Laporan Akhir Tahun Olahraga
Buyarnya
Mimpi Sepakbola
Rakaryan S ; Wartawan Kompas
|
KOMPAS,
22 Desember 2014
KONDISI
sepak bola Indonesia sepanjang tahun 2014 belum banyak bergeser dari
tahun-tahun sebelumnya, bahkan cenderung lebih buram. Di tataran domestik dan
internasional, sepak bola kita masih memprihatinkan.
Di arena
internasional, tim Nasional Indonesia di semua tingkatan umur, khususnya
U-16, U-19, U-23, dan timnas senior, belum bisa menunjukkan prestasi
membanggakan. Timnas U-19 yang semula diharapkan menjadi generasi emas belum
mampu bersaing di tingkat Asia.
Tahun
2013, muncul secercah harapan dalam dunia sepak bola Indonesia dengan
prestasi mengagumkan yang dibuat timnas U-19 asuhan Indra Sjafri. Di luar
dugaan banyak pihak, timnas U-19 menjuarai turnamen tingkat Asia Tenggara,
Piala AFF U-19, dan berhak lolos ke turnamen Piala Asia (AFC) U-19, yang
sekaligus menjadi ajang seleksi menuju Piala Dunia U-20 tahun 2015.
Sejak
prestasi membanggakan itu, Evan Dimas dan kawan-kawan menjadi idola baru.
Sepanjang 2014, mereka mendapat panggung dengan Tur Nusantara I dan Tur
Nusantara II serta sejumlah pertandingan. Semua pertandingan itu disiarkan
secara langsung oleh stasiun televisi swasta. Kemenangan demi kemenangan atas
berbagai tim di sejumlah daerah diraih.
Maka,
wajarlah jika harapan masyarakat Indonesia semakin besar terhadap tim yang
dibangun Indra Sjafri itu. Rentetan kemenangan, meski atas tim-tim kecil,
pada akhirnya memunculkan impian besar di benak masyarakat Indonesia, yaitu
lolos ke putaran final Piala Dunia U-20 di Selandia Baru. Namun, ekspose yang
sangat gencar terhadap timnas U-19 kemudian jadi bumerang baik bagi Evan
Dimas dan kawan-kawan maupun pelatih Indra Sjafri. Pola permainan mereka
dengan mudah bisa dibaca orang, begitu juga sosok pemain mana yang menjadi
kuncinya.
Hal itu
terlihat dari semakin banyak lawan bisa dengan mudah meredam pola permainan
bola- bola pendek dan cepat dari kaki ke kaki, yang diajarkan Indra kepada
anak asuhnya. Puncaknya adalah kegagalan timnas U-19 melaju ke putaran final
Piala Dunia U-20 setelah tersingkir di babak penyisihan grup pada turnamen
Piala AFC U-19 di Myanmar, 9-23 Oktober. Menempati peringkat pertama hingga keempat
menjadi syarat tim lolos ke Piala Dunia U-20.
Berada
satu grup dengan Australia, Uzbekistan, dan Uni Emirat Arab, tak sekali pun
Indonesia meraih kemenangan. Melawan Uzbekistan di laga perdana, Indonesia
kalah 1-3. Setelah itu, tim berjulukan ”Garuda Jaya” itu ditaklukkan
Australia, 0-1, dan Uni Emirat Arab, 1-4.
Sebelum
tampil di Myanmar, Evan Dimas dan kawan-kawan bermain dalam turnamen Piala
Hasanal Bolkiah di Brunei. Diikuti 11 tim dari Asia Tenggara, Indonesia
bergabung dengan Vietnam, Malaysia, Brunei, Kamboja, dan Singapura. Indonesia
hanya menempati peringkat kelima Grup B, hasil sekali menang, sekali imbang,
tiga kali kalah. Salah satu kekalahan dialami dari Brunei, negara yang selama
ini lemah dalam sepak bola. Lolosnya timnas U-19 ke Myanmar sebenarnya cukup
membanggakan, mengingat hal itu terakhir kali dilakukan 10 tahun lalu oleh
Boaz Solossa dan kawan-kawan. Namun, ketika gagal meraih satu pun nilai,
masyarakat tetap kecewa.
PSSI,
yang sangat kecewa dengan hasil timnas U-19 di Piala AFC U-19 Myanmar,
memutuskan membubarkan timnas U-19 dan memberhentikan Indra Sjafri sebagai
pelatih. Padahal, tim yang telah dibangun hampir tiga tahun itu sangat pantas
untuk terus dikembangkan.
Dengan
persiapan selama setahun, timnas U-19 disiapkan dengan penuh kedisiplinan dan
perilaku yang baik. Tim ini pun mendapat pujian di dalam dan di luar
lapangan. Akan tetapi, banyak orang memang lebih mementingkan hasil akhir,
bukan proses yang dijalani. Dengan berakhirnya timnas U-19 binaan Indra
Sjafri itu, Evan Dimas dan kawan-kawan pun kini berpencar. Mereka meneruskan
karier dengan menerima tawaran dari klub-klub sepak bola yang berlaga di Liga
Super Indonesia.
”Sepak bola gajah”
Kegagalan
timnas U-19 di ajang AFC U-19 kian ”lengkap” dengan gagal totalnya timnas
U-23 di Asian Games dan timnas senior di Piala AFF. Meski PSSI telah
memanggil kembali Alfred Riedl untuk menangani timnas senior, prestasi timnas
senior mengecewakan dengan tersingkir di babak penyisihan grup setelah
dibantai Filipina 0-4, bermain seri 2-2 melawan Vietnam, serta menang 5-1
atas Laos.
Mantan
pemain tim nasional Bambang Nurdiansyah menilai, buruknya penampilan tim
”Garuda” di Piala AFF bukan karena salah pelatih dan pemain, melainkan karena
kebijakan PSSI. Pemain tidak dalam kondisi bugar karena baru menyelesaikan
kompetisi Liga Super Indonesia sehingga baru berlatih bersama dan lengkap
sekitar 10 hari sebelum Piala AFF dimulai. ”Siapa pun pelatihnya, pastilah
akan kesulitan,” ujar Bambang.
Di
tataran domestik, khususnya kompetisi dalam negeri, dunia sepak bola
Indonesia dinodai dengan ”sepak bola gajah” yang sangat memalukan antara PSS
Sleman melawan PSIS Semarang pada kompetisi Divisi Utama. Laga itu
benar-benar melawan akal sehat, dengan tujuan saling mengalah. Bahkan, untuk
mencapai tujuan kalah itu, mereka sama-sama melakukan gol bunuh diri.
Pertandingan berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan PSS. Kedua tim
beralasan sama-sama tidak ingin menang agar tidak bertemu dengan Borneo FC di
laga semifinal. Mengapa takut bertemu Borneo FC? Mereka mengatakan mendengar
desas- desus cukup kencang bahwa tim dari Kalimantan Timur itu memang sudah
disiapkan untuk melaju ke babak final Divisi Utama sehingga dipastikan berhak
”naik kelas” ke kompetisi ISL musim depan.
Komisi
Disiplin PSSI memang bergerak cepat menangani kasus sepak bola gajah ini
dengan langsung mencoret PSS dan PSIS dari Divisi Utama serta menskors dan
mendenda sejumlah pemain, pelatih, dan pengurus klub. Hukuman yang dijatuhkan
pun tak tanggung-tanggung, skors seumur hidup. Namun, kasus ini belum tuntas
karena belum ditemukannya ”otak” skenario itu.
Penumpasan
mafia sepak bola, karena itu, menjadi tantangan PSSI dan seluruh insan sepak
bola Indonesia pada tahun mendatang. Iklim kompetisi yang sehat sangat
penting untuk mengasah kemampuan pemain. Dengan bekal itu, mudah-mudahan kita
bisa memiliki timnas yang tak hanya menghidupkan harapan, tetapi juga
mewujudkannya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar