Harapan dan
Optimisme Pembangunan JSS
Fatah Sulaiman ; Wakil Rektor Bidang Kerja Sama, Komunikasi, dan
Perencanaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
|
MEDIA
INDONESIA, 18 Desember 2012
GAGASAN menghubungkan Sumatra, Jawa, dan Bali pertama kali
dikemukakan Presiden Soekarno pada 1960. Para presiden Indonesia di era
berikutnya mengembangkan gagasan pembangunan infrastruktur strategis guna
menghubungkan pulau-pulau tersebut. Presiden Soeharto menginstruksikan BPPT
mengkaji gagasan dan konsep hubungan langsung Sumatra-Jawa-Bali (Trinusa
Bimasakti) pada 1986.
Dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
diterbitkan empat peraturan perundang-undangan guna mewujudkan cita-cita
besar tersebut, yaitu PP No 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Jembatan Selat Sunda merupakan bagian jaringan jalan bebas hambatan
nasional dan Kawasan Selat Sunda merupakan Kawasan Strategis Nasional),
Keppres No 36 Tahun 2009 tentang Tim Nasional Persiapan Pembangunan Jembatan
Selat Sunda (JSS), Perpres No 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 (Kawasan Strategis
dan Infrastruktur Selat Sunda menjadi salah satu program utama), dan Perpres
No 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur
Selat Sunda (KSISS). Penerbitan peraturan perundang-undangan tersebut
merupakan political will yang sangat kuat dari pemerintah guna mewujudkan
konektivitas Jawa dan Sumatra.
Lesson Learned
Kehadiran infrastruktur jembatan penghubung dua tempat
pada hakikatnya akan meningkatkan dan memperlancar interaksi orang, barang,
dan jasa. Kondisi itu selanjutnya mendorong perkembangan pusat kegiatan
ekonomi baru dan pola ruang baru, kemudian akan memacu pertumbuhan ekonomi
tidak hanya pada daerah-daerah yang terhubung, tetapi juga mencakup wilayah t
l lebih luas lagi.
Seiring dengan perkembangan teknologi, pembangunan
jembatan tidak hanya melintasi sungai. Telah banyak dibangun jembatan untuk
melintasi teluk, selat, bahkan laut. Jembatan Golden Gate di Amerika Serikat,
misalnya, menghubungkan San Francisco dengan Distrik Marin, melintasi Teluk
San Francisco. Jembatan Akashi Kaikyo menghubungkan Kobe-Pulau Honsu dengan
Iwaya-Pulau Iwaji, melintasi Selat Akashi dengan bentang tengah 1.991 meter
(terpanjang di dunia). China telah mengoperasikan Jembatan Xihoumen dengan
bentang tengah 1.650 meter, menghubungkan Pulau Jin tang dan Pulau Ce Zi.
Jika tidak bermanfaat, jembatan tentu tidak akan susah payah dibangun.
Denmark dan Swedia bekerja sama membangun Jembatan Oresund
yang menghubungkan wilayah Copenhagen, Denmark, dengan Malmo, Swedia,
melintasi Selat Oresund. Infrastruk tur tersebut merupakan jembatan jalan dan
rel terpanjang di Eropa. Pada 2007, hampir 25 juta orang melintasi Jembatan
Oresund (15,2 juta orang dengan mobil dan bus, serta 9,6 juta dengan kereta
api). Dua tahun berikutnya, jumlah itu meningkat menjadi 35,6 juta orang.
Kehadirannya telah membuat GDP kawasan Oresund tumbuh lebih tinggi daripada
rata-rata wilayah lain Uni Eropa. Naik dari 115.203 juta euro di 2000 menjadi
130.758 juta euro di 2006, tumbuh 13,5% jika dibandingkan dengan wilayah Uni
Eropa yang hanya meningkat 12,5%.
Sebelum Jembatan Oresund dioperasikan, penyeberangan
Copenhagen-Malmo dilayani feri. Layanan feri tersebut tidak mati, tapi
bertransformasi dengan mutu pelayanan yang semakin baik.
Teknologi dan Tantangan Alam
Tantangan pembangunan jembatan lintas sungai sangat
berbeda dengan lintas selat ataupun laut. Dalam hal lebar dan kedalamannya
sudah berbeda. Teknologi jembatan terus berkembang. Itu tecermin dari semakin
panjangnya bentang yang dibangun, mulai pembangunan jembatan gantung di Menai
(Wales, Inggris) yang hanya 177 meter pada 1826 hingga Jembatan Akashi Kaikyo
dengan bentang 1.991 meter yang dioperasikan pada 1998. Tidak ada masalah
dengan teknologi. Itu justru terus berkembang karena adanya tantangan. Bila
merujuk pada keberhasilan pembangunan Jembatan Xihoumen dan Akashi Kaikyo,
JSS dengan tantangan bentang sekitar 2.200 meter bukanlah hal yang mustahil.
Kekhawatiran terhadap tantangan alam seperti gempa, arus,
dan angin jangan di jadikan penghambat untuk mewujudkan JSS. Situasi di Selat
Akashi tidak jauh berbeda. Ketika pelaksanaan pembangunannya, para ahli
teknik harus menghadapi berbagai tantangan alam. Arusnya begitu kuat,
kecepatan angin hingga 46 m/detik sering membawa badai, dan kadang gempa
berkekuatan 7 hingga 8 pada skala Richter (SR) mengguncang pekerjaan.
Jembatan Akashi Kaikyo tidak rusak ketika terjadi gempa
bumi besar berkekuatan 7,3 SR. Padahal, Kobe dan sekitarnya mengalami
kerusakan hebat. Gempa bumi hanya membuat pilonnya bergeser 1 meter menjadi
1.991 meter, dari sebelumnya 1.990 meter. Jembatan gantung yang ada di dunia
telah dirancang dan terbukti tahan terhadap pengaruh gempa.
Kondisi seismicity dan vulkan yang kompleks tidak
menyurutkan langkah Jepang untuk menghubungkan berbagai wilayah kepulauan
mereka yang terpisah selat dan laut demi memperoleh manfaat ekonomi yang
signifikan.
JSS merupakan mata rantai terpenting dalam penguatan
konektivitas nasional (Jawa dan Sumatra) sesuai dengan program MP3EI, sebagai
sarana untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi sebuah negara dengan ekonomi
besar di 2025.
Masyarakat di Provinsi Banten dan Lampung telah lama
menantikan kehadiran JSS. Keberadaannya akan memberikan peluang ekonomi yang
sangat banyak, beragam, dan luas. Ia juga akan memicu dan mendorong
pembangunan di wilayah Banten Selatan yang saat ini tertinggal.
Pertanyaannya, apakah untuk memperoleh manfaat beragam dan luas seperti itu
hanya cukup dilakukan dengan mengandalkan penyeberangan feri saja? Masyarakat
Banten sedih karena harus merasakan dan melihat antrean di Merak yang setiap
tahun bertambah panjang.
Tidak
terbangunnya JSS merupakan tindakan pembiaran terhadap keterpurukan masalah
logistik nasional dan akan membuat masyarakat Banten dan Lampung serta
Sumatra dan Jawa kecewa karena pertumbuhan ekonomi mereka terhambat. Kita
sebagai warga negara yang baik harus optimistis dan berprasangka baik kepada
pemerintah. Di balik segala kesulitan dan tantangan pasti ada peluang dan
kemudahan. Pelaksanaan program pembangunan KSISS dan JSS akan memberikan
manfaat sangat besar bagi masyarakat, seperti yang telah dirasakan
negara-negara lain di dunia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar