Ekonomi 2013
Firmanzah ; Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
|
REPUBLIKA
INDONESIA, 13 Desember 2012
Senin, 10 Desember 2012, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono memberikan arahan dalam penyerahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2013. Disebutkan bahwa volume belanja negara 2013
sebesar Rp 1.683 triliun dan meningkat 8,7 persen dari APBNP 2012. Jumlah
belanja negara tahun depan meningkat signifikan dibandingkan delapan tahun
sebelumnya. Pada 2005, APBN kita masih pada kisaran Rp 500 triliun dan pada 2009
meningkat di atas Rp 1.000 triliun. Tren ini memberikan optimisme bahwa pada
awal 2015, APBN kita bisa melampui Rp 2.100 triliun. Hal ini menunjukkan
prestasi dan lompatan kapasitas fiskal (fiscal
capacity) yang luar biasa setelah ekonomi Indonesia jatuh akibat krisis
ekonomi 1998.
Motor pertumbuhan (engine of growth) dan penggerak
pemerataan (engine of equity)
terjadi ketika salah satu pilar, selain konsumsi rumah tangga dan investasi
swasta, yaitu belanja negara terus meningkat. Semakin membesarnya ruang fiskal
merupakan hasil sekaligus pendorong perekonomian nasional. Ekonomi APBN menggerakkan ekonomi PDB, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dampak secara langsung terjadi
ketika belanja APBN meningkatkan daya beli masyarakat, menyerap tenaga kerja,
menciptakan lapangan usaha baru, serta membangun sarana dan infrastruktur
publik. Dampak tidak langsung terjadi ketika belanja APBN memberikan
stimulus munculnya usaha dan lapangan kerja baru di sekitar pembangunan
proyek infrastruktur, optimalisasi potensi daerah setelah infrastruktur
terbangun, serta peningkatan produktivitas akibat program pendidikan dan
kesehatan yang disediakan negara. Selain itu, bergeraknya roda perekonomian
juga berdampak positif terhadap kapasitas belanja negara.
Tumbuhnya perekonomian membuat penerimaan negara dari sektor pajak dan
nonpajak meningkat pula. APBN Indonesia menunjukkan hubungan positif antara
kedua pola hubungan ini. Selain itu, realisasi defisit anggaran terhadap PDB
dari tahun 2005 terus dijaga di bawah 3 persen.
Pendapatan negara 2013, baik dari
penerimaan sektor perpajakan, bukan pajak, maupun hibah sebesar Rp 1.529,7
triliun. Jumlah ini meningkat 12,6 persen dari APBNP 2012. Meningkatnya pen
dapatan negara, terutama dari sektor perpajakan, merupakan cerminan meng ge
liatnya aktivitas ekonomi dan bisnis di Indonesia.
Fiskal sebagai
pendorong perekonomian terjadi ketika belanja negara, baik di pusat maupun
daerah, memberikan stimulus bagi ekonomi nasional. Pada 2013, dana
transfer ke daerah mencapai Rp 528, 6 triliun. Bandingkan dengan 2005 di mana
dana transfer ke daerah hanya sebesar Rp 150,5 triliun. Dalam kurun
waktu delapan tahun, telah terjadi peningkatan dana transfer ke daerah
sebesar 250 persen.
Salah satu prioritas nasional saat
ini adalah percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur nasional. Kita
bersyukur, anggaran infrastruktur dalam APBN terus meningkat. Dalam APBN
2013, alokasi belanja infrastruktur sebesar Rp 213 triliun, termasuk alokasi
pengalihan subsidi listrik sebesar Rp 11,8 triliun. Apabila ditambahkan
dengan alokasi belanja infrastruktur dari dana transfer daerah sebesar Rp 96
triliun, total belanja infrastruktur akan mencapai Rp 309 triliun. Jumlah ini
meningkat dari jumlah belanja infrastruktur yang ditetapkan dalam APBNP 2012
sebesar Rp 174,9 triliun.
Meskipun jumlah Rp 309 triliun
secara relatif masih di bawah rule of
thumb ideal belanja infrastruktur terhadap total PDB, kemampuan fiskal
Indonesia yang meningkat lebih dari 140 persen hanya dalam dua tahun perlu kita
apresiasi bersama. Terlebih, kalau kita melihat konteks di mana pertumbuhan
belanja infrastruktur terjadi ketika dunia sedang menghadapi krisis ekonomi.
Tentunya, sumber pembiayaan infrastruktur
tidak hanya mengandalkan APBN. Pemerintah terus meningkatkan peran serta,
baik BUMN maupun pi hak swasta, dalam pembangunan in fras truktur. Dalam
arahan Presiden SBY ketika bertemu dengan jajaran Kementerian BUMN dan
Pemimpin BUMN, diinstruksikan untuk terus meningkatkan belanja modal (capital expenditure) BUMN. Diharapkan
kontribusi BUMN akan mencapai lebih dari Rp 77 triliun. Selain itu juga,
mekanisme public private partnership
(PPP) didorong untuk lebih mengajak partisipasi swasta dalam pembangunan
infrastruktur. Efek pengungkit (multiplier
effect) dari alokasi dana infrastruktur APBN 2013 menjadi driving force tidak hanya pembangunan
infrastruktur itu sendiri, tetapi juga akan menarik partisipasi lebih besar
lagi dari BUMN dan swasta.
Ekonomi APBN merupakan bagian
penting dalam menstimulasi ekonomi PDB. Meningkatnya alokasi belanja ne gara
dalam APBN akan menggerakkan fungsi-fungsi produksi (production functions) nasional. Ketika program dan rencana kerja,
baik di pusat maupun daerah, secara efektif dan efisien kita lakukan, akan
semakin meningkatkan total output nasional.
Selain ekonomi produktif, semakin
besarnya ruang fiskal, kita juga memiliki
kemampuan lebih besar dalam menjalankan
program-program sosial dan peningkatan kesejahteraan. Program prorakyat empat
kluster merupakan salah satu pilar untuk mewujudkan sustainable growth with equity. Keberlangsungan program-program
prorakyat pada 2013 akan terus ditingkatkan implementasinya kepada mereka
yang tidak mampu bersaing dalam mekanisme pasar. Program prorakyat dijalankan
melalui sejumlah program, seperti rumah sangat murah dan murah melalui PNPM,
dana BOS, subsidi, Program Keluarga Harapan (PKH), dan Raskin.
Untuk lebih mengoptimalkan lagi
dampak positif ABPN terhadap PDB, Presiden SBY telah memberikan instruksi
untuk terus meningkatkan dan memperbaiki serapan anggaran pada 2013. Selain
itu, sistem penganggaran juga sudah berorientasi hasil (output oriented) sehingga lebih mudah melakukan evaluasi kinerja
tiap-tiap unit.
Selain itu juga, peningkatan koordinasi akan terus
dilakukan untuk menghindari penumpukan realisasi program pada akhir tahun.
Lewat dukungan semua pihak, kita optimistis dengan dukungan ruang fiskal yang
lebih besar pada 2013, ekonomi akan mampu tumbuh 6,8 persen dan pemerataan
pembangunan juga semakin meningkat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar