencapai 13.611.107 orang, lebih banyak dari tahun sebelumnya 12.537.901 orang.
Pemudik terbanyak tercatat untuk
moda darat, dengan menggunakan angkutan jalan hingga mencapai 4.566.699 orang.
Khusus untuk jumlah pemudik dengan kereta api bahkan mengalami peningkatan
signifikan, mencapai 29,01 persen dari sebanyak 1.656.531 orang tahun 2011
menjadi 2.137.064 orang (2012). Selain untuk moda kereta api, kenaikan jumlah
pemudik juga tercatat untuk moda laut serta moda udara.
Jika dicermati lebih dalam,
terdapat beberapa faktor penting yang berpengaruh atas terjadinya peningkatan
signifikan pada moda transportasi udara dan laut, yakni waktu, kenyamanan,
keselamatan, dan biaya.
Faktor ketepatan waktu dengan
biaya yang murah dan cukup terjangkau tanpa melupakan aspek kenyamanan dan
keamanan menjadi alasan tersendiri bagi calon penumpang sehingga lebih memilih
untuk beralih menggunakan moda transportasi udara dan laut ketimbang
menggunakan moda transportasi darat, terutama bagi masyarakat kelas menengah
yang mempunyai porsi hampir 50 persen bahkan lebih.
Hal ini wajar mengingat moda transportasi
darat memiliki kepadatan di atas rata-rata moda transportasi lainnya, sedangkan
penambahan infrastruktur pendukungnya belum terakselerasi secara maksimal untuk
bergandengan dengan laju pertumbuhan jumlah penggunanya, sehingga kian hari
calon penumpang lebih banyak memilih untuk beralih ke moda transportasi lainnya
dengan dalih efisiensi.
Perlu diketahui bahwa jalan pantai
utara atau yang lebih akrab disebut sebagai jalur pantura, yang merupakan jalur
favorit bagi para pengguna jalur darat, harus mengakomodasikan kendaraan dengan
beban tidak kurang sedikitnya sekitar 40 ribu kendaraan per harinya. Maka dari
itu, jalur pantura dapat dikatakan sebagai jalur terpadat, tersibuk, dan
terberat bebannya di dunia. Terlebih, apabila sudah memasuki masa libur sekolah
dan tak terkecuali libur menyambut puasa dan Lebaran.
Tak mengherankan bila triliunan
rupiah anggaran negara tersedot setiap tahunnya untuk alokasi perbaikan rutin
tiap tahun jalur pantura. Hal tersebut akibat belum tersedianya infrastruktur
jalan tol alternatif untuk membantu mengurai beban di pantura, sehingga
menyebabkan jalur pantura cepat mengalami kerusakan padahal belum jatuh tempo.
Pada tahun ini saja, jalur pantura mendapat jatah anggaran sebesar Rp 1,03
triliun rupiah untuk perbaikan.
Kondisi serupa juga terjadi pada
moda angkutan kereta api. Karena belum tersedianya jalur rel ganda,
pertumbuhannya belum bisa ditingkatkan dan kepadatannya pun belum dapat
diuraikan.
Karena itu, upaya meningkatkan
intensitas frekuensi perjalanan kereta pun masih terhambat dan berdampak pada
kalah bersaingnya angkutan kereta dengan transportasi udara yang saat ini
tengah saling gempur dengan penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier). Padahal, sejatinya angkutan kereta api merupakan
salah satu alternatif moda transportasi murah, terjangkau, nyaman, dan aman.
Pemerintah sendiri menyatakan siap
menghadapi arus mudik tahun ini. Namun, apabila melihat potensi pasar ke
depannya, moda transportasi udara dan laut memiliki tren positif yang terus
menanjak. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar