Jumat, 17 Januari 2014

Sesak Napas Awal Tahun

Sesak Napas Awal Tahun

Ihwan Sudrajat  ;  Staf Ahli Gubernur Jawa Tengah
SINAR MERDEKA,  17 Januari 2014
                                                                                                                        


SESUATU yang baru selalu menjadi objek yang kita nantikan termasuk tahun baru. Harapan-harapan baru dikumandangkan, ucapan-ucapan semoga lebih sehat, lebih banyak rezeki dan karier yang makin menanjak, mungkin juga lebih cepat berjodoh melintas gencar lewat sosial media. Tiap berganti tahun menandakan usia kita makin tua, kesehatan pun mulai menurun.

Tanpa disadari, saat berganti tahun justru kita dihadapkan pada tantangan yang makin berat. Kalau tidak awas bisa tersandung, kalau ceroboh bisa heboh, dan kalau takut bersikap kesempatan pun bisa luput.

Makin bertambah waktu, makin berkuranglah jangka waktu kekuasaan yang kita miliki, makin mendesak mewujudkan janjijanji yang masih menggantung. Bila kita lupa akan semuanya, makin dekatlah kita dengan kegagalan atau akhir peran yang tidak indah.

Kita berharap, penguasa diberikan kekuatan kedewasaan dan kearifan yang makin bertambah sehingga pergantian tahun membuat mereka lebih merakyat. Termasuk makin mendahulukan kepentingan rakyat dan memutuskan segala sesuatu dengan berpikir secara merakyat. Bukan pula demi popularitas, meningkatkan elektabilitas atau pun pencitraan diri.

Semua didasari satu ikatan bahwa jadi penguasa karena rakyat menginginkan mereka menjadi pilot yang akan membawanya pada kehidupan lebih baik, nyaman dan berbahagia.

Jangan menyerahkan pada mekanisme pasar sehingga kehidupan berjalan seolaholah tanpa pilot. Untung, penguasa kita cepat merasakan kepekaan rakyat sehingga harga elpiji 12 kg, yang sebelumnya naik drastis hampir 50%, diralat. Saya tak terlalu ambil pusing, apakah itu by design atau untuk pencitraan, yang penting rakyat diuntungkan sehingga agak bisa menarik napas panjang pada awal 2014.

Menteri BUMN Dahlan Iskan secara terus terang mengakui kesalahannya. Pengakuan yang cepat dari menteri hendaknya menjadi cermin bagi pejabat lain untuk lebih peka dalam mengambil keputusan yang menyangkut harkat hidup banyak orang. Semua keputusan penguasa selalu jadi sumber pengetahuan bagi masyarakat, karenanya tiap keputusan strategis wajib memperhitungkan segala kemungkinan, termasuk mendengarkan tanggapan rakyat.

Keputusan penguasa adalah keputusan politik, sering berbeda cara pandangnya dari keputusan korporasi seperti PT Pertamina, yang murni bisnis. Awal 2014 tidak hanya dikejutkan kenaikan harga elpiji 12 kg tetapi juga modal awal yang kurang sehat dalam ekonomi nasional.

Ibarat orang berlari, kudakuda yang kita siapkan lebih lemah dibanding kuda-kuda Januari 2013. Secara makro prudensial, pada Januari fondasi ekonomi lebih lemah terlihat dari pertumbuhan ekonomi hingga akhir Desember 2013 diperkirakan hanya pada kisaran 5,5%- 5,8%, lebih rendah dibanding tahun lalu.

Tingkat inflasi 2013 sebesar 8,38%, meningkat lipat dua dibanding 2012. Nilai tukar rupiah menyusut, pada 6 Januari Rp 12.230 per 1 dolar AS, melemah 29% dibanding awal Januari 2013 (Rp 9.400).

Sementara BI rate bertahan di angka 7,5%, Januari 2013 BI rate hanya 5,75%. Proyeksi 2014, pertumbuhan ekonomi diperkirakan di bawah 2013, sementara suku bunga BI tidak akan turun dari angka saat ini, bahkan banyak yang menduga akan terus naik sepanjang nilai tukar tidak menguat.

Bermakna Dalam

Angka-angka tersebut tidak boleh disimak hanya sekejap, terutama para pembuat kebijakan, karena bermakna sangat dalam. Implikasinya bagi bisnis kurang menguntungkan, pasar domestik jadi kurang menarik karena daya beli masyarakat menurun akibat kenaikan harga di tengah struktur ekonomi nasional yang mengandalkan konsumsi domestik. Bisa diramalkan, jika perkiraan ini terwujud, investasi pun tidak akan sebaik tahun lalu, lapangan kerja lebih terbatas.

Maka sebenarnya kita sedang memasuki tahun pertarungan karena kondisi yang lemah ini berada pada tahun yang penuh aktivitas politik, para pejabat politik yang juga penentu kebijakan sedang berjuang menjaga dan memperluas kekuasaan.
Mereka, menjadi kurang waspada terhadap perkembangan ekonomi nasional, lengah terhadap kepekaan rakyat atau justru kondisi ini menjadi kartu truf untuk memperbesar daya tawar Dinamika ekonomi, melemah dan menguat, sudah jadi hal biasa dihadapi rakyat. Tahun baru bagi rakyat kebanyakan tetap saja waktu yang sama tidak berbeda dari tahun lalu. Persoalan datang silih berganti, kesulitan juga terus datang.

Namun rakyat tidak akan lelah berharap dan terus berdoa karena mereka yakin bahwa semua kesulitan itu adalah bentuk rasa sayang Tuhan sekaligus media untuk proses penguatan kesabaran, penambahan motivasi, dan peningkatan kecerdasan. Sebuah proses untuk berpindah ke kelas yang lebih tinggi, ekonomi yang lebih baik.
Ujian atau tantangan apa pun akan menjadi spirit positif jika kita mengambil hikmah. Selain itu, cepat merespons dengan tindakan yang lebih efektif sehingga tidak terjebak ke lembah kesulitan yang lebih dalam.

Mungkin itulah yang harus segera dilakukan oleh seluruh komponen bangsa. Mari kita bekerja keras untuk mewujudkannya agar sesak napas pada awal 2014 tidak membelenggu langkah kita untuk menjadi lebih kuat, lebih baik, dan lebih makmur, sehingga menjungkirbalikkan seluruh ramalan buruk tahun 2014.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar