Selasa, 05 Juni 2012

Bantuan Melawan Penyakit Terbukti Berhasil


Bantuan Melawan Penyakit Terbukti Berhasil
Jeffrey D Sachs ; Guru Besar Ekonomi dan Direktur Earth Institute di Columbia University, Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Millennium Development GOALS
SUMBER :  KORAN TEMPO, 4 Juni 2012


Salah besar mereka yang mengecam bantuan luar negeri sebagai upaya yang sia-sia. Semakin banyak data yang menunjukkan tingkat kematian di banyak negara miskin menurun dengan tajam, dan program-program yang didukung bantuan luar negeri dalam penyediaan layanan kesehatan telah memainkan peran penting dalam menyelamatkan jutaan nyawa manusia.

Salah satu studi paling baru yang dilakukan Gabriel Demombynes dan Sofia Trommlerova menunjukkan angka kematian bayi di Kenya (kematian di bawah usia 1 tahun) menurun tajam pada tahun-tahun terakhir ini berkat tersedianya secara besar-besaran kelambu yang melindungi rakyat miskin dari serangan nyamuk malaria. Temuan ini konsisten dengan studi mengenai tingkat kematian akibat malaria yang dilakukan Chris Murray dan para peneliti lainnya, yang juga menemukan penurunan angka kematian akibat malaria yang cepat setelah 2004 di kawasan sub-Sahara Afrika, berkat langkah-langkah mengendalikan malaria dengan bantuan luar negeri.

Marilah kita kembali ke 12 tahun silam. Pada 2000, Afrika menghadapi tiga epidemi utama. AIDS membunuh lebih dari 2 juta orang setiap tahun, dan menyebar dengan cepat. Malaria merebak di mana-mana karena semakin kuatnya resistansi parasit terhadap obat-obat standar yang ada pada saat itu. Tuberkulosis juga demikian halnya, sebagian akibat epidemi AIDS dan sebagian lagi juga karena munculnya jenis TBC yang resistan terhadap obat. Di samping itu, setiap tahun ratusan ribu wanita meninggal saat melahirkan karena tidak memperoleh akses melahirkan di puskesmas atau rumah sakit atau bantuan darurat bila diperlukan.

Berbagai krisis yang saling terkait ini mendorong diambilnya tindakan. Pada September 2000, negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi Millennium Development Goals (MDGs). Tiga dari delapan sasaran MDGs--menurunkan angka kematian anak, angka kematian ibu saat melahirkan, dan sebaran penyakit-penyakit yang epidemis--berfokus langsung pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Sedunia telah mengeluarkan seruan ditingkatkannya bantuan pembangunan di bidang kesehatan. Dan para pemimpin Afrika, di bawah pimpinan Presiden Nigeria waktu itu, Olusegun Obasanjo, menerima tantangan melawan penyakit epidemis yang menyerang benua itu. Nigeria menjadi tuan rumah dua konferensi tingkat tinggi yang bersejarah, mengenai malaria pada 2000 dan mengenai AIDS pada 2001, yang merupakan pendorong utama diambilnya tindakan.

Pada konferensi tingkat tinggi yang kedua, Sekretaris Jenderal PBB saat itu, Kofi Annan, menyerukan dibentuknya Global Fund to Fight AIDS, TB, and Malaria (Dana Global Melawan AIDS, TBC, dan Malaria). Dana global ini mulai bekerja pada 2002 untuk membiayai program pencegahan, pengobatan, dan perawatan ketiga penyakit tersebut. Negara-negara dengan pendapatan yang tinggi juga akhirnya sepakat mengurangi utang yang ditanggung negara-negara miskin, sehingga memungkinkan mereka meningkatkan belanja induk program kesehatan dan mengurangi belanja untuk membayar utang mereka kepada kreditor.

Amerika Serikat juga mengambil tindakan dengan mengadopsi dua program utama MDGs. satu untuk melawan AIDS dan satu kainnya untuk melawan malaria. Pada 2005, Millennium Project PBB merekomendasikan pendekatan khusus dalam meningkatkan layanan primer kesehatan di negara-negara miskin. Negara-negara yang berpendapatan tinggi membantu menutup biaya yang diperlukan untuk ini yang tidak mampu ditanggung sendiri oleh negara-negara miskin. Majelis Umum PBB mendukung banyak di antara rekomendasi yang diajukan Millennium Project itu, yang kemudian mulai dilaksanakan di sejumlah negara berpendapatan rendah.

Bantuan donor mulai meningkat dengan tajam berkat upaya-upaya ini. Pada 1995, total bantuan untuk layanan kesehatan mencapai sekitar US$ 7,9 miliar. Menjelang 2000, jumlah yang tidak mencukupi ini kemudian perlahan-lahan meningkat sampai US$ 10,5 miliar. Menjelang 2005, bantuan setiap tahun untuk layanan kesehatan ini naik US$ 5,9 miliar lagi, dan menjelang 2010, jumlahnya bertambah US$ 10,5 miliar, sehingga mencapai US$ 26,9 miliar pada tahun itu.

Bertambahnya dana memungkinkan dilakukannya kampanye besar-besaran melawan AIDS, TBC, dan malaria, serta ditingkatkannya upaya penyelamatan kelahiran anak dan ketersediaan vaksin, termasuk untuk polio yang hampir telah berhasil diberantas sama sekali. Banyak teknik layanan kesehatan masyarakat yang inovatif telah dikembangkan dan diadopsi. Dengan 1 miliar penduduk yang hidup di negara-negara berpendapatan tinggi, jumlah bantuan dari negara donor ini pada 2010 mencapai sekitar US$ 27 per orang-–jumlah yang kecil bagi mereka, tapi yang sangat berarti dalam menyelamatkan banyak nyawa rakyat di negara-negara miskin.

Keberhasilan di bidang kesehatan masyarakat sekarang bisa dilihat di banyak bidang. Pada 1990, sekitar 12 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal. Menjelang 2010, angka ini turun menjadi sekitar Rp 7,6 juta-–masih terlalu tinggi, tapi jelas merupakan kemajuan bersejarah. Kematian akibat malaria di kalangan anak-anak di Afrika menurun dari angka tertinggi sekitar 1 juta pada 2004 menjadi sekitar 700 ribu menjelang 2010, dan di seluruh dunia, kematian di kalangan wanita hamil menurun hampir separuh antara 1990 dan 2010, dari perkiraan sebanyak 543 ribu menjadi 287 ribu.

Dengan bantuan per tahun US$ 10-15 miliar lagi (artinya US$ 10-15 miliar lagi bantuan per orang di negara-negara berpendapatan tinggi), sehingga total bantuan mencapai sekitar US$ 40 miliar per tahun, kemajuan yang lebih besar lagi diharapkan terjadi pada tahun-tahun yang akan datang. MDGs untuk kesehatan bisa terwujud bahkan di banyak negara paling miskin di dunia.

Sayangnya, pada setiap langkah yang diambil selama dekade yang lalu-–dan masih juga sampai hari ini-–ada suara yang skeptis mengenai bantuan yang dibutuhkan ini. Mereka berkali-kali mengatakan bahwa bantuan itu sia-sia; dana itu terbuang percuma; kelambu antimalaria tidak bisa diberikan kepada masyarakat miskin karena mereka tidak akan menggunakannya; masyarakat miskin tidak akan menggunakan obat anti-AIDS dengan benar; dan seterusnya. Kecaman mereka gencar (saya sendiri mengalaminya).

Para penentang bantuan tersebut bukan hanya salah besar. Antagonisme mereka yang vokal itu masih mengancam pendanaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas kemanusiaan ini, untuk menurunkan angka kematian anak dan ibu yang cukup dengan tercapainya sasaran MDGs menjelang 2015 di negara-negara miskin. Dan sesudah itu melanjutkannya guna menjamin semua orang di mana pun berada pada akhirnya memperoleh akses layanan dasar kesehatan ini.

Sepuluh tahun kemajuan yang telah dicapai di bidang kesehatan membuktikan kelirunya mereka yang skeptis itu. Bantuan luar negeri untuk layanan kesehatan berhasil--dengan baik-–dalam menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kehidupan. Marilah kita terus mendukung program yang menyelamatkan nyawa manusia ini, yang menjunjung tinggi harkat dan kesejahteraan semua orang di muka bumi ini. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar