Selasa, 07 Januari 2014

Melawan Propaganda sang Teroris

                            Melawan Propaganda sang Teroris

Suyatno  ;   Dosen FISIP Universitas Terbuka
MEDIA INDONESIA,  04 Januari 2014
                                                                                                                       


AKSI baku tembak di Ciputat antara Densus 88 Antiteror Polri dan enam terduga teroris tewas kian meneguhkan isu terorisme sebagai alat propaganda guna mencapai target-target tertentu. Lagi-lagi event besar seperti ingar-bingar pesta peringatan Tahun Baru menjadi momentum lempangnya desakan propaganda kian mendera. Dengan gamblangnya Polri telah mengungkapkan bahwa mereka yang tertembak ialah kelompok yang menembak anggota kepolisian di Cireundeu, Cilandak, Pondok Aren, dan perampok BRI Curug Tangerang. Rakyat tentu salut, kagum, dan merasa nyaman terlindungi oleh keperkasaan aparat keamanan mengungkap pelaku teror. Barang bukti yang disita juga sangat meyakinkan kemampuan itu, rinci, dan relevan dengan aktivitas sang teroris. Mestinya akan tumbuh harapan besar bahwa terorisme akan segera terungkap dengan gamblang dan ceritanya segera purna.

Namun, terorisme menjadi tindakan propaganda karena di balik tindakan tertentu terkandung maksud yang tersembunyi. Isu terorisme telah mengukuhkan pemahaman bahwa agenda dan modus yang endemis dan senantiasa berubah. Sejumlah aksi masih kita ingat, mulai aksi peledakan bom di tempat keramaian, peledakan tempat-tempat ibadah, pengeboman kantor kedutaan atau representasi perusahaan asing, hingga penembakan dan pengeboman aparat kepolisian. Terorisme telah menjadi propaganda multidimensional yang tak pernah kering.

Propaganda dilawan

Propaganda isu terorisme harus dilawan, sebab merupakan suatu gerakan yang mengandung pesan tersembunyi di bawah permukaan sadar manusia yang tidak langsung atau dengan cepat diketahui. Harus disadari, banyak pesan sangat halus ditujukan untuk keinginan atau target tertentu sehingga apa yang sengaja ditampilkan bukanlah sasaran yang sebenarnya. Penyamaran itu berakibat pada tujuan yang sesungguhnya berada di bawah permukaan. Jangan sampai orang dapat dibujuk untuk melakukan hal tertentu yang secara normal tidak akan mereka lakukan.
Perlu dicegah agar target tidak dengan halusnya merasuk melalui bawah sadar yang semua usaha itu tidak akan kelihatan secara kasatmata.

Menciptakan situasi yang tidak kondusif terhadap propaganda menjadi salah satu kata kunci perlawanan. Aksi yang bisa kita artikan lain ‘penyebarluasan’ itu juga bisa berkembang dalam waktu yang singkat dalam wilayah yang luas. Melalui medium tertentu, ia memperkenalkan, memublikasikan, dan melanjutkannya sehingga sebuah tema akan berkembang menuju ke arah tertentu. Ibarat biji-bijian yang menyebar karena tertiup oleh angin atau memang sengaja disebarkan ke tanah, akan tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan besar yang sempurna. Kondisi itulah yang tidak boleh diberi peluang.

Semua orang bisa menjadi sasaran propaganda terorisme. Objek propaganda isu terorisme adalah masyarakat yang terdiri dari manusia yang tidak hanya bersifat pasif, tapi juga aktif. Banyak di antara mereka kemudian menginterpretasi, mengartikan, dan memodifikasi pengertian yang ada. Inilah lahan yang subur yang bisa mendukung tumbuh dan berkembangnya propaganda terorisme. Akan tetapi, sebenarnya orang juga bisa menolak isu yang ada. Bahkan ada pula kemungkinan propaganda terorisme berbelok dari arah yang sebelumnya.

Dampak tak diharap

Bila tidak dilawan, dampak propaganda bisa menggilas semua. Propaganda merupakan cara untuk meraih tujuan tertentu baik di bidang sosial, politik, ekonomi, maupun bidang lainnya. Karena sifatnya, tentu masyarakat tidak ingin menjadi korban propaganda isu terorisme yang dapat menimbulkan beberapa dampak. Pertama, pihak yang menjadi sasaran kadang-kadang tidak menyadari tujuan sebenarnya yang dilontarkan kepadanya. Hal itu disebabkan propaganda memunculkan kesan di permukaan berbeda dengan maksud yang sesungguhnya. Apa yang dikehendaki cenderung bersifat manifes.

Kedua, sering mengakibatkan saling curiga bahkan pertentangan dalam suatu kelompok yang menjadi sasaran karena propaganda akan memunculkan pro dan kontra sebagai akibat ketidakjelasan yang sengaja diciptakannya. Dalam kasus terorisme, orang yang tidak setuju adanya sarang terorisme bisa jadi justru dituduh membenarkan aksi terorisme oleh pihak yang setuju dengan isu itu. Sementara itu, pemikiran akan adanya tujuan propaganda yang lain dianggap hanya sebagai alasan pembenar.

Ketiga, makna yang sesungguhnya dari manuver propaganda itu sering dapat dipahami dalam jangka waktu yang lama. Bahkan itu mungkin tidak pernah dipahami secara jelas oleh pihak yang menjadi sasaran. Oleh karena itu, banyak orang tidak sadar bila diri mereka telah menjadi `korban' dari sebuah aksi propaganda.

Langkah perlawanan

Bila melihat sifat-sifat dari propaganda terorisme dan dampak yang mungkin diakibatkannya, ada beberapa langkah antisipasi yang dapat ditempuh. Pertama, pada tataran masyarakat, kita hendaknya tidak menelan mentah-mentah informasi yang muncul. Orang harus cermat terhadap sebuah opini yang beredar. Sudah saatnya sering memunculkan pertanyaan, “Ada apa di balik itu semua?“ Pertanyaan agar tidak terkecoh oleh aksi yang dilakukan orang lain.

Kedua, kalangan elite dan pemerintah hendaknya tidak mudah larut dalam permainan `lawan' dengan tidak menanggapi semua isu yang dilontarkan. Bila itu dilakukan, pihak lain akan selalu mendiktekan kehendak dan tindakannya. Energi akan lebih banyak keluar bila kita terpengaruh oleh apa yang dilontarkan pihak lain. Sementara itu, pembuat propaganda sudah menyiapkan langkah berikutnya.

Ketiga, harus diciptakan persatuan dan kebersamaan antara elite dan kelompok akar rumput. Baik yang di atas maupun yang di bawah saling percaya untuk menghadapi propaganda dari pihak lain sehingga aksi saling curiga dan saling tuduh antarsesama anak bangsa dapat dihindarkan. Terorisme telah memunculkan dampak buruk yang begitu luas. Ia merupakan musuh yang ingin menguasai banyak bangsa dan karena itu harus dilawan. Segenap bangsa ini harus bertekad bulat untuk menghindarkan diri dari cengkeramannya. Kita tentunya tidak ingin menjadi bangsa yang dijajah propaganda terorisme.  ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar