Mempersembahkan
Mahakarya Swasembada Pangan
Jaya Suprana ; Budayawan; Pendiri Sanggar Pembelajar Kemanusiaan
|
REPUBLIKA, 22 Juni 2017
Kegaduhan panggung politik di bulan suci Ramadhan, tidak
mereda bahkan makin membahana setelah Ombudsman Republik Indonesia
mempermasalahkan keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam program
bantuan produksi pangan di Kementerian Pertanian. Ombudsman RI menyatakan ada
dugaan maladministrasi akibat program yang dimulai sejak 2015 itu hanya
berdasarkan nota kesepahaman (MoU).
Pelibatan TNI dianggap tidak sesuai dengan peran dan
fungsi tentara sebagai penjaga keamanan utama negara dalam menghadapi
serangan musuh dari luar. Tentara dilibatkan mulai dari penyuluhan,
pembangunan infrastruktur, pencetakan sawah, distribusi alat mesin pertanian,
hingga penyerapan produksi padahal tentara tidak memiliki kompetensi di
bidang itu.
Ombudsman juga menduga, program pencetakan sawah tidak
dilakukan dengan kajian yang baik. Akibatnya, banyak sawah baru yang tidak
dapat memproduksi padi.
Dalam kajiannya tahun lalu, Ombudsman juga menemukan
banyak persoalan dalam prosedur penyerapan gabah hasil panen akibat serap
gabah yang dipaksakan kepada Bulog, maka standar kualitasnya kurang terjamin.
Ombudsman RI Perwakilan Kalimantan Selatan, mengatakan, di
daerahnya banyak pencetakan sawah yang mubazir. Sebagian lahan tidak bisa
ditanami karena tak memiliki irigasi, sebagian lain juga tidak bisa ditanami
karena terendam air.
"Kuantitas cetak sawah oleh TNI memang terjadi, tapi
kualitasnya tidak terpenuhi," katanya.
Ada pula pihak yang mengaku menerima keluhan mengenai
petani yang dipaksa tentara untuk menjual gabahnya ke Bulog dengan harga
rendah.
Swa sembada
Saya pribadi adalah warga Indonesia yang sama sekali bukan
ahli pertanian, ahli politik, mau pun ahli militer. Namun kebetulan saya
adalah warga Indonesia yang sadar bahwa satu di antara sekian banyak masalah
yang sedang merundung bangsa, negara, dan rakyat Indonesia adalah
ketergantungan pada impor, terutama impor pangan.
Mulai dari beras sampai bawang putih seolah hukumnya wajib
harus diimpor. Ketergantungan Indonesia pada impor pangan mengingat kesuburan
tanah, air, dan udara Indonesia begitu melimpah ruah. Bahkan, merupakan satu
di antara negara tersubur di planet bumi ini, sangat tragis, ibarat ayam mati
kelaparan di lumbung padi.
Maka, selama setiap warga Indonesia masih berhak memiliki
pendapat, mohon dimaafkan bahwa sebagai seorang warga Indonesia yang cinta
Indonesia, saya memiliki pendapat yang mendukung semangat swasembada pangan
yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi yang kemudian diejawantahkan dalam
bentuk pengerahan TNI untuk membantu Kementerian Pertanian mencetak sawah
bagi petani.
Kemanunggalan
Sebagai warga Indonesia, saya tidak keberatan TNI
dilibatkan pada kegiatan pertanian selama tidak ke luar dari koridor
konstitusional. Kebetulan saya pribadi mewarisi kisah dari mahaguru
kebangsaan saya, mantan Menko Kesra RI Soepardjo Roestam (yang pernah menjadi
ajudan Panglima Besar Jenderal TNI Soedirman) bahwa Pak Dirman dalam
bergerilya senantiasa wanti-wanti berpesan kepada para serdadu TNI jangan
sampai pernah mengorbankan rakyat sesuai falsafah bahwa rakyat adalah Ibu
Kandung TNI yang melandasi semangat kemanunggalan TNI dengan rakyat.
Dari diskusi dengan para tokoh cendekiawan Indonesianis
dari berbagai perguruan tinggi mancanegara, saya juga memperoleh kesan bahwa
TNI dianggap sebagai lembaga yang paling mantap dan unggul dalam profesionalisme
manajemen di lembaga kepemerintahan Republik Indonesia.
Saya bukan penderita TNI-phobia yang secara membutatuli
senantiasa curiga terhadap TNI, namun bukan berarti saya sudah butatuli
terhadap kenyataan.
Saya lebih berupaya bersikap wajar dan jujur untuk
menyatakan sesuatu sebagai sebagai benar apabila memang benar, namun juga
sebagai tidak benar apabila memang tidak benar. Apalagi di masa bulan suci
Ramadhan.
Legowo
Kegaduhan tidak perlu terjadi, jika pihak Ombudsman RI
berkenan menyampaikan pendapat, kritik serta koreksi langsung ke Kementerian
Pertanian dan TNI. Saya yakin Kementerian Pertanian apalagi TNI yang menganut
falsafah legowo sadar bahwa tiada gading yang tak retak, tidak ada manusia
yang sempurna, maka tidak ada pula lembaga di planet bumi ini yang sempurna.
Maka, Kementerian Pertanian dan TNI akan secara terbuka
bahkan berterima kasih menerima masukan pendapat, kritik serta koreksi dari
Ombudsman RI demi menyempurnakan perjuangan Kementerian Pertanian dan TNI
menunaikan tugas mencetak sawah demi meningkatkan potensi swasembada pangan
oleh Indonesia bagi Indonesia.
Ketahanan pangan merupakan bagian utama dari perjuangan
memperkokoh benteng ketahanan nasional, maka juga merupakan bagian dari tugas
kewajiban TNI.
Sudah benar bahwa TNI senantiasa siap "rawe-rawe
rantas malang-malang putung" menunaikan tugas apa pun yang ditugaskan
oleh Presiden Republik Indonesia sebagai Panglima Tertinggi TNI selama dalam
koridor konstitusi berdarma bakti bagi negara, bangsa dan rakyat Indonesia.
Memang swasembada pangan tidak didukung oleh para pihak
yang merasa kepentingan nafkahnya dirugikan. Namun, Insya Allah semua pihak
berkenan menyisihkan kepentingan golongan, lembaga, apalagi pribadi demi
bersatu padu, bergotong royong, bahu-membahu dalam mendukung perjuangan untuk
mempersembahkan mahakarya swasembada pangan bagi rakyat Indonesia. Merdeka! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar