Sabtu, 22 Desember 2012

Ibu dan Problem Dapur Keluarga


REFLEKSI HARI IBU
Ibu dan Problem Dapur Keluarga
Siti Muyassarotul Hafidzoh ;   Ibu Rumah Tangga,
Peneliti pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
SUARA KARYA, 21 Desember 2012


Ibu adalah seorang pengelola dapur keluarga. Bukan saja dapur (masak) untuk makan semata, melainkan dapur kehidupan. Tanggung jawab ini tidak mudah, karena dapur kehidupan meliputi beragam persoalan, terlebih persoalan akhlak. Di tangan ibu, dipertaruhkan akhlak anak-anaknya. Kalau akhlaknya buruk, maka sang ibu adalah orang pertama yang sangat bersedih. Kalau akhlaknya mulia, maka seorang ibu juga yang menjadi pertama untuk bangga dan bahagia.
Sayangnya, seringkali dapur keluarga hanya dimaknai sekedar dapur makan semata. Maka, ketika harga sembako naik, para ibu menjerit. Tentu saja di tengah krisis tak menentu, kaum ibu dihadapkan pada beragam dilema masalah dapur keluarganya. Ini belum lagi ditambah dengan persoalan keuangan yang dialokasikan untuk pendidikan dan keperluan sosial.
Dalam konteks inilah, ibu sebagai penjaga gawang dapur rumah tangga mesti berefleksi, berfikir dan bergerak. Refleksi Hari Ibu sangat tepat menjadi momentum gerakan ibu untuk terus menjawab setiap problem dari dapur perempuan di Indonesia. Iya, memang seorang ibu tidak bisa lepas dari kegiatan di dapur. Memikirkan makanan apa yang akan disajikan kepada suami dan anak-anaknya adalah tugas penting baginya. Layaknya kementerian yang sekarang sedang merencanakan untuk penghematan anggaran belanja, perempuan rumah tangga pun demikian ingin selalu menggunakan anggaran belanja rumah tangga sehemat mungkin dengan kualitas sebaik mungkin.
Di sinilah seorang perempuan rumah tangga harus sigap dan tanggap dalam menghadapi permasalah yang cukup rumit. Masalah negara menjadi masalah keluarga. Siapa yang bertangggung jawab?
Menunggu belas kasihan pemerintah seperti menunggu hujan di musim kemarau. Sangat menyisakan penyesalan jika perempuan rumah tangga tidak bergerak sendiri dan berpikir yang lebih realitis tanpa ada rasa harap belas kasihan pemerintah. Mereka hanya tahu bahwa rakyatnya miskin, mereka tidak tahu bahwa karena merekalah rakyat menjadi miskin.
Perlu Kreatif
Mari kerahkan segala pikiran dan gerakkan segala kekuatan untuk mencoba keluar dari permasalahan yang pelik ini. Seorang ibu yang memiliki inisiatif untuk maju hingga mampu keluar dari krisis yang mencekik kehidupan keluarga kecilnya adalah perempuan yang tangguh. Walaupun harga kebutuhan hidup naik dan penghasilan suami tidak naik, namun tidak hilang kesadaran untuk menggunakan kreativitas sebagai jalan keluar dari krisis ini. Ketika asap dapur rumah tangganya berkurang maka carilah 'api kreativitas' untuk menghidupkan kompor dapur rumah tangga dengan cara-cara tertentu.
Pertama, jangan hanya menggantungkan kebutuhan pokok rumah tangga pada penghasilan suami. Sebagai seorang perempuan super, maka kreativitas seperti mencari penghasilan tambahan pun akan sangat bermanfaat bagi kehidupan rumah tangga. Perempuan yang tidak hanya di rumah dan tak selalu bergantung pada pekerjaan suami adalah perempuan yang berdaya. Ketangkasan untuk ikut berperan dalam mengais rizki akan sangat membantu perjuangan suami.
Kedua, tidak hanya mengeluh dan putus asa dengan keadaan yang ada. Pe-rempuan rumah tangga yang tidak mampu atau tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu perekonomian suami sebaiknya tidak suka mengeluh dengan keadaan. Keluhan yang selalu dielukan seorang istri pada suaminya akan memperburuk keadaan. Suami akan merasa kesal dengan keluhan istri, dan ia akan menganggap istrinya tidak membantu hanya bisa mengeluh. Semua akan berujung pada keputus-asaan. Sehingga, dampak dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM) seakan mencekik leher kehidupan keluarganya.
Ketiga, selalu optimis dan memberi semangat kepada suami. Perasaan optimis yang tertanam dalam diri seseorang perempuan akan menghasilkan energi positif, baik dalam diri sang suami maupun dirinya sendiri. Perempuan yang berjiwa optimis dan penuh semangat pantang menyerah dengan keadaan, perempuan ini akan selalu menemukan inovasi-inovasi baru untuk mewarnai kehidupannya. Bahkan, ketika di tengah krisis yang melanda pun, ia akan tetap tegar dan tangguh menghadapinya. Perempuan macam ini akan memunculkan gerakan yang luar biasa untuk bisa berdaya dan berkarya.
Ketiga solusi tersebut adalah hanya sebagian yang bisa diingat secara mudah oleh kaum perempuan. Bahwa, dengan kreativitas, kesabaran dan rasa optimis yang tinggi akan memberikan ketenangan rumah tangga walaupun sedang diterpa badai krisis.
Kenaikan harga kebutuhan pokok tak perlu dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan bagi perempuan rumah tangga yang tangguh, sabar dan mandiri. Namun, justru harus menjadi sesuatu yang mampu menumbuhkan potensi kreativitasnya sebagai manajer keuangan rumah tangga yang handal. Segala sesuatu akan menjadi mudah di tangan perempuan yang cerdas dan berdaya pikir kuat. Ingat, menunggu belas kasihan pemerintah hanyalah bayangan belaka.
Dengan demikian, ketika perempuan Indonesia memiliki kekuatan dalam mempertahankan keadaan keluarganya dengan baik maka generasi yang akan terlahir pun akan menjadi generasi yang tangguh, yang tak lekang diterpa badai. Dari dapurlah awal kehidupan keluarga, dari makanan yang dimasak oleh tangan seorang perempuan inilah yang akan menumbuhkan generasi yang sehat jasmani dan rohani.
Selamat berjuang wahai kaum ibu Indonesia. Kerahkan pikiran dan gerakanmu untuk generasi berikutnya. Selamat Hari Ibu! ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar