Rekam Jejak
Nuklir RI
Nanang Hermawan ; Pengawas
Radiasi Muda
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)
|
REPUBLIKA,
08 Desember 2012
Semua orang mungkin
paham bahwa nuklir merupakan salah satu teknologi tinggi buah karya anak
manusia. Penguasaan sebuah negara terhadap teknologi tinggi dapat
menjadi indikator kemajuan negara yang bersangkutan. Hampir semua negara maju
di dunia saat ini menguasai dan memiliki keunggulan teknologi maju.
Teknologi maju
mendorong manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi secara
lebih cepat, efektif, dan efisien. Dengan demikian, teknologi menjadi
pemercepat pencapaian kesejahteraan sebuah bangsa.
Perkenalan manusia dengan pengetahuan nuklir diawali dengan pengungkapan
fenomena radioativitas ketika fisikawan Prancis, Antonie Henry Becquerel,
menemukan unsur uranium pada 1896. Dari pengamatannya diketahui bahwa unsur
uranium memancarkan radiasi yang dapat menghitamkan pelat film
fotografi.
Gejala pemancaran
radiasi dari suatu unsur yang tidak stabil selanjutnya dikenal sebagai
radioaktivitas sedangkan unsur yang memancarkan radiasi disebut zat
radioaktif atau radionuklida. Dalam perkembangan lebih lanjut, diketahui oleh
Otto Hahn dan Fritz Strassmann pada 1938, unsur U-235 dapat mengalami reaksi
fisi atau pembelahan inti atom berantai apabila ditembaki dengan net- ron
termal.
Peristiwa inilah yang
mendasari penemuan bom nuklir dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Bom nuklir terjadi apabila reaksi fisi yang terjadi secara sengaja tidak
dikendalikan. Adapun di dalam sistem PLTN, reaksi fisi yang terjadi
dikendalikan sedemikian rupa sehingga energi yang dibangkitkan dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
Dewasa ini telah
beroperasi 430 PLTN di seluruh dunia yang beroperasi di 32 negara. Nuklir
memberikan kontribusi listrik dunia mencapai 16 persen, sebuah angka yang
sangat signifikan. Keunggulan nuklir dibandingkan pembangkit listrik yang
lain adalah bahan bakar yang hemat dengan harga yang cukup stabil, serta zero greenhouse gases emmission.
Kebijakan Pemerintah
Menyikapi sering
dilakukannya percobaan senjata nuklir di kawasan Pasifik Selatan, pada 1954
Presiden Soekarno membentuk panitia negara untuk penyelidikan Radioaktivitet
yang dipimpin oleh GA Siwabessy untuk meneliti dampak jatuhan radioaktif yang
terjadi. Menindaklanjuti kebijakan tersebut, melalui PP No 65 Tahun 1958
dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA) pada 5 Desember
1958. LTA kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (Batan)
berdasarkan UU No 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga
Atom.
Melalui UU No 10 Tahun
1997 tentang Ketenaganukliran, terjadi pemisahan fungsi kelembagaan untuk
kegiatan litbangyasa serta promosi tenaga nuklir dan pengawasan
pemanfaatannya. Batan bertanggung jawab melaksanakan kegiatan litbangyasa dan
promosi penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Sedangkan, tugas
kepengawasan menjadi kewenangan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Dalam rangka penyiapan
sumber daya manusia untuk penguasaan teknologi nuklir, sejak 29 Agustus 1977
telah berdiri Jurusan Teknik Nuklir di lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada. Berdirinya program studi tersebut dilandaskan atas kerja sama
antara Batan dan UGM. Dua tokoh bersejarah yang sangat berperan atas
keberadaan lembaga tersebut adalah Prof Ahmad Baiquni M Sc, Ph D selaku
Dirjen Batan dan Ir Soetojo Tjokrodihardjo selaku Dekan FT UGM.
Tujuan pendidikan
teknik nuklir adalah untuk mencetak sumber daya manusia yang andal di bidang
teknologi nuklir, terutama untuk mendukung pendirian PLTN pertama di
Indonesia. Sejak Tahun Anggaran 1998/1999, Jurusan Teknik Nuklir memiliki
Program Studi Teknik Nuklir dan Fisika Teknik yang kemudian mendorong
perubahan nama menjadi Jurusan Teknik Fisika pada 25 Juni 2001.
Di samping tingkat
pendidikan Srata 1 di JTF UGM, pencetakan SDM teknisi nuklir juga dilakukan
oleh Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Batan di Yogyakarta.
Pada awal berdirinya, 3 Agustus 1985, sekolah tinggi ini bernama Pendidikan Ahli Teknik Nuklir yang lebih dikhususkan meng-upgrade SDM Batan dalam jenjang pendidikan Diploma III. Seiring berjalannya waktu, PATN dibuka untuk mahasiswa di luar lingkungan Batan.
Sejak 15 Maret 2001,
PATN berubah menjadi STTN dengan perluasan jen- jang pendidikan Diploma IV
(sarjana sains terapan). Saat ini, di STTN terdapat dua jurusan dengan tiga
program studi, meliputi Jurusan Teknokimia Nuklir (Prodi Teknokimia) dan
Jurusan Teknofisika Nuklir (Prodi Elektronika Instrumentasi dan Prodi Elektromekanik).
Aplikasi Nuklir
Batan sebagai lembaga
pemerintah nonkementerian dalam kegiatan litbang- yasa ketenaganukliran
hingga saat ini sudah mengoperasikan tiga buah reaktor penelitian nuklir,
masing-masing Reaktor Serba Guna GA Siwabessy di Serpong, Reaktor Triga 2000
di Bandung, dan Reaktor Kartini di Yogyakarta. Fokus litbangyasa Batan meliputi
bidang energi (teknologi PLTN), aplikasi nuklir di bidang kesehatan, bidang
pertanian, dan industri.
Dalam bidang
pertanian, radiasi digunakan untuk pemuliaan benih tanaman (padi, kedelai,
jarak pagar, kapas, dan pengawetan bahan makanan), serta pengendalian hama
melalui teknik pemandulan. Di bidang kesehatan, tenaga nuklir telah banyak
diaplikasikan untuk tujuan radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran
nuklir. Adapun aplikasi nuklir untuk industri di antaranya penggunaan
radiografi industri (uji tak merusak material), well logging (penelusuran minyak bumi), iradiator industri, dan
teknik perunutan.
Pada kesempatan 5
Desember 2012, Batan telah menapaki 54 tahun perjalanan pengabdiannya. Banyak
harapan dari berbagai kalangan untuk lebih mendayagunakan penguasaan dan
penerapan teknologi nuklir guna turut mendorong percepatan pembangunan dan
kesejahteraan rakyat.
Penguasaan nuklir bagi
Indonesia bisa menjadi peluang untuk memajukan Indonesia sejajar dengan
negara maju di dunia. Dirgahayu HUT
Batan ke-54, seluruh rakyat menantikan karya bakti nyatamu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar