Selasa, 30 Desember 2014

Berhitung

Berhitung

Samuel Mulia   ;   Penulis kolom “Parodi” Kompas Minggu
KOMPAS, 28 Desember 2014

                                                                                                                       


Bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar, maka pelajaran soal menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi adalah pelajaran wajib. Begini cerita saya yang mirip dengan pelajaran dasar yang dianggap pelajaran paling berharga dan yang memampukan seseorang menggondol predikat juara kelas.

Menambah dan Membagi

Beberapa waktu lalu, saya dan seorang teman bersepakat untuk mendiskusikan masalah yang kami hadapi dalam hubungan pertemanan yang melibatkan pihak ketiga. Saya mengatakan kepadanya untuk menyelesaikan persoalan ini secepatnya. ”Besok kita jumpa pukul sepuluh pagi, ya.” Ia menjawab dengan menganggukkan kepala tanda setuju.

Keesokan pagi, saya menerima pesan dari teman saya itu yang menjelaskan ia tak bisa memenuhi janji temu karena harus memenuhi undangan makan siang dengan rekan bisnisnya. ”Minggu depan, ya, maaf banget.”

Saya membalas dengan mengatakan tidak masalah dan biar saya saja yang akan menghadapi pihak ketiga. Beberapa menit setelah itu, saat saya sedang mandi pagi, siraman air segar itu membangunkan saya dengan sebuah pertanyaan, mengapa saya yang harus menyelesaikannya?

Kalau teman saya menganggap itu bukan prioritas, mengapa saya harus menganggapnya demikian? Sejujurnya saya ini senang menambah persoalan yang tak seratus persen menjadi persoalan saya. Masalahnya, saya hanya ingin persoalan ini cepat selesai, tetapi tanpa saya sadari itu menjadi bumerang.

Tak bisa hanya saya saja yang berkeinginan menyelesaikan permasalahan dengan cepat. Penyelesaian masalah harus berjalan dua arah dan disepakati oleh dua atau lebih orang yang terlibat.

Menambah beban itu akan baik kalau saya sudah bisa memiliki skala prioritas terlebih dahulu. Karena dengan skala itu, saya bisa melihat situasi dengan jernih, dan kalaupun saya mau menambah, maka saya akan menambah beban dengan proporsional.

Maka dari itu, apa pun persoalannya, tanggung jawabnya harus dibagi rata. Karena persoalan saya adalah persoalan berdua, maka persoalan itu harus dibagi dua. Maka saya akan menyelesaikannya berdua. Kekesalan saya berkurang dan membalas pesannya itu dengan mengatakan persoalan akan diselesaikan minggu depan seperti yang diinginkannya. Mengurangi beban akan mengurangi kekesalan dan menambah semangat menjalani kehidupan.

Membagi itu penting, dan kalau sudah dibagi jangan menjadi pahlawan kesiangan untuk mengambil alih pembagian orang. Ada yang harus menjadi suami, ada yang harus menjadi pimpinan, dan ada yang harus menjadi satpam. Bahtera rumah tangga, bahtera perusahaan, atau bahtera apa pun itu akan sejahtera kalau ada pembagian yang jelas.

Mengurangi dan Mengalikan

Setelah selesai mengirimkan pesan untuk menyelesaikan persoalan itu minggu depan, saya memutuskan untuk belajar mengurangi beban hidup saya. Beban hidup itu sama dengan beban milik sendiri, ditambah beban orang lain yang mungkin dengan terpaksa menjadi beban saya, hanya karena saya mau cepat menyelesaikan persoalan, atau melihat orang lain terlalu lamban.

Maka, bahtera itu sejahtera kalau ada faktor mengurangi. Waktu salah satu anggota keluarga saya mengalami kesusahan, saya mengurangi uluran tangan untuk membantu. Saya dinilai tidak memiliki hati nurani, tetapi saya katakan bukan karena saya tidak mau menolong, saya sudah menolong dengan memberikan nasihat sebelum perang terjadi.

Nah, ketika seseorang meminta dan diberikan nasihat, kemudian mereka memutuskan untuk tidak mengikutinya, dan ternyata apa yang dinasihati itu benar terjadi, yaaaa... itu tak lagi menjadi persoalan dan tanggung jawab saya.

Mengurangi itu bukan hanya persoalan beban yang dikurangi, tetapi melatih untuk menjadi tegas dan menyelamatkan skala prioritas yang sudah dibuat. Maka, di tahun baru ini, saya akan mengurangi memberikan kesempatan terguncangnya skala prioritas yang telah saya canangkan.

Artinya, di tahun baru ini saya mau hasil berkali-kali lebih baik dari tahun sebelumnya. Saya mau melipatgandakan hasil dengan cara membagi, mengurangi, dan menambah. Kalau saya mengatakan mengurangi guncangan, yang saya maksudkan adalah guncangan yang acap kali datang dari diri sendiri.

Musuh terbesar yang sering kali memorak-porandakan skala prioritas dan memorak-porandakan bahtera, selain faktor eksternal, maka faktor kesayaan itu yang terutama. Pelipatgandaan hasil itu bisa terganggu karena saya yang terlalu memanjakan diri sendiri.

Kalau dengan orang lain saya bisa tegas, tetapi dengan diri sendiri selalu mengalah. Maka, seharusnya membuat skala prioritas yang mampu memberikan hasil berlipat ganda adalah dengan membereskan kondisi dalam diri sendiri.

Selama tahun 2014, selama dua belas bulan, saya telah tidak melakukan penjagaan terhadap skala prioritas. Itu mengapa, pelipatgandaan hasil masih jauh dari target yang ditentukan. Maka, pembersihan diri sendiri sudah waktunya untuk dilaksanakan. Diawali dengan melatih untuk tidak mudah berkata: ”Gak papa, biar saya saja yang menyelesaikannya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar