SURVEI
KOMPAS (1)
Peta Dukungan
Capres Berubah
Bestian Nainggolan ;
Litbang Kompas
|
KOMPAS,
08 Januari 2014
SETAHUN menduduki puncak
popularitas, laju dukungan terhadap Joko Widodo sebagai calon presiden masih
deras mengalir. Kali ini, pesonanya tidak hanya menarik kalangan yang belum
memiliki sosok presiden pilihan. Ia juga berhasil mengalihkan dukungan mereka
yang sebelumnya sudah memiliki calon presiden idaman.
Yang mencuri perhatian justru Wiranto.
Perubahannya sangat signifikan. Jika dua hasil survei sebelumnya masih
menempatkan Wiranto pada posisi bawah perolehan dukungan, kali ini dia
melesat.
Kesimpulan ini diperoleh dari
hasil perbandingan tiga survei opini publik Kompas yang dilakukan
secara periodik (survei longitudinal) terhadap sekitar 1.400 responden calon
pemilih Pemilu 2014, yang tersebar acak di 33 provinsi.
Ketiga hasil survei
mengindikasikan sepanjang satu tahun terakhir, perubahan peta dukungan
pemilih kepada sosok yang diminati sebagai calon presiden berlangsung
sedemikian dinamis. Di satu sisi, hasil survei menunjukkan semakin kecil
proporsi pemilih yang belum memiliki preferensi calon presiden. Dengan
perkataan lain, mayoritas pemilih sudah semakin jelas preferensinya terhadap
sosok yang akan menjadi presiden mendatang.
Survei pertama yang dilakukan pada
Desember 2012 masih menunjukkan sekitar 33 persen calon pemilih belum
memiliki preferensi sosok presiden. Saat ini, tinggal 11 persen pemilih yang
belum menentukan sosok pilihannya.
Pada sisi lain, terjadi pula
perubahan yang amat dinamis di antara kalangan yang sebelumnya sudah
menyatakan punya sosok presiden pilihan.
Dalam hasil survei ini, terdapat
sosok calon presiden yang setahun terakhir konsisten mengalami surplus dukungan.
Namun, ada juga sosok yang dalam satu tahun terakhir ini cenderung statis.
Terdapat pula sebagian calon presiden idaman pemilih yang justru mengalami
defisit dukungan dari waktu ke waktu.
Jokowi unggul
Dinamika politik semacam itu
menempatkan Jokowi sebagai sosok yang paling diunggulkan sebagai presiden.
Secara konsisten, ia paling banyak meraih dukungan pemilih. Hasil survei
terakhir (Desember 2013) menunjukkan, 43,5 persen responden menyatakan
memilih Jokowi sebagai presiden jika pemilu dilakukan saat ini.
Dibandingkan dengan dua hasil
survei sebelumnya, dukungan terhadap sosok Jokowi melonjak pesat (Grafik).
Jika sebelumnya, ia berhasil melipatgandakan dukungan dari 17,7 persen
menjadi 32,5 persen pemilih, kali ini daya pikatnya terus bertambah hingga 11
persen dukungan pemilih menjadi 43,5 persen.
Pada mulanya, lonjakan dukungan
terbesar kepada Jokowi bersumber dari para pemilih yang memang belum memiliki
preferensi sosok presiden idaman. Sesaat setelah kemunculan dan berkiprah
sebagai Gubernur DKI Jakarta, sebagian besar pemilih yang belum memiliki
preferensi langsung terpikat. Dukungan pun meluas hingga dua kali lipat pada
Juni 2013. Ketika calon presiden lain masih berkutat pada karakter pendukung
yang bersifat eksklusif, dukungan terhadap Jokowi justru inklusif, telah
melampaui sekat-sekat demografi, sosial-ekonomi, ataupun latar belakang
politik pemilih.
Lonjakan peningkatan dukungan
terhadap Jokowi kali ini tidak hanya berasal dari basis dukungan sebelumnya,
kalangan yang belum memiliki sosok presiden idaman. Ia mulai menggoyahkan
posisi politik calon presiden lain. Mereka yang sebelumnya sudah menjatuhkan
pilihan kepada salah satu sosok, mulai terpengaruh. Lebih dari itu, semakin
banyak yang tidak loyal dan mengalihkan dukungan kepada Jokowi.
Menariknya, penurunan loyalitas
pemilih terbesar justru terjadi pada Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, partai tempat Jokowi berpijak. Hasil
survei ini menunjukkan, hampir separuh responden yang sebelumnya mengaku
memilih Megawati kini mengalihkan dukungan kepada Jokowi. Kontan, dukungan
kepada Megawati merosot dari waktu ke waktu. Kini, tingkat keterpilihan
Megawati tinggal 6,1 persen pemilih.
Sekalipun terus-menerus mengalami
surplus dukungan, tidak berarti keseluruhan pemilih Jokowi bertahan pada
pilihan mereka. Membandingkan dengan hasil survei sebelumnya, memang
loyalitas pendukung Jokowi masih tertinggi (67 persen).
Namun, sepertiga
pendukungnya pun kini mulai beralih kepada sosok calon presiden lain, seperti
Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, dan Wiranto, atau bahkan terdapat sebagian
yang justru kini ragu untuk memilih sosok pengganti.
Prabowo-Aburizal ketat
Selain terhadap Jokowi, berbagai
dinamika dukungan setahun terakhir juga berlangsung pada sosok calon presiden
lain. Persaingan paling ketat, misalnya, kini berlangsung pada posisi kedua
perolehan dukungan. Total proporsi dukungan terhadap sosok Prabowo Subianto
kini semakin didekati Aburizal Bakrie.
Dari sisi loyalitas, para
pendukung kedua sosok tersebut sebenarnya relatif sama rentan. Dibandingkan
dengan survei sebelumnya, sekitar separuh bagian para pendukung kedua tokoh
itu mengalihkan dukungan kepada sosok idaman lain. Sementara separuh lainnya
memilih bertahan.
Di sisi lain, mereka juga menerima
limpahan dukungan pemilih baru yang pada survei sebelumnya memilih sosok di
luar mereka berdua. Perbedaan di antara keduanya, dalam survei ini, tambahan
dukungan pemilih kepada Prabowo tidak sebesar dukungan yang hilang. Namun,
sebaliknya bagi Aburizal, kehilangan dukungan masih terbalas oleh tambahan
dukungan baru.
Wiranto melesat
Peningkatan signifikan justru
terjadi pada Wiranto. Jika dua hasil survei sebelumnya masih menempatkan
Wiranto pada posisi bawah perolehan dukungan, kali ini meningkat. Dengan
keterpilihan mencapai 6,3 persen, Wiranto bersaing dengan Megawati
Soekarnoputri dan meninggalkan Jusuf Kalla.
Namun, jika dilihat dari aspek
loyalitas, basis dukungan Wiranto juga tergolong rentan. Lebih dari separuh
bagian pendukungnya semula berganti dengan para pendukung baru. Positifnya,
saat ini, tambahan pendukung masih lebih besar dari dukungan yang hilang.
Bagi Jusuf Kalla, perubahan
dukungan juga teralami. Pada ketiga hasil survei penurunan terus berlangsung.
Terakhir, tinggal 3,1 persen pendukungnya. Di satu sisi, sebagian
pendukungnya tersedot sosok Jokowi. Begitu pun daya pikat Prabowo, Aburizal,
dan Wiranto mampu pula memengaruhi pendukung Jusuf Kalla untuk beralih
pilihan. Sebaliknya, tambahan dukungan diperoleh Jusuf Kalla dari para
pemilih Aburizal sekalipun dalam proporsi yang kalah besar ketimbang
kehilangannya.
Berbagai perubahan dukungan yang
terungkap dari survei ini hanya berlangsung pada calon presiden yang sudah
dikenal publik. Tepatnya, perubahan lebih terfokus pada sosok-sosok yang
sejauh ini memperoleh proporsi dukungan signifikan. Sementara sosok calon
presiden yang selama ini meraih dukungan rendah relatif statis.
Sosok Mahfud MD, Hatta Rajasa,
hingga Yusril Ihza Mahendra sejauh ini belum menunjukkan geliat peningkatan
atau penurunan dukungan. Begitu pun Hidayat Nur Wahid masih tidak beranjak
dari posisi perolehan survei sebelumnya.
Sementara itu, kesebelas sosok
calon presiden peserta Konvensi Demokrat masih rendah tingkat
keterpilihannya. Keterkenalan sosok di mata pemilih masih menjadi kendala.
Hanya Dahlan Iskan, Anies Baswedan, dan Pramono Edhie yang cukup dikenal
publik. Namun, tingkat keterpilihannya belum menunjukkan peningkatan
signifikan.
Namun, dinamika politik masih akan
terjadi sesuai dengan perjalanan waktu. Hasil pemilu legislatif akan sangat
menentukan kontestasi pemilu presiden. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar