Sabtu, 22 Desember 2012

Pencak Silat Jalan di Tempat


Laporan Akhir Tahun 2012 Olahraga
Pencak Silat Jalan di Tempat
KOMPAS, 22 Desember 2012


Indonesia beruntung punya seni bela diri tradisional sendiri, yakni pencak silat. Namun, sejak mencoba mengepakkan sayap di pentas dunia, 32 tahun silam, silat kalah mengakar di kancah global dibandingkan dengan bela diri lain. Silat jalan di tempat, yang lain melesat pesat.

Perkembangan pencak silat perlahan mendunia, berawal dari menyatunya sepuluh perguruan historis dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia pada 18 Mei, 64 tahun lalu. Upaya memperkenalkan seni bela diri yang merupakan bagian dari budaya Melayu itu ke seantero dunia semakin jelas patokannya setelah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (Pesake), Persekutuan Silat Singapura (Persisi), dan Persatuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam (Persib) membentuk Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (Persilat), 11 Maret 1980.

Sebagai motor dari kelahiran Persilat, Indonesia terus berusaha mengembangkan pencak silat ke sejumlah negara. Strategi utamanya, memperkenalkan pencak silat ke negara-negara Eropa. Jika bisa diterima Eropa, kata Eddie M Nalapraya, presiden pertama Persilat, pencak silat jauh lebih mudah mendunia.

Sasaran awalnya adalah Belanda yang punya hubungan emosional dengan Indonesia. Lalu, dibidiklah Perancis yang terkenal dengan Bercy. Bercy merupakan pentas festival berbagai bela diri dari segala penjuru dunia.

Setelah mengawali dengan Kejuaraan Dunia I pada 1982 di Jakarta, pencak silat masuk ke SEA Games 1987 Jakarta. Bela diri itu pun jadi cabang olahraga ekshibisi di Asian Games 2002 Busan. Setelah itu, hingga kini Persilat dan IPSI jalan di tempat.
Pencak silat tak pernah bisa jadi cabang olahraga resmi Asian Games. Sementara itu, taekwondo jadi cabang resmi olimpiade sejak 2000. Kini wushu yang jadi anggota resmi Asian Games sejak 1990 pun mengintai panggung yang lebih tinggi, sementara karate mencoba kembali peruntungannya untuk dipentaskan di Olimpiade 2020.

Memperkaya

Di panggung prestasi, pencak silat mewujud pada dua ”pementasan”. Pertama, nomor jurus atau seni yang menampilkan gerakan menyerang dan bertahan dalam satu rangkaian koreografi.

Kedua, nomor tarung yang dilakukan secara bebas, sesuai keinginan serta kemampuan pesilat yang berada di arena laga dalam menghadapi lawan.

Di kancah dunia, pencak silat jalan di tempat karena IPSI dan Persilat belum memiliki rangkaian jurus paten. Padahal, jurus paten adalah jurus ”pergaulan” karena bukan lagi milik eksklusif satu perguruan tertentu. Jurus paten berhak dimiliki semua perguruan sehingga pesilat dari segala tempat bisa berkompetisi dengan satu standar penilaian.

Menurut Rustadi Effendi, mantan Sekretaris Jenderal IPSI dan Sekretaris Jenderal Persilat, pada 1980 IPSI dan Persilat mengumpulkan sejumlah tokoh pencak silat nasional dan Asia Tenggara selama enam bulan guna membuat jurus paten atau wajib. Jurus itulah yang akan dipergunakan di kejuaraan internasional.

Hasilnya: hanya diperoleh satu jurus dengan seratus gerakan yang kemudian menjadi nomor wajib. Ini sangat sedikit untuk bisa bersaing di pentas dunia jika dibandingkan dengan karate yang memiliki 104 jurus paten dari empat aliran.

Kegagalan membuat banyak jurus paten disebabkan dua hal. Pertama, dana organisasi yang sedikit sehingga hanya cukup untuk membentuk tim selama enam bulan. Kedua, literatur tentang pencak silat sangat terbatas jika dibandingkan dengan literatur seni bela diri lain. Karate, contohnya, punya banyak koleksi literatur karena sebelum mendunia, pengembangannya dilakukan di perguruan tinggi.

Selain lebih efektif, di kampus, pengembangan karate Shotokan dengan Gichin Funakoshi sebagai tokohnya, menurut Madju Dharyanto Hutapea, mantan Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI), jurus-jurus yang dihasilkan jauh lebih ilmiah.

Berbeda dari karate, pencak silat lebih banyak menyebar di dunia lewat festival. Ini juga efektif untuk penyebaran. Hanya, perkembangan yang berawal dari festival bakal terpusat pada sejumlah perguruan yang mendapat kesempatan tampil, seperti Perguruan Beringin Sakti, Cimande Terumbu, Pamur Kombinasi Tjimande, Persaudaraan Setia Hati, dan Persaudaraan Setia Hati Terate. Semuanya pun tumbuh di Eropa, seperti Perancis.

Itu sebabnya, sekalipun Persilat sudah memiliki cabang di 46 negara di lima benua, 
geliatnya tak gemerlap.

Tidak Kompak

Pertumbuhan pencak silat meredup tak lama setelah menjadi cabang olahraga ekshibisi Asian Games 2002 Busan. Sementara IPSI yang diharapkan menjadi motor Persilat pun terasa kehilangan gereget dalam lima tahun periode kepengurusan 2006-2011.

Dalam lima tahun periode itu, sebagai contoh, jumlah kejuaraan pencak silat yang diikuti pesilat nasional pun cuma tujuh. Praktis, hanya PON 2008, Kejuaraan Nasional 2009 dan 2010, Kejuaraan Dunia 2010 di Jakarta, SEA Games 2011, Pra-PON 2012, serta PON 2012 yang ada dan mereka ikuti.

Tentu ini sangat sedikit apabila dibandingkan dengan yang digelar oleh FORKI, yang tahun ini saja bisa menggelar lebih dari lima kejuaraan. Itu sudah termasuk kejuaraan tingkat dunia.

Prabowo Subianto menjadi Presiden Persilat 2010-2014 guna menyatukan kemudi 
pencak silat nasional dan internasional. Di dalam genggamannya masih memiliki pekerjaan rumah yang harus dituntaskan, seperti janjinya saat terpilih, yaitu memberikan dampak positif bagi kemajuan perkembangan pencak silat di ke-70 negara anggota Persilat.

Sudah saatnya Indonesia kembali berperan menjadi motor Persilat. Indonesia sudah terlampau lama absen. Itu tecermin dari pemberitaan kantor berita Antara, Mei lalu. Diwartakan bahwa Duta Besar RI untuk Belgia, Luksemburg, dan Uni Eropa Arif Havas Oegroseno menyayangkan ketidakikutsertaan pesilat Indonesia di Kejuaraan Belgia Terbuka yang berlangsung di Antwerp.

Oegroseno juga menyayangkan, sudah empat tahun terakhir Indonesia sebagai lokomotif Persilat tidak bisa mengirimkan pesilatnya ke kejuaraan penting yang digelar di Eropa. Sementara Malaysia, Vietnam, bahkan Jepang berpartisipasi.

Sekalipun demikian, Persilat memang tidak hanya berpangku tangan. Di bawah kepengurusan Prabowo-lah Persilat masih mampu menggelar Kejuaraan Dunia di Chiang Mai, Thailand, akhir November lalu. Indonesia keluar sebagai juara umum setelah membawa pulang 9 medali emas, 4 perak, dan 5 perunggu.

Tentu semua itu belum cukup. Ke depan, IPSI berikut Persilat harus terus mengembangkan jurus-jurus dengan faktor kesulitan yang lebih menantang, serta mempunyai kepengurusan yang solid dan program yang agresif. Hanya dengan itu pencak silat kelak dapat menjadi bela diri yang dipertandingkan di olimpiade. (Korano Nicolash LMS)

1 komentar:

  1. halo gamer sejati di indonesia, aku ingin memberitakan permainan uang asli yang lagi booming belakangan ini di kalangan masyarakat, yang umumnya pada anak muda, dimana disini kami menawarkan banyak permainan yang mungkin gamer-gamer sekalian ingin coba, langsung saja kita klik permainan yang anda inginkan !!

    - KINGKONG
    - JOKER123

    kami dari situs atau website DISNEYSLOT memberikan banyak promo loch guys buat kalian, nah silakan lihat di bawah ini ya :

    *Bonus New member 50%
    *Bonus Next Deposit 20% maks 300rb ( ex : deposit 50rb bonus 10rb ( bisa di klaim 30x ) )
    *Bonus cashback 5%
    *Dan Lain Lain

    ayo buruan daftar Kesini !!

    BalasHapus