Kamis, 18 Desember 2014

Penguatan Investasi Domestik

Penguatan Investasi Domestik

Mutamimah ;  Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
SUARA MERDEKA,  17 Desember 2014

                                                                                                                       


DALAM kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, suasana politik yang terus memanas, tak terasa tahun 2014 hampir berakhir. Indonesia mengevaluasi kinerja ekonomi yang selanjutnya dijadikan dasar kebijakan ekonomi 2015. Tahun 2014 diwarnai berbagai peristiwa politik yang berpengaruh terhadap ekonomi, derasnya berbagai produk asing yang masuk ke Indonesia, dan dipuncaki oleh kenaikan harga BBM.

Hal ini tentu mempengaruhi prestasi ekonomi 2014 yang ditunjukkan oleh capaian pertumbuhan yang hanya sekitar 5,6%, di bawah prakiraan. Sektor konsumsi masih mendominasi pertumbuhan ekonomi 2014, yaitu di atas 50%, yang disebut consumption base economy, baru sisanya didorong sektor investasi dan ekspor.

Sangat dimaklumi derasnya aliran barang dan jasa dari Tiongkok, Malaysia, Thailand, dan sebagainya, dari bahan kebutuhan pokok sampai produk elektronik, baik legal maupun ilegal akan meningkatkan konsumsi domestik, dan menurunkan investasi sektor riil dalam negeri. Fenomena ini selanjutnya meningkatkan persaingan sangat ketat, dan umumnya sebagian produk dalam negeri kalah bersaing dari produk impor, baik segi kualitas maupun harga.

Dalam waktu singkat banyak industri dalam negeri gulung tikar, lapangan kerja menurun, pengangguran meningkat, dan angka kemiskinan naik. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana memprediksi akhir 2015, kemiskinan di Indonesia turun jadi 9-10%, pengangguran 5,7-5,9%, dan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,5-6,3%. Apakah kita optimistis kondisi itu tidak berubah, pertumbuhan ekonomi tercapai?

Prasyarat apa yang diperlukan agar target pertumbuhan tercapai? Tiga Sumber Pemerintah mengandalkan tiga sumber untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 5,5%-6,3% tahun 2015, yakni konsumsi, investasi, dan ekspor. Kalau Indonesia tidak mengurangi derasnya produk impor, mustahil pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik. Langkah strategis yang perlu dilakukan supaya kita mampu mencapai pertumbuhan tinggi ekonomi adalah lebih memprioritaskan investasi.

Penguatan kinerja investasi domestik diharapkan jadi penopang kinerja pertumbuhan ekonomi 2015 (investment based economy). Ada dua jenis investasi: financial investment dan real investment. Financial investment semisal investasi saham, obligasi, dan reksadana. Adapun real investment lebih fokus pada investasi riil, seperti pabrik garmen, pabrik pengolah ikan, pabrik elektronik, dan sebagainya.

Investasi ini diharapkan mempunyai multiplier effect tinggi sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperluas lapangan kerja. Ketertarikan investor berinvestasi di pasar modal dengan jumlah signifikan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini perlu optimisme karena dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan maka risiko investasi di pasar modal bisa ditekan.

Lembaga itu telah melakukan pengawasanterintegrasi dan terkonsolidasi berkait interkonektivitas yang makin meningkat, sehingga masyarakat tidak ragu-ragu lagi dan makin percaya untukberinvestasi di pasar modal. Dari data KSEI, investor domestik 2014 masih sekitar 400 ribu orang atau 0,3%. Padahal, ada potensi 134 juta orang dari golongan kelas menengah saja. Investasi yang multiplier effect dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi bagi pengusaha, masyarakat dan pemerintah.

Investasi akan mendorong pembukaandan perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, dan menurunkan kemiskinan. Oleh karena itu, investasi perlu menjadi prioritas berkait kualitas pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan Ekonomi

Investasi yang multiplier effect berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, jika menggunakan pendekatan holistik yang melibatkan empat pihak terkait dan bersinergi.

Pertama; pemerintah; dalam hal ini dilakukanmelalui kebijakan pembatasan impor bahan baku atau produk jadi, pengembangan infrastruktur secara terpadu, dan menciptakan iklim investasi yang kondusif. Percuma pemerintah mendorong investasi domestik andai keran impor tidak dikendalikan dengan baik. Impor yang deras inilah yang akan melemahkan ekonomi domestik mengingat secara umum produk dalam negeri belum sepenuhnya mampu bersaing dengan produk impor.

Kedua; perguruan tinggi bisa dilibatkan untuk melakukan kajian-kajian riset terpadu dan aplikatif, SDM unggul berkualitas sehingga lahir inovasi dan kreativitas yang mendukung investasi unggul dan berdaya saing tinggi. Ketiga; pengusaha, yang perlu fokus menghasilkan produk berorientasi pasar, berharga kompetitif, dan berdaya saing tinggi.

Keempat; masyarakat, dalam hal ini penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa sebagai pasar potensial untuk berbagai produk. Masyarakat perlu didorong membiasakan menggunakan produk dalam negeri yang berharga kompetitif, dan berkualitas tidak kalah dari produk impor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar