Senin, 11 Juni 2012

Perang Wacana Pilpres II Mesir


Perang Wacana Pilpres II Mesir
Ibnu Burdah ; Pemerhati Masalah Timur Tengah dan Dunia Islam,
Dosen Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
SUMBER :  SUARA MERDEKA, 11 Juni 2012


SUHU politik di Mesir menjelang pilpres putaran II tanggal 16-17 Juni 2012 makin panas. Eskalasinya meningkat dengan jatuhnya vonis terhadap Mubarak, anak-anak, dan sejumlah kroninya yang tidak diterima banyak kalangan.
 
Berbagai cara digunakan dua kubu untuk mensolidkan dukungan kelompoknya, menarik dukungan dari kandidat lain yang tersingkir pada putaran pertama beserta partai dan konstituennya, serta dukungan massa umum, termasuk dengan mengeksploitasi isu vonis Mubarak.

Di luar dugaan banyak pengamat dan perkiraan berdasarkan hasil survei, Mohammed Mursi dan Ahmed Shafiq melaju ke putaran kedua. Mereka mengungguli  dua kandidat kuat yang semula diperkirakan banyak pihak akan memimpin Mesir baru, yaitu Amr Mussa dan Abdel Moneim Abol Fotouh. Kemenangan Mursi, kandidat Ikhwan, yang sebelumnya kurang populer, menegaskan bahwa mesin partai Hurriyah wa al-Adalah masih berjalan baik untuk mendongkrak popularitas calonnya.

Namun mereka tetap gagal menyatukan suara pemilih partai itu yang seharusnya hampir mencapai 50%. Diperkirakan kehadiran Abdol Fotouh dalam daftar kandidat memecah sebagian suara partai tersebut. Tugas mereka adalah mengonsolidasikan ulang konstituen. Celakanya, hingga saat ini Abol Fotouh, idola anak muda Ikhwan, belum menyatakan dukungan untuk Mursi.
 
Ahmed Shafiq, mantan perdana menteri era Mubarak, secara mengejutkan, menduduki posisi kedua dari 12 kandidat (semula 13) yang bersaing. Hampir semua pihak memandang Shafiq sangat dekat dengan Mubarak yang merupakan antagonis terbesar pascarevolusi. Meskipun beberapa hari menjelang putaran pertama namanya menjulang dalam beberapa survei, tetap saja kemenangannya sebagai kejutan.

Kontestasi Wacana

Isu yang segera berkembang adalah pertarungan rezim lama versus pendukung revolusi. Wacana ini melejit seiring protes keras dari publik Mesir terhadap vonis Mubarak dan kroninya. Jika wacana ini yang terus dominan dan bisa bertahan hingga pelaksanaan pilpres maka keuntungan ada di tangan Mursi. Karena itu, begitu mengetahui hasil sementara, petinggi Partai Hurriyah wa al-Adalah, termasuk Mursi, menggencarkan wacana itu. Vonis Mubarak di tengah upaya itu ibarat durian runtuh.

Kubu Ikhwan dengan keras memperingatkan rakyat Mesir soal ancaman bahaya jika Shafiq memperoleh kemenangan pada putaran kedua. Pernyataan semacam ini terutama dimaksudkan untuk menarik dukungan dari kelompok liberal serta keluarga korban meninggal dan luka dalam proses menjatuhkan Mubarak.

Sebaliknya, Ikhwan sebenarnya kurang disukai oleh konsituen kelompok liberal, termasuk banyak keluarga korban. Ikhwan dipandang kurang memiliki andil dalam proses penjatuhan Mubarak dan plin-plan dalam upaya mempertahankan revolusi pasca-Mubarak dengan pernah bermain mata dengan Dewan Militer. Tapi Ikhwan sebaliknya, terus berupaya keras membuktikan sahamnya bagi revolusi itu. Inilah yang terus dieksploitasi Shafiq dengan menyatakan kepada kelompok liberal bahwa ”revolusi Anda sudah dirampas”.

Pendukung Shafiq juga berupaya menggeser isu dengan mewacanakan Mesir modern versus  Kerajaan Islam, sekuler versus Islam dengan sedapat mungkin menghindari isu mengenai Mubarak. Mereka ingin memanfaatkan kekhawatiran banyak pihak terhadap Ikhwan jika memegang penuh kendali kekuasaan; legislatif dan eksekutif; jika Mursi yang memerintah dan sebenarnya ia dalam kontrol Mursyid Ikhwan maka Mesir akan diperintah oleh pemerintahan agama yang tidak demokratis. Ikhwan juga dituding berambisi menguasai peradilan dan tentara Mesir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar