Tahun
Baru
Victor Litaay ; Wartawan/Kontributor Sinar Harapan (?)
|
SINAR
HARAPAN, 31 Desember 2013
Saya hampir berani memastikan, satu lagu yang
akan diperdengarkan di pergantian tahun adalah Auld Lang Syne karya seorang penyair Skotlandia, Robert Burns,
yang dibuat pada 1788.
Konon, Burns tidak menulisnya sendiri. Ia
mengadopsinya dari karya orang lain. Auld Lang Syne berkisah tentang
persahabatan, menyiratkan pentingnya mengenang dan merenungkan apa yang telah
dilewati.
Lalu, apa yang layak kita kenang dari 2013? Di
pagi hari, saat melintas di pusat kota, dari jendela bus, saya menyaksikan
pembuatan panggung dadakan tepat di tengah jalan. Seakan membaca pikiran para
penumpang, seorang bapak di samping saya berkomentar, “Wah bakal macet besok
nih,” gumamnya, mungkin untuk dirinya sendiri.
Setiba di kantor, saya sempat membaca berita
bahwa seorang artis papan atas Indonesia mengakui, honornya menghibur
masyarakat penonton di malam tahun baru ini bisa ratusan juta rupiah.
Di lingkungan rumah saya, para tetangga
jauh-jauh hari sudah saling bertanya, siapa saja yang ada di rumah dan tidak
pulang kampung. Ini penting agar rencana acara barbekyu-an, alias bakar-bakar
jagung, ikan, ayam, dan sebagainya lancar.
Lokasinya pun sudah ditetapkan.
Demikian pula daftar bahan yang harus dibeli.
Setidaknya masih ada beberapa hal yang bisa
mewarnai persiapan pergantian tahun, seperti kembang api dan trompet. Saya
menduga, saat pulang ke rumah nanti, saya bisa mendengar lengkingan trompet
yang baru dibeli para orang tua, ditiup anak-anak, bahkan sebelum tahun baru.
Namun, mungkin karena kebiasaan, saya dalam
beberapa tahun terakhir ini mengamati akan adanya apa yang saya namakan
“pertanyaan standar” yang akan ditanya para reporter di TV, radio, atau surat
kabar, khusus untuk menyambut Tahun Baru.
Itu kira-kira berbunyi, “Apa resolusi Anda di
Tahun Baru?” Jawabannya pun penuh semangat dan kelihatan bersungguh-sungguh.
Sampai ada media yang merasa perlu menyusun daftar resolusi terbaik di tahun
tertentu, tidak masalah terpenuhi atau tidak.
Hiruk-pikuk persiapan terjadi di sekitar saya.
Bahkan, saat menulis ini masih muncul reminder pesan otomatis akan paket
promo akhir tahun produk A, diskon menginap dan merayakan Tahun Baru di Hotel
B, belum lagi cuci gudang akhir tahun, dan sebagainya.
Bahkan, kalau mau, Anda bisa memperoleh paket
murah perjalanan ibadah yang konon didiskon atas dasar Tahun Baru. Semua
pihak punya alasan mengambil manfaat dari Tahun Baru.
Tidak ada salahnya pelaku ekonomi menawarkan
banyak hal pada konsumen. Toh, mereka juga perlu hidup. Mendulang rezeki
dalam suasana hati konsumen yang bergembira adalah wajar. Konsumen juga perlu
bergembira.
Kalau boleh jujur, konsumen banyak yang mulai
menyiasati kegiatan mereka. Tanpa perlu ke luar negeri, di dalam negeri saja
rata-rata hotel, restoran, dan tempat hiburan yang bisa dipesan sudah
mendekati, jika tidak bisa dibilang, habis terjual atau terpesan.
Dengan siap dibelanjakannya rupiah untuk
konsumsi akhir tahun, semoga kenangan akan rupiah yang terus menurun terhadap
dolar AS di Agustus akan menjadi pertimbangan.
Tidak ada faedahnya jika setelah hingar-bingar
Tahun Baru, kegiatan ekonomi lesu karena semua sibuk memperbaiki cash flow
rumah tangga. Apalagi jika sebagian orang merasa perlu minta tambahan ke
tempat kerja dengan alasan harga-harga membumbung tinggi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar