Misteri
Orang Majus
Daud Sihombing ; Pati Polri, Sedang kuliah Magister Teologi di
STTII Jakarta
|
KORAN
SINDO, 25 Desember 2014
Dalam
Alkitab hanya dikatakan bahwa ada orang-orang Majus dari Timur yang datang ke
Betlehem guna membesuk bayi Yesus Kristus yang telah terlahir di sana. Tidak
dijelaskan jumlah orangnya dan dari negeri mana mereka berasal, selain hanya
menyebut dari Timur. Itu saja, tidak lebih dari itu. Sehingga tidak dapat
dipastikan siapa mereka itu yang sejatinya. Disebut dari Timur, itu berarti
dari Timur negeri Israel. Sebab subyek yang diceritakan adalah di negeri
Israel.
Dengan
demikian, orang-orang Majus tersebut, apabila mengacu pada peta, maka
dimungkinkan berasal dari negeri Babilonia (Irak sekarang) atau dari Persia.
Kisah orang Majus ini, acap kali, kalau tidak dapat dikatakan senantiasa
ditampilkan dalam momen-momen memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
Namun penggambarannya atau pengisahannya banyak keliru dan kurang lengkap.
Dalam
lukisan-lukisan atau diorama-diorama misalnya, sering ditampilkan orang-orang
Majus itu membesuk bayi Yesus secara bersamasama dengan para gembala dan
tempatnya pun pada umumnya diperlihatkan di kandang hewan dengan sang bayi
sedang terbaring lelap di dalam palungan (pinggang hewan).
Padahal,
kedatangan orangorang Majus itu bukanlah tepat pada hari kelahiran Yesus
Kristus, sebagaimana kedatangan para gembala tersebut, yang memang mereka ini
datang pada waktu itu juga, sesaat setelah mereka mendapat pemberitahuan dari
malaikat di tempat mereka menggembala, yaitu di padang Betlehem.
Sementara
orang-orang Majus itu datangnya bukanlah pada saat itu, melainkan beberapa
waktu kemudian, yaitu antara satu hari hingga dua tahun setelah kelahiran
Yesus Kristus. Pandangan ini dirujuk dari tindakan Raja Herodes yang membunuh
para bayi berusiadua tahun kebawah diseluruh daerah yang menjadi tempat
kelahiran bayi Yesus Kristus, yaitu di Betlehem dan sekitarnya.
Rentang
waktu hingga dua tahun itu diperoleh Raja Herodes dari hasil penelusurannya
terhadap keterangan yang disampaikan oleh orang-orang Majus ketika mereka
dipanggilnya ke istana guna menjelaskan tentang kelahiran sang bayi raja yang
tempatnya dicari-cari oleh mereka.
Informasi tentang telah lahirnya sang bayi raja dimaksud, tidak
diperoleh orang-orang Majus itu dari pemberitahuan siapa pun, melainkan dari
hasil pengamatan mereka terhadap kemunculan satu bintang unik yang terlihat
memancar di sebelah barat dari negerinya. Menurut analisis mereka selaku ahli
perbintangan, bintang tersebut merupakan bintang dari seorang raja istimewa
yang telah terlahir di negeri sebelah barat.
Kemudian dari
hasil penyelidikan mereka lebih lanjut, dipahami dan diyakini oleh mereka
bahwa raja istimewa itu adalah sang Mesias, Raja Ilahi, yang lahirnya di
negeri dan bangsa Yahudi, sehingga mereka sebut “Raja orang Yahudi”.
Pemahaman dan keyakinan akan hal itulah diperkirakan yang mendorong dan
menggerakkan orang-orang Majus tersebut berangkat dan pergi ke negeri orang
Yahudi, mengikuti arah pergerakan bintang unik tersebut guna membesuk dan
menyembah sang Mesias yang telah terlahir di sana.
Jika bukan
karena pemahaman dan keyakinan yang demikian itu, maka sangat sulit dapat
dimengerti alasan mereka untuk bersusah diri pergi jauh-jauh ke sana. Sebab
orang-orang Yahudi itu bukanlah bangsa penguasa dunia, yang rajanya layak dan
mesti disembah oleh warga bangsabangsa dunia.
Malah, saat
itu justru orang-orang Israel itu menjadi bangsa yang sedang terpuruk dan
berada di bawah kekuasaan bangsa lain, yaitu bangsa imperialis Romawi. Oleh
sebab itu, sungguh sangat keliru Raja Herodes, yang menganggap sang bayi
Yesus Kristus, yang disebut oleh orangorang Majus itu sebagai “Raja orang
Yahudi”, merupakan ancaman bagi kelangsungan kekuasaannya.
Atas dasar
pandangan itulah dia melakukan pembunuhan massal terhadap semua anak
laki-laki yang berusia dua tahun ke bawah di seantero daerahyangmenjaditempat
kelahiran bayi Yesus Kristus, yaitu di Betlehem dan sekitarnya, demi
melenyapkan sang bayi raja dimaksud. Umur dua tahun ini sesuai dengan batas
usia yang diperolehnya dari hasil penyelidikannya terhadap keterangan yang
disampaikan oleh orangorang Majus tersebut.
Sesungguhnya,
apabila Raja Herodes berpikir jernih, maka dia tidak akan berbuat biadab demikian
itu. Sebab sudah sangat jelas sebenarnya, bahwa sang bayi “Raja orang Yahudi”
yang disebutkan oleh orang-orang Majus itu, bukanlah raja duniawi, yang
menjadi pesaing atau rivalnya Herodes.
Karena tidak
mungkinlah bagi orang asing seperti orang-orang Majus itu, yang notabene
bukanlah warga yang berada di bawah kekuasaan orang Yahudi, datang ke negeri
orang Yahudi untuk membesuk dan menyembah raja orang Yahudi yang lahir. Namun
karena Raja Herodes itu mabuk kekuasaan, maka dia langsung terkaget-kaget dan
cemas, begitu mendengar telah terlahir seorang raja lain di Israel.
Sehingga
karena itu dia berupaya untuk melenyapkannya, yang untuk itu dia
memerintahkan aksi pembunuhan massal terhadap semua bayi laki-laki yang
seusia dengan bayi raja yang baru terlahir tersebut sebagaimana yang
dikemukakan di atas. Timbul pertanyaan, dari mana orang-orang Majus itu
memiliki pemahaman tentang Mesias? Subyek Mesias ini tidak dikenal di luar
dari orang-orang Yahudi.
Sementara
orang-orang Majus itu dapat dipastikan bukanlah orang Yahudi, yang dapat
dilihat dari kata-kata pertanyaan yang merekaajukan, yaitu:“Di manakah Dia,
raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?” (periksa Mat 2:2). Sekiranya
mereka itu orang Yahudi, maka tentu tidak akan bertanya dengan kata- kata
sedemikian kepada orang-orang Yahudi, yaitu katakata “raja orang Yahudi”,
melainkan “raja kita”.
Besar kemungkinannya pemahaman tentang
Mesias itu mereka peroleh dari orang-orang Yahudi yang berada di diaspora,
terutama sejak pembuangan bangsa Israel di Babel (yang berlangsung hingga
tiga kali, pertamata hun 597 SM, keduatahun 587 SM; dan ketiga tahun 582 SM)
serta pada waktu-waktu lainnya ketika terjadinya pelarian orang-orang Yahudi
kelua rnegeri akibat negerinya dijajah atau dikuasai oleh bangsa-bangsa lain
yang lebih kuat.
Tentu
orang-orang Yahudi yang tersebar di diaspora tersebut secara
tersembunyi-sembunyi, kalau memang tidak bisa secara terang-terangan,
menjalankan ajaran agamanya di sana. Dari sinilah kemungkinannya orang-orang
Maju situ mendapat pemahaman tentang Mesias dimaksud.
Selain dari
pada itu, bisa juga mereka mendapat “wangsit” (amanat gaib) dari Ilahi,
sehingga karena itu mereka tergerak untuk berangkat dan pergi ke negeri orang
Yahudi, sesuai dengan tempat yang ditunjukkan oleh arah pergerakan dari
bintang unik yang mereka amati, guna membesuk dan menyembah sang Mesias yang
telah terlahir di sana, yang mereka sebut sang “Raja orang Yahudi”. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar