2015
: (Still) Tough, Yet Challenging
Yuswohady ; Managing Partner Inventure www.yuswohady.com @yuswohady
|
KORAN
SINDO, 28 Desember 2014
Tak terasa kita sudah sampai di
pengujung tahun 2014. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kini waktunya saya
berbagi analisis mengenai prospek pemasaran di tahun 2015.
Saya surprise luar biasa begitu
melihat tulisan saya persis setahun lalu “Marketing
Outlook 2014: Menyalip di Tikungan”. Surprise karena prognosis tersebut
rupanya banyak nyambungnya. Saya katakan di situ bahwa tahun 2014 adalah
tahun berat, sehingga pemain harus jeli memanfaatkan “tikungan” yang ada
untuk memenangkan persaingan.
Memang tahun 2014 adalah tahun
berat karena pelaku bisnis “wait and see “ alias tiarap oleh Pemilu, rupiah
masih loyo karena akutnya defisit transaksi berjalan, sementara ekonomi
Amerika Serikat (AS) mulai menggeliat sehingga dolar kian kokoh (ingat
kebijakan tapering off). Sebulan
terakhir saya banyak bertemu dengan para pemimpin perusahaan di berbagai
industri.
Banyak dari mereka mengeluhkan
miss the target karena iklim bisnis yang masih belum bersahabat di tahun ini.
Pertanyaannya, bagaimana dengan tahun 2015? Memang tahun 2015 tak akan
seburuk tahun 2014, namun ranjau-ranjau masih banyak bertebaran sehingga para
pelaku bisnis masih harus berpikir keras dan mengencangkan ikat pinggang.
Kondisi yang belum sepenuhnya
baik tersebut tecermin dari prediksi Bank Dunia, IMF, dan ADB mengenai
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015. Berbagai lembaga tersebut
memprediksi pertumbuhan ekonomi kita di kisaran 5,1% sampai 5,5%, naik tipis
dari posisi tahun ini. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014
sebesar 5,5% dan 2015 sebesar 5,8%.
Bank Dunia menyebut perekonomian
RI pada 2014 sebesar 5,1% dan 2015 sebesar 5,2%. IMF memproyeksikan
perekonomian RI pada 2014 sebesar 5,4% dan 2015 sebesar 5,1%. Adapun ADB
memprediksi perekonomian RI pada 2014 sebesar 5,3% dan 2015 sebesar 5,8%.
Untuk mengurai lanskap pemasaran 2015, saya membaginya dalam tiga bagian:
macro landscape , smart strategy , dan killing tactics .
Macro Landscape: “Jokowinomics”
Di tingkat makro, beberapa
perubahan mewarnai karut marut lanskap bisnis di tahun 2015. Di bidang
politik saya meyakini bahwa turbulensi politik pascapemilu akan terus
berlanjut dengan destruktifnya rivalitas antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH)
dan Koalisi Merah Putih (KMP). Tahun lalu saya memperkirakan bahwa
ontran-ontran politik pemilu akan menemukan “happy-ending “begitu Jokowi
terpilih sebagai presiden di tengah tahun 2014.
Namun seperti kita lihat hingga
sekarang, perseteruan itu terus berlanjut bahkan kian tajam. Masamasa “bulan
madu” perseteruan tersebut masih akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir
tahun 2015 sehingga ketidakmenentuan politik akan tetap terjadi. Di bidang
ekonomi, kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi- JK (sebut saja dengan
istilah seksi: “Jokowinomics“) bakal mewarnai lanskap ekonomi Indonesia di
tahun 2015.
Perlu diingat, di tahun pertama
pemerintahannya, Jokowi-JK perlu “cari muka” untuk memikat hati rakyat.
Beberapa kata kunci akan mewarnai pembangunan ekonomi di bawah pemerintahan
baru seperti: revolusi mental, pengembangan sektor maritim, pembangunan
infrastruktur, industri kreatif/UKM, efisiensi distribusi/logistik nasional,
kemandirian pangan dan energi, dan lain-lain.
Kenaikan harga BBM berikut
implikasi lanjutannya (tarif listrik, ongkos transportasi, dan harga
barang-barang yang ikutan terdongkrak naik) akan benar-benar terasa impact-nya
di tahun depan. Bagi konsumen, kita ini menjadi semakin berat karena diikuti
tren kian melemahnya rupiah yang hampir menembus angka psikologis Rp13.000
akhir tahun ini.
Tak pelak lagi, produk/layanan
bermuatan dolar yang menjadi konsumsi wajib konsumen kelas menegah kita
(gadget , peralatan elektronik, furnitur, hingga liburan ke luar negeri)
menjadi kian mahal. Ketika daya beli tersunat oleh kenaikan BBM dan pelemahan
rupiah, dampaknya gampang ditebak, permintaan produk/layanan itu akan kian
melemah.
Smart Value Strategy
Ketika daya beli konsumen
melemah di tahun 2015 (oleh karena rupiah yang melemah, harga BBM naik,
inflasi meninggi, sementara gaji jalan di tempat) maka marketer dituntut
piawai memainkan value proposition dengan menawarkan best value ke konsumen.
Dalam kondisi sulit seperti di atas konsumen dihadapkan pada pilihan-pilihan
rasional dalam memilih produk/layanan dengan cara memaksimalkan manfaat yang
diperoleh dan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan.
Best value product ini sangat
pas dengan karakteristik dan perilaku konsumen kelas menengah yang kini
merupakan segmen pasar terbesar (mencapai 60%) di Indonesia. Ya, karena
mereka adalah jenis konsumen yang sangat cerdas dan selalu mengulik fitur dan
manfaat produk. Rule of tumb -nya: kualitas dipertahankan atau turun sedikit,
tapi harga menjadi jauh lebih murah. Untuk mencapai best value, produk-produk
dengan local content tinggi bisa mulai unjuk gigi melibas produk impor.
Cuma syaratnya satu:
produk-produk tersebut harus tetap berkualitas dan memiliki brand image yang tak jauh beda (comparable) dibanding produk impor. Di
samping menawarkan best value offering , untuk mengeksplorasi peluang pasar
baru, marketer bisa mulai menjajaki segmen yang saya prediksikan bersinar di
tahun 2015 yaitu pasar muslim.
Seperti kita tahu, beberapa
tahun terakhir pasar muslim di Indonesia menggeliat begitu dahsyat. Lihat
misalnya fenomena maraknya pasar fashion hijab, makanan-minuman halal,
kosmetik halal, bank dan asuransi syariah, investasi syariah/emas, haji/
umrah, pendidikan bermuatan Islam, hingga hotel syariah yang mulai menjamur
di seluruh penjuru Tanah Air.
Marketers harus mulai berani
menawarkan apa yang saya sebut spiritual benefit untuk menarget segmen pasar
lukratif yang kini mencakup 87% dari total populasi Indonesia. Saya
meramalkan di tahun 2015 akan semakin banyak pemain yang cerdas memanfaatkan
spiritual benefit untuk menaklukkan pesaing incumbent seperti yang dilakukan
Wardah di industri kosmetik.
Killing Marketing Tactics
Di level taktik saya melihat
akan muncul beberapa pendekatan taktik pemasaran mematikan yang bakal seru
diterapkan oleh para pemain. Saya sebut “mematikan” karena taktik-taktik
tersebut berpotensi memandulkan teknikteknik marketing konvensional yang boring
dan costly seperti iklan atau sales promotion . Coba kita tinjau satu
persatu.
Nationalism Branding
Begitu Jokowi naik dalam pentas
politik nasional serta-merta nasionalisme kita terbangkitkan. Puncak euforia
terjadi saat Jokowi-JK dilantik sebagai presiden dan wakil presiden bulan
lalu. Karena itu, saya memprediksi nationalism branding bakal marak di tahun
2015 baik melalui above the line
(ATL), below the line (BTL),
aktivasi komunitas, maupun kampanye berbasis digital yang bertujuan
mengaduk-aduk rasa nasionalisme dan kebangsaan kita.
Akan banyak brand yang cerdas memanfaatkan rasa nasionalisme dan kebangsaan
untuk menjalin emotional connection
dan engagement dengan konsumennya.
Saya prediksikan juga pendekatan “branding
as a movement“ melalui pelibatan konsumen dalam pemecahan persoalan
bangsa dan negara akan kian masif dijalankan oleh pemilik brand.
Meme Marketing
Tahun ini cukup banyak taktik
pemasaran yang menggunakan medium meme
untuk menggulirkan viral pesan ke khalayak target. Lihat misalnya kasus-kasus
meme marketing fenomenal seperti
Mastin dengan “Kabar gembira untuk kita semua. Kulit manggis, kini ada
ekstraknya “; Line dengan retro film “Ada Apa dengan Cinta”, hingga kasus
bullying Bekasi yang memicu viral luar biasa.
Nah, di tahun depan heboh meme
marketing bakal terus berlanjut dengan intensitas yang jauh lebih besar.
Kampanye meme yang sangat kreatif ala Line bakal menjadi model yang akan
ditiru dan dielaborasi oleh brand -brand lain di tahun 2015.
Apps Marketing
Pemasaran secara personalized melalui smartphone akan
menjadi the next big thing dalam
dunia pemasaran tak hanya di tingkat global, tapi juga di tanah air. Ketika
Anda menggunakan smartphone sebagai saluran promosi, maka apps menjadi
pilihan paling pas dan efektif. Nah, tahun depan apps marketing akan mulai
menggelinding ditandai munculnya para pemain sebagai early adopter pendekatan
baru ini.
Dua bulan lalu misalnya, Dulux
meluncurkan inovasi teranyarnya, Visualizer Apps, yang menggunakan teknologi
augmented reality untuk membantu konsumennya melakukan simulasi sebelum
melakukan pengecatan rumah. Saya yakin tahun depan apps marketing bakal
banyak diadopsi oleh para marketers.
Peer Power
Khusus untuk inovasi produk
baru, konsep produk baru, atau model bisnis baru, edukasi konsumen melalui
pendekatan peer-to-peer (P2P) di dalam medium komunitas merupakan pendekatan
pemasaran yang paling ampuh. Inovasi konsep “ritel tempat nongkrong”
(7-Eleven), kosmetik halal (Wardah), atau fenomena revolusi hijab mengalami
sukses luar biasa karena menggunakan pendekatan ini. Beberapa tahun ke depan
pendekatan baru ini akan menjadi mainstream dan bibit-bibitnya akan tumbuh
subur di tahun depan. Selamat tahun
baru 2015. ItIts a tough, yet challenging
year . ? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar