Selasa, 04 Desember 2012

Bangkitnya Industri Manufaktur


Bangkitnya Industri Manufaktur
Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo ;  Pengamat Ekonomi
SINDO, 03 Desember 2012


Perkembangan ekonomi di Indonesia mengalami babak baru dalam beberapa waktu terakhir.Jika beberapa tahun lalu perekonomian Indonesia ditandai oleh lambatnya pertumbuhan sektor industri manufaktur,beberapa bulan terakhir ini menunjukkan tanda-tanda berbeda. 

Badan Pusat Statistik (BPS) bulan lalu melaporkan,perekonomian Indonesia tumbuh 6,17% pada kuartal III/2012. Dengan pertumbuhan sebesar itu, selama periode Januari–- September 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,29%. Adapun secara sektoral, industri manufaktur tumbuh 6,38%. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 6,17%. Bahkan jika kita hanya melihat industri manufaktur nonmigas,pertumbuhannya di kuartal III 2012 lebih impresif lagi, 7,27%. 

Dalam sembilan bulan,Januari sampai September 2012, pertumbuhan sektor industri manufaktur telah mencapai 5,86%, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 6,29%. Kendati demikian, khusus untuk industri manufaktur nonmigas, tingkat pertumbuhan selama sembilan bulan pada 2012 mencapai 6,50%. Ini berarti selama sembilan bulan tersebut, secara keseluruhan sudah mulai terjadi kebangkitan sektor industri manufaktur nonmigas tersebut. 

Jika dilihat subsektor industri penyumbang pertumbuhan, ternyata yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri pupuk,kimia,dan barang dari karet yang tumbuh 8,91% dalam sembilan bulan terakhir. Sementara itu, industri semen dan barang galian bukan logam tumbuh 8,75%, industri makanan, minuman dan tembakau sementara itu tumbuh 8,22%, sedangkan industri alat angkut, mesin dan peralatannya tumbuh 7,52%. 

Sayangnya dalam sektor industri manufaktur nonmigas terdapat subsektor yang tumbuh negatif, yaitu industri kertas dan barang cetakan yang turun 4,50%.Demikian juga industri kayu dan barang dari kayu juga turun 4,21%, sementara sektor industri pengolahan barang lainnya turun 2,25%. Kebangkitan sektor industri manufaktur sebagaimana yang digambarkan dalam statistik itu, sebetulnya belum sepenuhnya menggambarkan realita di lapangan. 

Menurut hemat saya, kebangkitan sektor industri manufaktur jauh lebih hebat dibandingkan dengan yang terungkap di data statistik dan sangat mungkin sudah berlangsung lebih lama.Ada beberapa hal yang mendasari pendapat saya tersebut. Pertama, dalam hal industri alat angkut, mesin dan peralatannya, pertumbuhan yang dicapai memang cukup tinggi, yaitu 7,52%. 

Namun, dalam sektor industri ini, penjualan (dan tentunya juga terkait produksi melihat jumlah stok yang sangat terbatas) mobil di dalam negeri telah mengalami pertumbuhan 24% selama sembilan bulan pertama 2012. Karena penjualan sepeda motor tumbuh negatif, data pertumbuhan industri alat angkut, mesin dan peralatannya secara keseluruhan menjadi lebih rendah.Kendati demikian,saya yakin dengan perhitungan yang lebih cermat, pertumbuhan sektor ini akan lebih tinggi dari data yang dilaporkan saat ini. 

Kedua, industri kertas dan barang cetakan tumbuh negatif 4,50%. Angka ini sangat membingungkan, karena dengan pertumbuhan sektor industri lainnya yang sangat tinggi maka seharusnya sektor ini pun tumbuh positif. Untuk karton boks (corrugated carton), misalnya, industri tersebut tumbuh cukup tinggi karena didorong oleh permintaan pada industri makanan, minuman, dan tembakau yang sangat tinggi. 

Demikian juga permintaan yang berasal dari kebutuhan industri lainnya.Sebagai contoh,karton pembungkus boneka Barbie yang diproduksi oleh Mattel di Jababeka juga tumbuh sangat tinggi, sehingga rasanya aneh melihat kinerja sektor tersebut justru negatif. Bahkan jika dilihat secara keseluruhan, kita melihat kontribusi sektor tersebut dalam produk domestik bruto (PDB) yang sebesar Rp50 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun 2012 ini, sementara Asia Pulp and Paper saja––perusahaan yang memproduksi bubur kertas dan kertas, menghasilkan penjualan sebesar USD5,4 miliar atau sekitar Rp50 triliun.

Sementara di sektor industri tersebut, kita juga melihat adanya perusahaan seperti Riau Pulp yang dimiliki oleh Raja Garuda Mas, Tanjung Enim Lestari yang dimiliki oleh Marubeni ataupun pabrik kertas yang dimiliki oleh Fajar Surya Wisesa, Cengkareng Paper, Wirabox, dan sebagainya. Belum lagi di industri hilirnya, misalnya pada perusahaan converting kertas yang mengolah kertas menjadi tisu dan sebagainya. 

Sangat mungkin di sini terjadi underreporting, sehingga sangat boleh jadi pertumbuhan sektor tersebut yang negatif patut dipertanyakan. Yang terakhir adalah tahun dasar dari perhitungan PDB, yaitu tahun 2000. Ini berarti perhitungan pertumbuhan ekonomi kita didasarkan hasil survei pada 2000. Padahal dalam beberapa tahun terakhir, banyak sekali pertumbuhan yang baru di sektor industri manufaktur yang sangat mungkin belum “tertangkap” dalam sektor industri tersebut. Sebagai contoh, industri popok bayi. 

Dewasa ini industri popok bayi tersebut memiliki pasar lebih dari Rp5 triliun. Bahkan, Procter and Gamble melakukan investasi pembangunan pabrik baru senilai USD1 miliar. Jika ini belum termasuk dalam sektor industri yang dihitung, bisa dibayangkan berapa besar yang berada di luar coverage sektor industri manufaktur kita. Itulah sebabnya maka saya yakin yang terjadi saat ini adalah industry led growth, yaitu pertumbuhan ekonomi kita, justru dipimpin oleh sektor industri manufaktur. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar