Untung FIFA
Masih Tunda Hukuman
Suryopratomo ; Anggota
Dewan Redaksi Media Group
|
MEDIA
INDONESIA, 19 Desember 2012
KITA pantas bersyukur bahwa persepakbolaan Indonesia
selamat dari hukuman. Pertemuan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) di
Tokyo, Jepang, pekan lalu, masih bersabar untuk tidak langsung menghukum
Indonesia yang belum juga menyelesaikan perseteruan di antara pengurusnya.
FIFA memberi waktu tiga bulan kepada para pengurus sepak bola Indonesia untuk
mengakhiri dualisme kepengurusan yang ada.
Presiden FIFA Joseph Blatter mengaku bahwa ada upaya yang
dilakukan pemerintah Indonesia untuk meminta FIFA agar mau memberi waktu
tambahan untuk menyelesaikan persoalan internal dalam kepengurusan
persepakbolaan nasional. Blatter menerima lobi yang dilakukan pemerintah dan
memberi perpanjangan waktu tiga bulan untuk menuntaskan perseteruan yang
tidak kunjung berakhir.
Namun apabila tiga bulan ke depan tidak kunjung juga ada
penyelesaian yang memuaskan, FIFA tidak akan lagi memberikan toleransi. FIFA
sudah menyiapkan hukuman bagi persepakbolaan Indonesia, yakni dilarang untuk
ikut berlaga di semua event internasional dan semua wasit FIFA asal Indonesia
tidak akan diberi kesempatan memimpin pertandingan internasional.
Penundaan untuk menjatuhkan hukuman kepada Indonesia
merupakan mukjizat. Selama ini FIFA tidak pernah mau berkompromi terhadap
segala sesuatu yang bertentangan dengan semangat untuk memajukan
persepakbolaan dunia. Sepak bola Indonesia akan mengalami kiamat apabila
sampai hukuman FIFA itu dijatuhkan. Kita benar-benar akan terkucil dari
persepakbolaan internasional dan hanya akan berlaga di ajang ‘antarkampung’.
Waktu tiga bulan seharusnya membukakan mata mereka yang
sekarang ini mengaku sebagai pembina sepak bola nasional. Baik PSSI pimpinan
Djohar Arifin Husin maupun Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI)
pimpinan La I Nyalla Mattalitti seharusnya melepas ego masing-masing dan mau
berpikir untuk kepentingan nasional.
Tidak Ada yang Benar
Pemerintah tidak usah setengah-setengah untuk melakukan
intervensi. Setelah mereka bertindak untuk melobi FIFA agar kita diberi waktu
untuk menyelesaikan persoalan internal, pemerintah harus hadir untuk membawa
kedua kubu untuk duduk bersama-sama menyelesaikan persoalan.
Jangan diberikan ruangan kepada mereka untuk mundur ke
belakang dan saling mengklaim bahwa merekalah yang paling benar. Tidak ada
yang benar di antara kedua kubu karena mereka hanya cakar-cakaran kekuasaan
dan tidak peduli pembinaan sepak bola nasional. Mereka telah mengorbankan
niat baik anakanak muda berbakat Indonesia untuk berjuang demi mengharumkan
nama bangsa dan negara di fora internasional.
Para pemain sepak bola nasional sekarang ini berada dalam
posisi serbasalah. Apa pun langkah yang diambil sangat berisiko untuk
mendapatkan sanksi. Akibatnya, kita sudah lihat bagaimana kesebelasan
nasional kita tidak berdaya di ajang Piala AFF. Demi kepentingan sepak bola
nasional, bahkan kalau perlu, pemerintah menjatuhkan sanksi kepada para
pengurus dan orang-orang yang mengendalikan mereka dari belakang, untuk tidak
boleh terlibat dalam mengurusi sepak bola.
Niat mereka untuk terjun sebagai pengurus sepak bola bukan
untuk memajukan persepakbolaan nasional, melainkan justru untuk membawa ke
jurang kehancuran. Dua ancaman sanksi yang akan dijatuhkan FIFA benarbenar
akan membuat terpuruk persepakbolaan nasional. Sepanjang penghukuman, para
pemain sepak bola nasional tidak akan bisa mengasah keterampilan mereka.
Demikian pula, para wasit akan tertinggal wawasannya terhadap berbagai
peraturan baru yang berlaku.
Untuk mencegah adanya dugaan pemerintah pilih kasih,
pemerintah harus menjaga netralitas. Menteri Pemuda dan Olahraga ad interim
Agung Laksono lebih baik tidak terlibat untuk menangani masalah yang satu
ini. Sebagai unsur pimpinan Partai Golongan Karya dan juga teman dekat dari
keluarga Bakrie, sulit untuk bisa menilai Agung Laksono tidak berpihak.
Membangun Harapan
Mari kita dahulukan kepentingan nasional dari bangsa ini.
Kita hadir untuk ikut menyelesaikan persoalan yang terjadi di PSSI karena
kita sayang kepada olahraga ini. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang
bukan sekadar paling diminati masyarakat, melainkan juga membangun harapan
bagi banyak anak muda untuk menjadi bintang sepak bola pujaan.
Kita harus melihat bagaimana sepak bola bisa menyelamatkan
Argentina dari keterpurukan. Berulang kali negeri itu dihadapkan kepada
krisis ekonomi yang membuat mereka tidak mampu membayar utang-utang mereka. Namun,
kehebatan bintang-bintang seperti Mario Kempes, Diego Maradona, dan sekarang
Lionel Messi di lapangan hijau membuat dunia tidak banyak tahu bahwa
Argentina sedang dihadapkan kepada krisis berat. Atau kita harus belajar dari
Korea Selatan dan Jepang. Bagaimana dari sepak bola mereka bisa mengekspor
budaya unggul bangsa itu. Pemain seperti Park Ji-sung atau Shinji Kagawa
tidak hanya mendapat kesempatan untuk bisa bermain di klub-klub besar Eropa,
tetapi juga persepakbolaan Korea dan Jepang berada dalam kelompok elite dunia.
Di tengah banyak persoalan yang kita hadapi sebagai
bangsa, sepak bola bisa menjadi alat pemersatu. Seperti ketika Ir Suratin
mendirikan PSSI pada 1930, sepak bola menjadi alat perjuangan bangsa.
Anak-anak muda berbakat di masa itulah yang secara perlahan-lahan mem
bangkitkan kebanggaan kepada Indonesia. Baru 15 tahun kemudian, kita
menyatakan diri sebagai Indonesia merdeka.
Kita bisa menyaksikan bagaimana seluruh warga bangsa
menyatu ketika PSSI berlaga. Semua melupakan perbedaan dan hadir di lapangan
untuk mengagungkan Merah Putih. Semua berharap agar kesebelasan nasional bisa
berhasil dan mengibarkan kembali kejayaan Indonesia.
Bayangkan kalau kita bisa mengelola semua potensi itu
secara benar. Tidak mustahil akan lahir bintang seperti Park Ji-sung, Kagawa,
atau bahkan Messi. Ketika ada anak Indonesia yang berkibar di arena
internasional, bukan hanya nama bangsa dan negara ini akan menjadi harum,
melainkan juga itu akan menginspirasi anak-anak muda yang lain untuk tidak
mau kalah.
Kita harus menjadi bangsa yang
unggul di dunia ini. Sekarang ini bahkan terbuka kesempatan untuk mengekspor
budaya unggul ke seluruh dunia. Namun, itu hanya bisa dilakukan kalau sepak
bola diurus mereka yang punya wawasan pembinaan luas, bukan oleh para
petualang sepak bola seperti sekarang ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar