Rabu, 20 November 2013

Mewujudkan Potensi Indonesia

Mewujudkan Potensi Indonesia
Axel van TrotsenburgWakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik
KOMPAS,  20 November 2013
  

DALAM kunjungan saya ke Indonesia, saya mendapatkan kesempatan berharga untuk mengenal secara lebih dekat negara yang muda, dinamik, dan tangguh ini.
Tampak jelas bahwa Indonesia saat ini memegang peran yang semakin penting sebagai mesin pertumbuhan kawasan Asia Timur Pasifik dan semakin berpengaruh di tingkat dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup kuat dalam satu dekade terakhir—mencapai rata- rata 5,7 persen untuk periode 2003-2012—berhasil membawa jutaan penduduk negara ini keluar dari lingkaran kemiskinan. Kini, tingkat kemiskinan Indonesia berada di 12 persen, separuh dari tingkat kemiskinan pada 1998 ketika negara ini terkena dampak krisis keuangan Asia. Pengelolaan makroekonomi yang solid telah menyelamatkan Indonesia dari krisis dunia 2008, dengan tingkat pertumbuhan 4,5 persen pada 2009. Meskipun permintaan domestik diakui sebagai pendorong utama pertumbuhan, Indonesia juga diuntungkan oleh peningkatan ekspor komoditas, kepercayaan investor, dan arus masuk modal swasta.
Namun, peningkatan tekanan eksternal terhadap neraca, yang didorong oleh penurunan harga komoditas serta kebijakan moneter AS yang diperkirakan makin ketat di masa depan, seakan mengingatkan kita akan kerentanan negara ini terhadap perubahan sentimen investor. Tanggapan kebijakan terhadap guncangan ini, yaitu melalui peningkatan suku bunga dan pengetatan fiskal, bisa membantu perbaikan neraca rekening (current account balance). Namun, hal ini juga akan memperlambat pertumbuhan dari 6,2 persen pada tahun 2012 menjadi 5,6 persen untuk tahun ini. Walaupun demikian, pertumbuhan ini tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan negara G-20.
Di satu pihak, hal tersebut cukup melegakan. Di lain pihak, Indonesia tidak bisa terus mengandalkan tingkat pertumbuhan moderat apabila ingin memenuhi aspirasinya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Indonesia masih memiliki 29 juta jiwa penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional. Selain itu, masih ada juga 65 juta jiwa penduduk yang walaupun kini telah berada di atas garis kemiskinan, sangat rentan untuk jatuh kembali ke bawah garis kemiskinan. Kesenjangan sosial semakin lebar. Indikator pembangunan manusia dan infrastruktur pun masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain sekawasan.
Perlu kebijakan kokoh
Menyadari situasi yang dihadapi kebanyakan negara berpendapatan menengah, Indonesia telah mengambil langkah bijak untuk menekankan perlunya bertindak cepat guna menghindari ”jebakan” negara berpendapatan menengah. Perekonomian yang bertumbuh pesat mutlak diperlukan untuk menanggapi sejumlah tantangan di atas. Bila Indonesia hendak menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2030, yaitu 12.000 dollar AS per kapita, negara ini perlu tumbuh hingga 9 persen per tahun selama 16 tahun ke depan. Jika tidak bisa mencapai tingkat pertumbuhan tersebut, Indonesia harus tumbuh lebih dari 6 persen bila ingin menghindari jebakan negara berpenghasilan menengah.
Waktu yang dimiliki Indonesia tidak banyak. Dalam kurun satu dekade, Indonesia akan mulai menua. Proporsi penduduk usia produktif diperkirakan hanya terus meningkat sampai tahun 2025. Dividen demografi yang telah dinikmati negara ini selama puluhan tahun akan mulai memudar, dan pertumbuhan cepat akan lebih sulit dicapai.
Berita baiknya, Indonesia berada di lingkungan yang menguntungkan. Asia Timur adalah mesin pendorong pertumbuhan dunia. Pada tahun 2030, dua pertiga pertumbuhan global diperkirakan berasal dari kawasan ini, dan kelas menengah kawasan Asia Timur diperkirakan meningkat menjadi lebih dari tiga miliar jiwa penduduk. Lebih dari 35 persen penanaman modal asing (foreign direct investment/FDI) dunia bersumber dari kawasan ini, dan proporsi ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan regional. Kawasan Asia yang berkembang ini telah menyerap 30 persen arus masuk FDI dunia dan Indonesia tetap merupakan salah satu tujuan investasi yang atraktif.
Mengingat ketatnya persaingan untuk menangkap peluang investasi di kawasan ini, Indonesia memerlukan kebijakan-kebijakan yang kokoh, baik secara absolut maupun relatif. Saat ini, Indonesia masih tertinggal dalam hal kualitas infrastruktur, iklim usaha, dan kinerja logistik (biaya dan waktu yang diperlukan dalam melakukan transaksi perdagangan), yang semua ini sangat penting bagi investasi dan pertumbuhan.
Agar dapat bertumbuh cepat, mempertahankan daya saing, dan mengurangi kerentanan, strategi pertumbuhan yang didorong produktivitas merupakan pendekatan terbaik bagi Indonesia. Hanya melalui peningkatan pertumbuhan produktivitas pekerja, Indonesia akan mampu mengatasi semakin tingginya tekanan untuk menaikkan upah buruh tanpa mengakibatkan terkikisnya daya saing dan lapangan pekerjaan.
Indonesia akan mampu menghadapi tantangan tersebut bila secara konsisten menerapkan reformasi penting di bidang-bidang prioritas. Prioritas tersebut termasuk peningkatan investasi di bidang infrastruktur, termasuk infrastruktur perkotaan. Pengembangan sumber daya manusia perlu mengutamakan penguatan keterampilan, dan perbaikan kualitas perburuhan. Penting juga perbaikan pasar finansial guna menyalurkan sumber daya ke arah pemanfaatan yang lebih produktif, dan penyediaan bantuan sosial yang lebih efektif bagi masyarakat yang rentan.
Semua upaya reformasi ini tentu memiliki sejumlah tantangan. Grup Bank Dunia siap berbagi pengalaman dari pelaksanaan reformasi serupa dari berbagai negara. Hal ini merupakan bagian dari komitmen menyeluruh Grup Bank Dunia untuk membantu bangsa yang besar ini mewujudkan masa depan yang lebih baik lagi bagi semua masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar