Kamis, 20 Desember 2012

Untung FIFA Masih Tunda Hukuman


Untung FIFA Masih Tunda Hukuman
Suryopratomo ;  Anggota Dewan Redaksi Media Group
MEDIA INDONESIA, 19 Desember 2012



KITA pantas bersyukur bahwa persepakbolaan Indonesia selamat dari hukuman. Pertemuan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) di Tokyo, Jepang, pekan lalu, masih bersabar untuk tidak langsung menghukum Indonesia yang belum juga menyelesaikan perseteruan di antara pengurusnya. FIFA memberi waktu tiga bulan kepada para pengurus sepak bola Indonesia untuk mengakhiri dualisme kepengurusan yang ada.

Presiden FIFA Joseph Blatter mengaku bahwa ada upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk meminta FIFA agar mau memberi waktu tambahan untuk menyelesaikan persoalan internal dalam kepengurusan persepakbolaan nasional. Blatter menerima lobi yang dilakukan pemerintah dan memberi perpanjangan waktu tiga bulan untuk menuntaskan perseteruan yang tidak kunjung berakhir.

Namun apabila tiga bulan ke depan tidak kunjung juga ada penyelesaian yang memuaskan, FIFA tidak akan lagi memberikan toleransi. FIFA sudah menyiapkan hukuman bagi persepakbolaan Indonesia, yakni dilarang untuk ikut berlaga di semua event internasional dan semua wasit FIFA asal Indonesia tidak akan diberi kesempatan memimpin pertandingan internasional.

Penundaan untuk menjatuhkan hukuman kepada Indonesia merupakan mukjizat. Selama ini FIFA tidak pernah mau berkompromi terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan semangat untuk memajukan persepakbolaan dunia. Sepak bola Indonesia akan mengalami kiamat apabila sampai hukuman FIFA itu dijatuhkan. Kita benar-benar akan terkucil dari persepakbolaan internasional dan hanya akan berlaga di ajang ‘antarkampung’.

Waktu tiga bulan seharusnya membukakan mata mereka yang sekarang ini mengaku sebagai pembina sepak bola nasional. Baik PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin maupun Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) pimpinan La I Nyalla Mattalitti seharusnya melepas ego masing-masing dan mau berpikir untuk kepentingan nasional.

Tidak Ada yang Benar

Pemerintah tidak usah setengah-setengah untuk melakukan intervensi. Setelah mereka bertindak untuk melobi FIFA agar kita diberi waktu untuk menyelesaikan persoalan internal, pemerintah harus hadir untuk membawa kedua kubu untuk duduk bersama-sama menyelesaikan persoalan.

Jangan diberikan ruangan kepada mereka untuk mundur ke belakang dan saling mengklaim bahwa merekalah yang paling benar. Tidak ada yang benar di antara kedua kubu karena mereka hanya cakar-cakaran kekuasaan dan tidak peduli pembinaan sepak bola nasional. Mereka telah mengorbankan niat baik anakanak muda berbakat Indonesia untuk berjuang demi mengharumkan nama bangsa dan negara di fora internasional.

Para pemain sepak bola nasional sekarang ini berada dalam posisi serbasalah. Apa pun langkah yang diambil sangat berisiko untuk mendapatkan sanksi. Akibatnya, kita sudah lihat bagaimana kesebelasan nasional kita tidak berdaya di ajang Piala AFF. Demi kepentingan sepak bola nasional, bahkan kalau perlu, pemerintah menjatuhkan sanksi kepada para pengurus dan orang-orang yang mengendalikan mereka dari belakang, untuk tidak boleh terlibat dalam mengurusi sepak bola.

Niat mereka untuk terjun sebagai pengurus sepak bola bukan untuk memajukan persepakbolaan nasional, melainkan justru untuk membawa ke jurang kehancuran. Dua ancaman sanksi yang akan dijatuhkan FIFA benarbenar akan membuat terpuruk persepakbolaan nasional. Sepanjang penghukuman, para pemain sepak bola nasional tidak akan bisa mengasah keterampilan mereka.

Demikian pula, para wasit akan tertinggal wawasannya terhadap berbagai peraturan baru yang berlaku.

Untuk mencegah adanya dugaan pemerintah pilih kasih, pemerintah harus menjaga netralitas. Menteri Pemuda dan Olahraga ad interim Agung Laksono lebih baik tidak terlibat untuk menangani masalah yang satu ini. Sebagai unsur pimpinan Partai Golongan Karya dan juga teman dekat dari keluarga Bakrie, sulit untuk bisa menilai Agung Laksono tidak berpihak.

Membangun Harapan

Mari kita dahulukan kepentingan nasional dari bangsa ini. Kita hadir untuk ikut menyelesaikan persoalan yang terjadi di PSSI karena kita sayang kepada olahraga ini. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang bukan sekadar paling diminati masyarakat, melainkan juga membangun harapan bagi banyak anak muda untuk menjadi bintang sepak bola pujaan.

Kita harus melihat bagaimana sepak bola bisa menyelamatkan Argentina dari keterpurukan. Berulang kali negeri itu dihadapkan kepada krisis ekonomi yang membuat mereka tidak mampu membayar utang-utang mereka. Namun, kehebatan bintang-bintang seperti Mario Kempes, Diego Maradona, dan sekarang Lionel Messi di lapangan hijau membuat dunia tidak banyak tahu bahwa Argentina sedang dihadapkan kepada krisis berat. Atau kita harus belajar dari Korea Selatan dan Jepang. Bagaimana dari sepak bola mereka bisa mengekspor budaya unggul bangsa itu. Pemain seperti Park Ji-sung atau Shinji Kagawa tidak hanya mendapat kesempatan untuk bisa bermain di klub-klub besar Eropa, tetapi juga persepakbolaan Korea dan Jepang berada dalam kelompok elite dunia.

Di tengah banyak persoalan yang kita hadapi sebagai bangsa, sepak bola bisa menjadi alat pemersatu. Seperti ketika Ir Suratin mendirikan PSSI pada 1930, sepak bola menjadi alat perjuangan bangsa. Anak-anak muda berbakat di masa itulah yang secara perlahan-lahan mem bangkitkan kebanggaan kepada Indonesia. Baru 15 tahun kemudian, kita menyatakan diri sebagai Indonesia merdeka.

Kita bisa menyaksikan bagaimana seluruh warga bangsa menyatu ketika PSSI berlaga. Semua melupakan perbedaan dan hadir di lapangan untuk mengagungkan Merah Putih. Semua berharap agar kesebelasan nasional bisa berhasil dan mengibarkan kembali kejayaan Indonesia.

Bayangkan kalau kita bisa mengelola semua potensi itu secara benar. Tidak mustahil akan lahir bintang seperti Park Ji-sung, Kagawa, atau bahkan Messi. Ketika ada anak Indonesia yang berkibar di arena internasional, bukan hanya nama bangsa dan negara ini akan menjadi harum, melainkan juga itu akan menginspirasi anak-anak muda yang lain untuk tidak mau kalah.

Kita harus menjadi bangsa yang unggul di dunia ini. Sekarang ini bahkan terbuka kesempatan untuk mengekspor budaya unggul ke seluruh dunia. Namun, itu hanya bisa dilakukan kalau sepak bola diurus mereka yang punya wawasan pembinaan luas, bukan oleh para petualang sepak bola seperti sekarang ini. ●  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar