Indonesia
Kian Cantik di Mata Investor Teknologi Andreas Maryoto ; Wartawan (Penulis Kolom “Industri Digital”)
Kompas |
KOMPAS ,12 Agustus 2021
Pandemi
tidak menyurutkan investor mencari usaha rintisan di Indonesia untuk didanai.
Aksi korporasi perusahaan teknologi di Indonesia membuat mereka mau melirik
usaha-usaha rintisan di negeri ini. Di setiap masalah selalu ada peluang.
Bahkan, peluangnya semakin besar. Pekan
lalu Aruna, usaha rintisan perikanan asal Indonesia, baru saja disuntik dana
sebesar 35 juta dollar AS atau setara dengan Rp 500 miliar. Pendanaan ini
dipimpin Prosus dan East Ventures, didampingi investor lain, termasuk AC
Ventures, SIG, Vertex, dan MDI. Ini adalah pendanaan seri A terbesar untuk
sektor teknologi pertanian dan maritim. Aruna
adalah salah satu contoh usaha rintisan yang didanai di tengah pandemi. Data
yang dikeluarkan oleh Dailysocial menyebutkan, selama tahun ini saja sejumlah
usaha rintisan di Indonesia telah mendapat pendanaan. Beberapa di antaranya
bergerak di sektor tekfin sebanyak 25 perusahaan, layanan perangkat lunak
atau SaaS (13), teknologi pendidikan (8), teknologi kesehatan (4),
perdagangan (4), dan logistik (3). Nilai pendanaan sangat bervariasi, namun
ada yang mendapatkan 35 juta dollar AS dan 100 juta dollar AS. CEO
Dailysocial Rama Mamuaya mengatakan, pasar Indonesia yang luar biasa besar
secara perlahan mulai bergeser ke digital. Pandemi mengakselerasi proses ini,
tidak lagi perlahan tetapi menjadi luar biasa cepat. Orang yang tadinya pergi
ke kantor sekarang bekerja secara daring. Mereka yang tadinya ke sekolah
menjadi belajar daring. Mereka yang tadinya berbelanja di mal kini cukup
belanja dari rumah. Orang yang tadinya pergi ke restoran kini cukup memakai
jasa pemesanan dan pengantaran makanan. Head
of Startupindonesia.co Erwin Arifin sependapat, investasi usaha rintisan
malah naik saat pademi. Pandemi tidak berdampak buruk pada minat investor
untuk mendanai usaha rintisan di Indonesia. Sebaliknya, investor asing malah
berlomba mengeluarkan dananya untuk usaha rintisan. ”Faktor
terbesarnya karena banyak kabar bagus dari usaha rintisan di Indonesia,
seperti merger Gojek-Tokopedia, penawaran saham perdana Bukalapak, rencana
Traveloka menawarkan saham melalui SPAC, kemarin Kredivo juga mengabarkan
rencana menawarkan saham melalui SPAC,” katanya. Indonesia
menjadi tempat yang nyaman dan diburu perusahaan modal ventura. Di
Startupindonesia.co, jumlah investor di jaringan itu naik sebesar 40 persen
selama dua bulan terakhir. Dari mereka yang berinvestasi, sekitar 70 persen
berasal dari luar negeri. Di
samping pendanaan langsung, investor juga melirik pendanaan melalui korporasi
khusus untuk pencarian dana publik (special purpose acquisition company/SPAC).
Mereka meminang usaha rintisan di dalam negeri kemudian melakukan merger.
Setelah itu mereka mencatatkan saham di bursa efek. Langkah ini dilakukan
agar publik bisa berinvestasi di perusahaan teknologi. Dua perusahaan yang
dikabarkan akan mencari pendanaan dengan strategi ini adalah Kredivo dan
Traveloka. ”Saya
melihat kisah perjalanan bisnis mereka sudah siap karena kebanyakan juga memang sudah
mendapatkan dana dari investor multinasional dan ujung-ujungnya tetap tentang
pasar digital Indonesia yang menarik. Memang masih banyak keraguan soal SPAC
dari kalangan perusahaan bank investasi dan investor ritel. Namun, selama
fundamental finansialnya kuat, saya merasa enggak ada yang perlu
dikhawatirkan,” kata Rama Mamuaya. Erwin
Arifin mengatakan, banyak yang bilang Asia Tenggara dan Indonesia tengah
berada di pertumbuhan perusahaan teknologi yang akan terus melaju (inflection
point) karena banyak pengumuman aksi korporasi. Perkembangan ini berkebalikan
dengan pandangan investor yang dulunya skeptis dengan pasar Asia Tenggara dan
Indonesia di sektor teknologi. ”Akhirnya
sekarang kita mendapat bukti bahwa sektor teknologi bisa sangat menguntungkan
dan pasar kita jadi makin menarik buat investor. Apalagi Indonesia punya
ukuran pasar paling besar dari semua negara di Asia Tenggara. Di internal
komunitas modal ventura, mereka bilang rute untuk menjadi unicorn itu cuma
ada dua, yaitu menjadi besar di indonesia atau membuat rencana ekspansi
regional ke Asia Tenggara,” kata Erwin. Kita
tentu bertanya-tanya, seusai mendapatkan dana, apa yang dilakukan oleh usaha
rintisan itu? Kredivo kabarnya akan meluaskan pasar ke negara lain. Salah
satunya adalah Vietnam. Aruna akan meluaskan jangkauan mereka kepada
nelayan-nelayan di berbagai daerah. ”Dengan
pendanaan yang ada, Aruna memperluas jangkauannya untuk bisa merangkul lebih
banyak nelayan bergabung, melakukan pengembangan teknologi yang lebih masif,
penambahan jumlah tim dan peluang kerja baru serta menjalankan
inisiatif-inisiatif yang berfokus pada isu keberlanjutan,” ungkap Utari
selaku chief sustainability officer
dari Aruna. Saat
ini, Aruna sudah bekerja dengan berbagai pihak di dalam ekosistem perikanan
nasional untuk mendorong pertumbuhan perikanan yang lebih masif, seperti
dengan industri pengolahan ikan serta perusahaan distribusi dan logistik,
untuk bisa menghasilkan produk olahan yang berkualitas dan bersaing di pasar
global ataupun domestik. ”Dengan
adanya pendanaan ini, Aruna berharap dapat memperluas dampak ekonomi dan juga
sosial di berbagai wilayah pesisir Indonesia. Untuk itu, kami juga membuka
ruang untuk berkolaborasi dengan berbagai pelaku industri demi mewujudkan
misi untuk menjadikan laut sebagai sumber kehidupan yang lebih baik untuk
semua,” kata Utari. Bila
saja investor global jeli melihat peluang di Indonesia, seharusnya investor
dalam negeri juga bergairah untuk masuk ke usaha rintisan. Memang perlu
dipahami, ini bukan investasi yang dalam semalam akan terlihat hasilnya.
Mereka memberi harapan dalam jangka panjang. Melihat masalah di Indonesia
yang beragam, peluang perusahaan teknologi untuk memberi solusi sangat besar.
● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar