|
KORAN
SINDO, 14 Juli 2013
“Ihdinash-shirathalmustaqim.
Shirathal-ladzina an’amta ’alaihim ghairilmaghdhubi ’alaihim waladhdhal-lin.”
Semua muslim mengetahui bahkan hafal betul ayat keenam dan ketujuh dari ummulquran ini, yang dibaca entah berapa puluh kali setiap harinya. Makin sering salat sunah, di samping yang wajib, makin banyaklah ayat ini dibaca. Arti ayat itu tentu juga semua muslim tahu benar, yaitu, “Tunjukilah aku jalan yang lurus; jalan yang Engkau ridai, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, apalagi jalan orangorang yang sesat.” Itulah harapan setiap muslim yang dinyatakan dalam ayat yang bermuatan doa yang luar biasa ini.
Ibaratnya orang mau ke Pasar Minggu (surga) dari Tanjung Priok (kehidupan), inginnya terus di jalan yang benar sampai ke Pasar Minggu itu. Jangan nyasar dulu ke Mangga Besar dan mampir dulu ke ”masjid” (massage dan pijit). Dengan perkataan lain, jalan yang lurus itu adalah jalan yang benar versi Allah SWT. Mengapa harus versi Allah? Karena kebenaran sejati hanya Allah yang tahu. Sebagai orang yang tidak tahu, kita pasrah pada bimbingannya- Nya sampai kita tiba di gerbang surga.
Ibarat orang buta mau menyeberang jalan, dia pasrah saja pada yang membimbingnya menyeberangi jalan. Kalau dia sok tahu, malah bisa ketabrak bus Transjakarta. Tidak ada yang lebih tahu daripada Allah Yang Mahatahu, dan tidak ada yang lebih benar daripada Allah Yang Mahabenar. Sampai di sini, semua muslim pasti sepakat. Sayangnya, banyak sekali di antara umat Islam yang justru tidak mempraktikkan doa kita sendiri dalam surat Alfatihah tersebut. Allah menciptakan umat manusia yang berbeda- beda, tetapi Allah menghendaki agar sesama manusia saling bersaudara, saling ber-ikhwan. Apalagi sesama muslim.
Maka di Mesir ada kelompok/gerakan yang bernama Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Islam), yang bersama muslim lain di Mesir berhasil menggulingkan Presiden Mubarak. Tetapi sekarang, setelah Muhammad Mursi yang berasal dari Ikhwanul Muslimin menjadi presiden, justru sesama muslim berantem sendiri sampai timbul puluhan korban. Di Suriah lebih ngeri lagi, korbannya sudah ribuan selama perang saudara sesama muslim yang sudah berlangsung dua tahun ini.
Di Indonesia juga sudah mulai. Syiah dianggap bukan muslim dan harus direlokasi ke luar Sampang, padahal mereka sudah turun-temurun sebelumnya tinggal dan bekerja di kampungnya dengan damai, tanpa gangguan apa pun. Ahmadiyahapalagi, dibantaidi Cikeusik. Di Ambon, di Maluku Utara, di Poso, perang antaragama minta korban ribuan juga, belum lagi yang bom bunuh diri yang korbannya sesama muslim juga, malah sesama jamaah masjid (yang ini masjid betulan; pakai “d”, bukan “t”) di Polres Cirebon.
Mengapa terjadi seperti itu? Karena ada saja orang yang merasa paling tahu dan merasa bahwa apa yang diketahuinya itulah yang paling benar. Orang lain yang tidaksamapikirannya dengan dia sendiri, pasti salah, bertentangan dengan agama, disweeping saja, thogut, dibom saja (padahal korban bom ya muslim juga). Padahal, setiap nabi, termasuk Rasullulah, dulunya, di masa hidupnya adalah juga golongan minoritas, pengikut awalnya hanya keluarga dan sahabatsahabat. Mereka, para nabi itu, biasanya dicari-cari penguasa, mereka di-sweeping oleh mayoritas.
Nabi Muhamad terpaksa hijrah ke Madinah, sedangkan Nabi Isa malang nasibnya, beliau tertangkap dan disalib. Nasib para nabi itu sama dengan nasib banyak ilmuwan yang mencari kebenaran melalui penelitian ilmiah. Dulu Galileo Galilei dikucilkan dari gereja selama 300 tahun dan dianggap orang gila karena teori Heliocentrism- nya (Bumi mengelilingi Matahari, bukan Matahari mengelilingi Bumi). Sekarang orang yang masih bilang bahwa matahari mengelilingi bumi justru orang itulah yang kurang “setengah setrip”. Sebaliknya, Isaac Newton pernah menjadi “raja” fisika selama teorinya tentang gravitasi bumi belum terbantahkan.
Tetapi ketika Albert Einstein datang dengan teori relativitasnya, Newton terlempar dari singgasananya. Dulu orang percaya pada Dewa Petir, kemudian orang tahu bahwa petir berasal dari permainan awan-awan di langit, bahkan Thomas Alfa Edison berhasil mengembangkan teorinya tentang listrik dari eksperimennya dengan petir itu. Sudah banyak rahasia Allah yang mulai dibuka satu per satu kepada umatnya. Keberadaan Benua Amerika diberitahukan Allah kepada manusia melalui Columbus. Angsa hitam ditemukan di Australia, yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal oleh manusia.
Teknik kloning sudah berhasil dengan kera, sedikit lagi manusia. Telegram, telepon, faksimile, internet, ponsel, SMS, dan sebagainya, semua satu per satu dibukakan Allah rahasianya, sehingga kita hari ini bisa menikmatinya. Tetapi jauh lebih banyak lagi yang belum dibukakan rahasianya oleh Allah kepada umat manusia. Siapa tahu kelak manusia tidak perlu naik pesawat udara untuk pergi ke seberang lautan, cukup masuk di mesin pemindai (scanner) raksasa, dan melalui email dikirim ke tujuan real time (tiba di tujuan detik itu juga).
Tetapi bagaimana caranya untuk mengungkap rahasia Allah? Wahyu Allah, “Baca! Iqra!” Hadis Rasullah, “Belajarlah sampai ke negeri Cina. Tanyakan pada ahlinya kalau kamu tidak tahu.” Tetapi apa yang kita lakukan? Kita malas baca. Paling senang dengar saja. Dengar taushiyah dan telan saja semua yang dikatakan ustaz (tidak semua taushiyah baik loh), dengar gosip dan menonton infotainment (dengar juga). Sesudah itu, siap untuk sweeping siapa saja yang dianggap tidak sama pendirian.
Kalau ada yang melawan: lempar, rusak, bakar, hancurkan, bom! Tidak peduli, termasuk jika si korban juga salat seperti si penyerang. Membaca membuat kita kritis dan hanya dengan berpikir kritis kita bisa menemukan kebenaran sejati dari Allah. Belajar ke negeri Cina (maksudnya ke negeri yang jauh, yang orang-orangnya pintar-pintar, misalnya ke UI atau UGM). Jangan lupa tanya juga pada orang-orang pintar di sekeliling kita.
Maka kita akan tahu banyak, kita akan terlatih untuk berpikir kritis, dan hanya dengan berpikir kritis itulah kita akan mendapatkan rahasia Allah yang makin lama makin terkuak lebar. Jangan takabur dan merasa diri kita sendiri yang paling benar. Karena ibaratnya si buta yang sok tahu, malah dia akan ketabrak bus Transjakarta. Selamat berpuasa. ●
Semua muslim mengetahui bahkan hafal betul ayat keenam dan ketujuh dari ummulquran ini, yang dibaca entah berapa puluh kali setiap harinya. Makin sering salat sunah, di samping yang wajib, makin banyaklah ayat ini dibaca. Arti ayat itu tentu juga semua muslim tahu benar, yaitu, “Tunjukilah aku jalan yang lurus; jalan yang Engkau ridai, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, apalagi jalan orangorang yang sesat.” Itulah harapan setiap muslim yang dinyatakan dalam ayat yang bermuatan doa yang luar biasa ini.
Ibaratnya orang mau ke Pasar Minggu (surga) dari Tanjung Priok (kehidupan), inginnya terus di jalan yang benar sampai ke Pasar Minggu itu. Jangan nyasar dulu ke Mangga Besar dan mampir dulu ke ”masjid” (massage dan pijit). Dengan perkataan lain, jalan yang lurus itu adalah jalan yang benar versi Allah SWT. Mengapa harus versi Allah? Karena kebenaran sejati hanya Allah yang tahu. Sebagai orang yang tidak tahu, kita pasrah pada bimbingannya- Nya sampai kita tiba di gerbang surga.
Ibarat orang buta mau menyeberang jalan, dia pasrah saja pada yang membimbingnya menyeberangi jalan. Kalau dia sok tahu, malah bisa ketabrak bus Transjakarta. Tidak ada yang lebih tahu daripada Allah Yang Mahatahu, dan tidak ada yang lebih benar daripada Allah Yang Mahabenar. Sampai di sini, semua muslim pasti sepakat. Sayangnya, banyak sekali di antara umat Islam yang justru tidak mempraktikkan doa kita sendiri dalam surat Alfatihah tersebut. Allah menciptakan umat manusia yang berbeda- beda, tetapi Allah menghendaki agar sesama manusia saling bersaudara, saling ber-ikhwan. Apalagi sesama muslim.
Maka di Mesir ada kelompok/gerakan yang bernama Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Islam), yang bersama muslim lain di Mesir berhasil menggulingkan Presiden Mubarak. Tetapi sekarang, setelah Muhammad Mursi yang berasal dari Ikhwanul Muslimin menjadi presiden, justru sesama muslim berantem sendiri sampai timbul puluhan korban. Di Suriah lebih ngeri lagi, korbannya sudah ribuan selama perang saudara sesama muslim yang sudah berlangsung dua tahun ini.
Di Indonesia juga sudah mulai. Syiah dianggap bukan muslim dan harus direlokasi ke luar Sampang, padahal mereka sudah turun-temurun sebelumnya tinggal dan bekerja di kampungnya dengan damai, tanpa gangguan apa pun. Ahmadiyahapalagi, dibantaidi Cikeusik. Di Ambon, di Maluku Utara, di Poso, perang antaragama minta korban ribuan juga, belum lagi yang bom bunuh diri yang korbannya sesama muslim juga, malah sesama jamaah masjid (yang ini masjid betulan; pakai “d”, bukan “t”) di Polres Cirebon.
Mengapa terjadi seperti itu? Karena ada saja orang yang merasa paling tahu dan merasa bahwa apa yang diketahuinya itulah yang paling benar. Orang lain yang tidaksamapikirannya dengan dia sendiri, pasti salah, bertentangan dengan agama, disweeping saja, thogut, dibom saja (padahal korban bom ya muslim juga). Padahal, setiap nabi, termasuk Rasullulah, dulunya, di masa hidupnya adalah juga golongan minoritas, pengikut awalnya hanya keluarga dan sahabatsahabat. Mereka, para nabi itu, biasanya dicari-cari penguasa, mereka di-sweeping oleh mayoritas.
Nabi Muhamad terpaksa hijrah ke Madinah, sedangkan Nabi Isa malang nasibnya, beliau tertangkap dan disalib. Nasib para nabi itu sama dengan nasib banyak ilmuwan yang mencari kebenaran melalui penelitian ilmiah. Dulu Galileo Galilei dikucilkan dari gereja selama 300 tahun dan dianggap orang gila karena teori Heliocentrism- nya (Bumi mengelilingi Matahari, bukan Matahari mengelilingi Bumi). Sekarang orang yang masih bilang bahwa matahari mengelilingi bumi justru orang itulah yang kurang “setengah setrip”. Sebaliknya, Isaac Newton pernah menjadi “raja” fisika selama teorinya tentang gravitasi bumi belum terbantahkan.
Tetapi ketika Albert Einstein datang dengan teori relativitasnya, Newton terlempar dari singgasananya. Dulu orang percaya pada Dewa Petir, kemudian orang tahu bahwa petir berasal dari permainan awan-awan di langit, bahkan Thomas Alfa Edison berhasil mengembangkan teorinya tentang listrik dari eksperimennya dengan petir itu. Sudah banyak rahasia Allah yang mulai dibuka satu per satu kepada umatnya. Keberadaan Benua Amerika diberitahukan Allah kepada manusia melalui Columbus. Angsa hitam ditemukan di Australia, yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal oleh manusia.
Teknik kloning sudah berhasil dengan kera, sedikit lagi manusia. Telegram, telepon, faksimile, internet, ponsel, SMS, dan sebagainya, semua satu per satu dibukakan Allah rahasianya, sehingga kita hari ini bisa menikmatinya. Tetapi jauh lebih banyak lagi yang belum dibukakan rahasianya oleh Allah kepada umat manusia. Siapa tahu kelak manusia tidak perlu naik pesawat udara untuk pergi ke seberang lautan, cukup masuk di mesin pemindai (scanner) raksasa, dan melalui email dikirim ke tujuan real time (tiba di tujuan detik itu juga).
Tetapi bagaimana caranya untuk mengungkap rahasia Allah? Wahyu Allah, “Baca! Iqra!” Hadis Rasullah, “Belajarlah sampai ke negeri Cina. Tanyakan pada ahlinya kalau kamu tidak tahu.” Tetapi apa yang kita lakukan? Kita malas baca. Paling senang dengar saja. Dengar taushiyah dan telan saja semua yang dikatakan ustaz (tidak semua taushiyah baik loh), dengar gosip dan menonton infotainment (dengar juga). Sesudah itu, siap untuk sweeping siapa saja yang dianggap tidak sama pendirian.
Kalau ada yang melawan: lempar, rusak, bakar, hancurkan, bom! Tidak peduli, termasuk jika si korban juga salat seperti si penyerang. Membaca membuat kita kritis dan hanya dengan berpikir kritis kita bisa menemukan kebenaran sejati dari Allah. Belajar ke negeri Cina (maksudnya ke negeri yang jauh, yang orang-orangnya pintar-pintar, misalnya ke UI atau UGM). Jangan lupa tanya juga pada orang-orang pintar di sekeliling kita.
Maka kita akan tahu banyak, kita akan terlatih untuk berpikir kritis, dan hanya dengan berpikir kritis itulah kita akan mendapatkan rahasia Allah yang makin lama makin terkuak lebar. Jangan takabur dan merasa diri kita sendiri yang paling benar. Karena ibaratnya si buta yang sok tahu, malah dia akan ketabrak bus Transjakarta. Selamat berpuasa. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar