Rabu, 22 Januari 2014

Penanganan Psikologi Bencana Banjir

Penanganan Psikologi Bencana Banjir

Muhammad Iqbal   ;   Ketua Program Studi Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta
                                                   DETIKNEWS,  21 Januari 2014                                                                                                                                                                            


Banjir kembali melanda Tanah Air, kali ini bukan hanya melanda Jakarta, namun juga terjadi diberbagai daerah seperti di Manado Sulawesi Utara, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan daerah lainnya. Tentu saja bencana banjir menjadi menimbulkan kerugian baik materi maupun korban jiwa.

Bencana banjir bukanlah hal yang baru terjadi, khususnya di Jakarta, setiap tahun sudah menjadi langganan banjir. Menurut catatan Badan Penanggulan Bencana (BNPB) pada kuartal pertama tahun 2012 saja telah terjadi sekitar 91 kasus banjir di Indonesia, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sementara, jika dihitung dari pertengahan tahun 2011, telah terjadi sekitar 129 kasus banjir di Indonesia. Sebagian kasus juga diikuti oleh peristiwa longsor.

Secara umum penyebab banjir di Indonesia disebabkan meluapnya air sungai yang kemudian membanjiri daerah di pesisir sungai, tingginya curah hujan yang diikuti longsor yang diakibatkan hutan yang ditebangi sehingga tidak dapat menahan laju air yang menuruni lereng gunung/bukit. Bantaran sungai yang mestinya menampung air pada saat pasang, umumnya tertutup oleh hunian, baik resmi maupun liar dan sampah-sampah.

Banjir tentu saja memberi dampak yang luas kepada berbagai sektor baik bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan khususnya psikologi. Selama ini penanganan bencana banjir yang dilakukan oleh berbagai lembaga adalah dengan cara memberikan penanganan logistik dan penyelamatan bagi korban yang memerlukan, pemerintah disibukan dengan berbagai langkah-langkah pencegahan dan terjadinya banjir dan penyediaan tempat pengungsian bagi korban. Sementara korban banjir tentu saja mengalami berbagai macam permasalahan psikologi mulai dari stress, trauma kehilangan semangat dan harapan hidup, depressi, kecemasan hingga kesedihan akibat kehilangan harta benda ataupun kehilangan orang yang dicintai.

Tahapan Penanganan Bencana Banjir

Dalam kajian yang telah dilakukan oleh psychosocial support in disaster ada beberapa tahapan psikologis yang bisa dilakukan dalam penanganan bencana banjir, yaitu :

Persiapan Sebelum Bencana (Preparedness)
Persiapan sebelum bencana terjadi merupakan langkah awal yang penting, khususnya dalam menghadapi banjir tahunan persiapan fisik dan praktis akan sangat membantu bagi orang untuk mengetahui bagaimana mempersiapkan psikologis sebelum bencana dan cara mengatasinya secara emosional selama atau setelah bencana. 

Langkah persiapan ini dilakukan supaya membantu orang untuk berpikir lebih jernih menerima kenyataan bencana, membantu orang untuk membuat keputusan rasional tentang bencana dan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan pada saat darurat dan mengurangi risiko cedera serius dan hilangnya nyawa atau harta benda.

Respon (Response)

Strategi respon merupakan tindakan yang diambil untuk menangani bencana pada saat keadaan darurat, khususnya tindakan layanan darurat pertama di daerah bencana. Respon juga melibatkan reaksi dan tindakan orang itu sendiri bersama-sama dengan strategi untuk membantu orang-orang saat ini. Intervensi yang paling efektif dalam fase langsung adalah bantuan praktis dan psikologis pada pertolongan pertama terjadinya bencana banjir.

Mereka yang terkena dampak bencana harus didekati dengan cara non klinis. Ini berarti bahwa pakar kesehatan mental/psikologis profesional harus siap untuk mengambil peran yang berbeda dari praktik normal mereka. Hal ini penting untuk tidak secara otomatis membawa asumsi dan perilaku klinis dalam bencana. Tujuan pertama dari pakar kesehatan mental/psikologi di pasca bencana biasa adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan praktis langsung terpenuhi.

Pemulihan (Recovery)

Kebanyakan orang akan pulih dari peristiwa traumatis seperti darurat dan bencana tanpa intervensi profesional. Namun, beberapa di antara korban mungkin membutuhkan dukungan tambahan untuk membantu mereka mengatasi masalah psikologis akibat bencana tersebut. Biasanya sekitar 10-20% akan memerlukan perawatan kesehatan mental khusus.
Untuk itu perlu dilakukan observasi lebih dalam kepada para korban untuk memastikan mereka tidak mengalami gangguan psikis yang berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih serius. Hal ini penting untuk mempertimbangkan berbagai tingkat dukungan psikososial yang dapat ditawarkan kepada orang-orang yang terkena dampak bencana , tergantung pada kebutuhan mereka yang berbeda .

Sangat penting bahwa dukungan psikososial yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan upaya pemulihan lainnya. Hal ini juga penting untuk mengenali dampak bencana yang dapat memiliki pada kohesi sosial masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan pasca bencana misalnya keretakan yang kuat yang terjadi di dalam masyarakat yang sebelumnya erat, karena emosi yang kuat (terutama amarah) yang dihasilkan oleh bencana biasannya diarahkan pada teman dan tetangga. Penyedia layanan kesehatan perlu memahami isu-isu sistemik dan mendukung masyarakat dalam membantu dirinya melalui proses pemulihan .

Penanganan Korban Banjir

Dalam pandangan psikologi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, bantuan awal yang ditawarkan kepada orang-orang yang berurusan dengan bencana atau peristiwa traumatik adalah dengan mengurangi tekanan awal (stress) yang disebabkan oleh peristiwa traumatis seperti bencana banjir. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa masyarakat yang terkena dampak bencana akan mengalami berbagai reaksi awal (fisik, psikologis , emosional, perilaku) yang dapat mengganggu psikologis dan untuk mengatasinya dibutuhkan selama atau segera setelah bencana (Brymer et al, 2006) .

Menurut Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA) (2007). ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam penanganan dampak psikologi bagi korban bencana banjir, yaitu :

Pertama adalah mempromosikan tentang keamanan dan keselamatan, yaitu dengan cara membantu orang memenuhi kebutuhan dasar makanan dan tempat tinggal, dan mendapatkan perhatian medis darurat. Petugas atau relawan senantiasa memberikan informasi dan pengumuman tentang pentingnya keselamatan korban dan dampak banjir bagi korban serta informasi sederhana dan akurat tentang cara untuk mendapatkan kebutuhan dasar .

Kedua adalah menyediakan relawan/pekerja sosial yang bertugas untuk mendengarkan korban yang ingin berbagi cerita dan emosi mereka. Relawan/petugas diharapkan ramah dan penuh kasih bahkan kepada korban. Memberikan informasi yang akurat tentang bencana atau trauma dan upaya bantuan yang telah dilakukan untuk membantu korban memahami situasi .
Ketiga adalah membantu korban dalam berkomunikasi dengan keluarga, teman dan orang-orang yang dicintan pastikan keluarga bersama-sama dengan anggota keluarganya , dekatkan anak-anak dengan orang tua atau kerabat dekat lainnya. Dengan demikian maka korban akan tetap merasa nyaman dan senantiasa aman bersama orang yang mereka cintai.

Keempat adalah Mempromosikan self-efficacy, yaitu melibatkan orang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri dengan membantu mereka mendapatkan kembali kepercayaan dan kemampuan untuk mengelola situasi mereka saat ini dan masa depan mereka .

Kelima adalah memberikan bantuan, yaitu dengan cara cari tahu jenis dan lokasi layanan pemerintah dan non - pemerintah dan orang-orang langsung ke berbagai layanan yang tersedia selama dan setelah bencana. Ketika mereka mengekspresikan rasa takut atau khawatir, petugas/relawan bisa mengingatkan orang-orang bahwa ada banyak bantuan dan layanan di jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar