Selasa, 18 Desember 2012

Berang pada Malaysia


Berang pada Malaysia
Rahardi Ramelan ;  Pengamat Teknologi dan Masyarakat 
REPUBLIKA, 17 Desember 2012


Buat kita semua, rakyat Indonesia, tulisan, pernyataan, serta penghinaan terhadap presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie, oleh politikus senior Malaysia, Zainud din Maidin, sudah keterlaluan. Dikhawatirkan, pernyataan ini tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan puncak pelecehan Malaysia terhadap bangsa Indonesia. Sudah lama kita mendengar informasi soal pelecehan dan penghinaan oleh masyarakat dan polisi Malaysia terhadap warga negara Indonesia yang bekerja di Malaysia. Mulai dari penganiayaan sampai pemerkosaan tenaga kerja Indonesia wanita oleh polisi Malaysia. Kita pun diam dan hanya menggerutu. 

Diplomasi kita yang mengandalkan soft diplomacy hanya berani sampai rasa penyesalan dan protes, tanpa tindakan yang tegas sehingga memberikan peluang pihak lain terus menginjak-injak kita. Kita terlena dengan pernyataan dan ungkapan bahwa kita saudara serumpun. Kita pun seolah-olah mengiyakan saja. Malaysia terdiri atas tiga etnis yang berbeda, India, Cina, dan Melayu. Mereka menghadapi persaingan yang keras. Dengan siapa sebetulnya kita serumpun? Kita berbeda, kita bangsa yang berbudaya dan multietnis. Apakah etnis Melayu di Malaysia yang membutuhkan dukungan dari kita karena takut dengan peran etnis lainnya, Cina dan India? Sehingga, bagi etnik Melayu di Malaysia, harus mencari saudara serumpun. Janganlah kita mengikuti pemikiran mereka itu.

Mengapa Terus Diam?

Kita mengetahui bahwa banyak kasus narkoba di Indonesia yang dilakukan oleh warga Malaysia. Mereka telah merusak generasi muda dan masyarakat kita. Apakah itu kesengajaan dan strategi mereka? Anehnya, kita diam-diam saja, pemerintah dan masyarakat membiarkan saja Malaysia berbuat demikian. Kita tidak pernah mengeluarkan pernyataan pedas ataupun bicara keras dan lantang bahwa Malaysia adalah salah satu pembawa wabah narkoba ke Indonesia.

Demikian juga dengan pembawa ideologi ekstrem dan terorisme, ada yang berasal dari Malaysia. Mereka telah membuat keresahan masyarakat dan kerja keras polisi kita. Tapi, seolah-olah kita tutup mata bahwa semua itu dilakukan oleh warga Malaysia. Apa yang kita takuti untuk menyatakan pedas dan keras terhadap Malaysia? Apakah hanya sekadar sopan santun? Atau, memang kita lemah?

Masih hangat di ingatan kita peristiwa Pulau Sipadan-Ligitan dan kasus perbatasan di Kalimantan. Sepertinya, kita terus mengalah. Belum lagi, kasus batik dan reog ponorogo. Kita pun hanya bisa teriak sesaat. Apa hanya itu yang bisa kita perbuat sebagai bangsa pejuang? Apa kita harus terus diperlakukan demikian oleh Malaysia?

Penghinaan

Boleh saja di antara kita terdapat perbedaan mengenai presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie. Itu adalah bagian dari kehidupan politik sebuah negara demokrasi. Tapi, tidak akan pernah menjadi penghinaan. Belum lama ini, terjadi kasus penghinaan terhadap presiden keempat Republik Indonesia, Abdurrachman Wahid, yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur. Betapa reaksi dari warga Nahdliyin membuat Sutan Bathoegana, politikus senior Partai Demokrat, langsung meminta maaf atas pernyataannya soal Gus Dur. 

Yang terjadi dengan BJ Habibie sekarang ini dilakukan oleh warga negara asing. Penghinaan dengan kata-kata kasar dan menjijikkan sepertinya keluar dari mulut seseorang yang tidak berbudaya. Jangan lupa bahwa Zainuddin Maidin adalah seorang politikus senior. Walaupun pernyataannya itu merupakan pendapat pribadi, rasanya tidak mungkin bahwa itu bukan merupakan pandangan dari kelompok-kelompok tertentu di kalangan politikus Malaysia.

Walaupun BJ Habibie tidak menanggapi pernyataan Zainuddin Maidin, bangsa Indonesia merasa terhina. Kita harus berbuat sesuatu. Menyuarakan dengan keras dan tegas kutukan kita. Kalau perlu, kita harus menjadi berang kalau harga diri diinjak-injak oleh orang asing. Pemerintah kita pun harus menunjukkan sikap yang tegas. Hentikan semua rencana kunjungan resmi ke Malaysia. Yang dihina bukan BJ Habibie sebagai perorangan, beliau adalah presiden ketiga Republik Indonesia. 

Presiden resmi bangsa Indonesia. Penghinaan tersebut juga penghinaan terhadap institusi kepresidenan. Apakah pemerintah mau masih tetap diam? Marilah kita bangsa Indonesia menunjukkan sikap yang tegas terhadap Malaysia yang diwakili oleh Zainuddin Maidin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar