Rabu, 19 Desember 2012

Bahaya Ketika Otak Depan Off-Line


Bahaya Ketika Otak Depan Off-Line
Moh Hasan Machfoed ;  Ketua Umum Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
JAWA POS, 19 Desember 2012


TEWASNYA 20 murid dan 6 guru SD Sandy Hook di Amerika, Sabtu (15 Desember 2012), sungguh membuat hati bagai tertusuk sembilu. Mereka dibantai remaja yang diduga mengalami depresi. Pelakunya remaja 20 tahun bernama Adam Lanza. Kemudian, dia menembak dirinya sendiri. Presiden Obama pun tak kuasa menahan air mata ketika mengucapkan belasungkawa. Para pemimpin dunia tak ketinggalan ikut berbelasungkawa.

Adam dikenal sebagai anak pintar namun tertutup. Selama ini dia tinggal bersama ibunya, Nancy Lanza, yang telah bercerai dengan Peter Laza, ayah Adam. Tragisnya, Nancy pun ditembak mati Adam. Itu terjadi setelah keduanya bertengkar. Senjata makan tuan, Nancy dibunuh Adam dengan senjata koleksinya. Setelah menembak Nancy, Adam bergegas menuju SD Sandy Hook, tempat ibunya mengajar. Kemudian, terjadilah peristiwa nahas itu, yang berakhir dengan bunuh diri Adam.

Adam memiliki perilaku abnormal, melanggar norma/standar masyarakat. Tergolong sebagai gangguan/penyakit mental, distress dan perilaku maladaptif (menyimpang). Banyak fakor yang memicu terjadinya perilaku itu. Beberapa di antaranya faktor genetik dan lingkungan yang tak mendukung perkembangan jiwa sehat. 

Manusia Lahir Mulia 

Manusia lahir dilengkapi otak. Satu organ yang teramat vital yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Satu di antara fungsi penting otak adalah kognitif. Struktur otak yang mengatur fungsi ini adalah sistem limbik dan kortek (bagian luar otak). Secara bersamaan, dua struktur ini mengatur emosi, perilaku, motivasi, memori, dan spiritual. Melalui fungsi ini pula, otak mengubah sensasi objek luar menjadi persepsi, persepsi menjadi niat dan niat menjadi tindakan. 

Dalam fungsi ini, kortek pre frontalis (KPF) yang ada di otak depan menjadi semacam "bos" atau melakukan fungsi otak tertinggi. Di antaranya: (1) memandu berpikir cerdas; (2) menentukan tindakan dan emosi; (3) menghambat pikiran, tindakan, perilaku, dan perasaan yang tidak pantas (jelek); (4) membuat tujuan terarah; (5) membuat tindakan terarah dan menghambat tindakan yang tidak relevan; (6) mengendalikan berbagai tingkat pengolahan, termasuk merencanakan, mengambil keputusan,                      menilai, memilih, memelihara, dan memperbarui aktivasi; (7) mengatur stabilitas emosional, dan (8) fungsi penting lainnya. Jadi, KPF ini mewakili fungsi otak waras.

Banyak penelitian membuktikan bahwa sifat-sifat mulia KPF itu terdapat pada otak bayi baru lahir. Dengan kata lain, Tuhan telah sejak awal menganugerahkan otak mulia/suci pada saat bayi. Potensi universal manusia cenderung ke arah kebaikan dan kebenaran. Perkembangan selanjutnya bergantung pada lingkungan. Ironisnya, lingkungan inilah yang akan mengubah pola pikir/perilaku manusia dari yang suci menjadi berlumur dosa.

Kemajuan di bidang brain imaging (pencitraan otak) telah memungkinkan melihat perubahan otak terkait dengan perilaku abnormal. 

Menurut berbagai penelitian, pengalaman seseorang sangat signifikan mengubah pola pikir otak dan perilaku. Pada anak-anak yang banyak menonton video kekerasan, aktivasi KPF sangat menurun. Penelitian social learning menemukan bahwa anak-anak ini memiliki perilaku yang agresif, brutal, tidak mengenal kasihan kepada teman dan lingkungan sekitar. Dengan penurunan aktivasi KPF berarti fungsi KPF yang cenderung pada kebaikan dan kebenaran telah mengalami off-line(terhenti). Dengan demikian, KPF tidak mampu lagi mengontrol perilaku agresif dan perilaku menyimpang lainnya.

Otak dan Ibadah 

Penurunan aktivasi KPF juga ditemukan pada imaging orang yang stres, seperti kecemasan, depresi. Sistem limbik pun menunjukkan aktivitas abnormal, yaitu respons primitif yang disebut fight and/or flight (berkelahi dan/atau minggat). Respons primitif ini termasuk naluri dasar manusia (mirip binatang), tapi tanpa kontrol KPF. Orang itu akan berperilaku abnormal. Stres tinggi dan/atau yang kelanjutan menyebabkan daerah otak yang terlibat dalam memori dan emosi, sepertihippocampus, amygdala, dan KPF mengalami structural remodeling (perubahan struktur) ke arah yang lebih jelek. Hal ini mengakibatkan gangguan memori, meningkatkan kecemasan, agresi, dan perilaku abnormal.

Hal sebaliknya terjadi pada beberapa penelitian menarik lainnya. Pada orang yang khusyuk beribadah, jalur yang menghubungkan sistem limbik dengan KPF menjadi aktif. Pada saat yang sama, jalur yang menghubungkan sistem limbik dengan kortek parietalis menjadi off-line (tidak aktif). Pada saat ini seluruh perhatian orang hanya diarahkan pada Tuhan. Dia jeda kontak dan tak terganggu dengan lingkungan sekitar. Kortek parietalis berfungsi menerima semua sensasi luar (lingkungan). 

Penelitian-penelitian tentang perilaku si khusyuk dan tidak membuktikan bahwa iman yang kuat dan ibadah khusyuk sangat bermanfaat bagi kehidupan. Hal itu menyebabkan orang dapat hidup lama, terhindar dari stroke/penyakit jantung, memiliki sistem kekebalan baik, tekanan darah turun. Kondisi tersebut juga dapatmeningkatkan kesehatan mental dan emosional. Terhindar dari stres psikologis, perceraian, bunuh diri, dan perilaku abnormal lain. 

Kembali ke masalah Adam. Pada waktu bertengkar dengan ibunya, KPF Adam off-line dan diganti respons sistem limbik yang bersifat buas. Karena itu, dia tega membunuh ibunya. Sejenak kemudian dia bergegas ke SD. Sementara itu, di satu pihak KPF tetap off-line, di lain pihak respons buasnya mengalami overstimulation (rangsang berlebihan). Itu pemicu Adam melakukan pembantaian. Sesaat setelah pembantaian, KPF Adam sempat online, dan menyadari telah membuat kesalahan fatal. Sedetik kemudian terjadilah apa yang disebut self punishment (menghukum diri sendiri). Itulah alasan Adam bunuh diri. Bunuh diri adalah fenomena yang paling sering didapatkan pada penderita depresi berat. Apalagi, kalau merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar