Doa-Doa
Kita
Toeti Prahas Adhitama ; Anggota Dewan Redaksi Media Group
|
MEDIA
INDONESIA, 26 Desember 2014
ORANG beragama umumnya
berkeyakinan semua doa yang dipanjatkan akan didengar-Nya. Yang Mahakuasa
mungkin beranggapan bila umatnya sungguhsungguh berdoa, segenap permintaan
akan dikabulkan. Paling tidak, itulah keyakinan kita sebagai manusia.
Akan tetapi, menurut pengalaman,
terungkap bahwa ada kalanya betapa gigih dan khusyuknya berdoa, kita merasa
doa-doa itu tidak pernah sampai atau didengar yang berkuasa. Misalnya, doa
agar orangtua yang menderita sakit cepat dibebaskan dari derita, ada kalanya
tidak didengarkan; atau tidak pernah terjawab. Sebaliknya, orangtua itu harus
lama menderita sebelum akhirnya tercabut nyawanya. Begitu pula doa
orang-orang yang menderita kemiskinan agar dibebaskan dari derita itu,
sepertinya tak kunjung dijawab. Malahan, kemiskinan itu agaknya menjadi
penderitaan turunmenurun sampai beberapa generasi. Akan tetapi, apakah karena
itu lalu kita melepaskan keyakinan kepada yang Esa? Apakah karena itu kita
berhenti berdoa? Rasanya tidak. Yang hari ini gagal, esok kita ulang lagi;
masih dengan harapan, suatu kali Maha Esa akan menghiraukannya.
Barangkali yang bisa kita
pertimbangkan, yakni menjelang penutup tahun ini. Mungkin aksi jutaan umat
yang bersama-sama memanjatkan doa untuk keselamatan negara ini akan
didengar-Nya. Itu harapan kita. Sebaiknya, kita renungkan keinginan ini,
didasari hasrat suci, dan jiwa yang murni. Mungkin saja kali ini permintaan
kita demi kesejahteraan bersama akan terkabul. Semoga kita diridai. Sebagai
manusia biasa, sebaiknya kita berserah diri; menyerahkan jiwa dan raga kita
dengan kepasrahan total. Siapa tahu, kali ini suara kita didengar-Nya.
Meskipun hanya sayup-sayup sampai, bila dipanjatkan jutaan umat, bisikan itu
pun mudah-mudahan akan terdengar gemuruh.
Ada buku tulisan Bill Hybels
berjudul ‘Too busy not to pray’
yang banyak mengupas pemanjatan doa. Dalam buku itu digambarkan bagaimana
nasib doa-doa yang kita panjatkan. Menurut penulisya, kalau doa itu tidak
pantas, Tuhan menjawab ‘no’. Kalau waktunya keliru, beliau menjawab ‘slow’. Kalau
yang berdoa bersalah, Tuhan akan menjawab ‘grow’. Namun, bila doa itu benar,
pantas, dan waktunya tepat, serta tujuannya luhur, Tuhan menjawab ‘go.
Sebagai manusia, kita harus
mengakui ada kalanya memanjatkan doa yang kurang pantas, antara lain,
menginginkan milik orang lain; apa pun yang diinginkan itu, yakni bisa
jabatan, harta benda, atau bahkan manusia. Untuk doa memohon yang tidak
pantas itu, menurut penulis, bisa saja Tuhan menjawab ‘tidak’. Tuhan
Mahapengasih, penyayang, dan adil. Banyak sisi dipertimbangkan. Kepentingan
sepihak diabaikan. Egosentrisme dihapuskan.
Bila ada rasa empati, Tuhan akan
memberi tanggapan lain. Sebagai manusia, kita sebaiknya mendengar-Nya; bukan
bersikukuh mempertahankan keinginannya. Tuhan tidak akan meridai.
Namun, ada doa-doa yang pantas
dan wajar, tetapi terkesan doa-doa itu tidak kunjung didengar-Nya. Mungkin
waktunya tidak tepat, belum waktunya, serta masih memerlukan waktu untuk
mengum pulkan kemampuan dan pengalaman.
Doa yang dipanjatkan itu mungkin
tidak salah. Apalagi, sang pendoa yang muda itu rajin, tekun, pekerja keras,
dan baik hati. Yang mungkin kurang, yakni pengalamannya. Kalau sukses itu
dipercepat, mungkin saja malahan menimbulkan malapetaka. Itu bisa saja karena
ketidaksiapan mental dan pribadi. Jawaban Tuhan ‘slow’; belum saatnya
dikabulkan. Jawaban ‘grow’ akan diberikan untuk menanggapi doa yang tidak
pantas dan tidak terpuji.
Menurut penulis, di antara
ribuan doa, banyak sekali yang tidak terpuji. Si pendoa itu pun dalam lubuk
hatinya tahu sisi negatif itu sudah melenceng dari koridor kepatutan. Akan
tetapi, karena keinginan yang menggebu jadi dipaksakannya. Tuhan hanya
memintanya bersikap dewasa, ‘grow’. Namun, bila akhirnya kita me ninggalkan
ketidakpantasan itu karena menyadarinya, apa kemungkinan jawaban Tuhan? Ingat
lagu ‘Aku dekat, Engkau dekat’. Kita perlu meyakini Tuhan beserta kita.
Banyak
kejadian dalam hidup ini, keajaiban sering terjadi. Doa-doa yang kita
panjatkan memperoleh jawaban yang membesarkan hati. Kita lega, seakan semua
pintu menjadi terbuka untuk kita. Doa-doa itu terkabul karena dipanjatkan
ketika hati nurani bersih dan tidak akan merugikan orang lain. Harapan kita
menjelang tahun baru, semoga tumbuh kesadaran kita bersama, yakni hanya Yang
Esa yang bisa menentukan murni tidaknya kemauan kita. Hanya Beliau yang
memutuskan apakah doa yang kita panjatkan patut dijawab, ditolak, atau
diabaikan. Namun, kita tahu keajaib an sering dianugerahkan Yang Maha Esa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar