Sikon
Mudik dan Arus Balik Lebaran 2017:
Titik-titik
Krusial
Toni Ervianto ; Alumnus Pasca Sarjana Universitas Indonesia;
Peneliti di Cersia,
Jakarta
|
DETIKNEWS, 23 Juni 2017
Umat Islam di seluruh dunia termasuk Indonesia akan segera
merayakan hari kemenangan setelah sebulan lamanya memerangi hawa nafsu dengan
melaksanakan ibadah puasa. Idul Fitri 1438 H diperkirakan jatuh pada 25 Juni,
sehingga hari libur (cuti) bersama nasional diawali pada 23 Juni.
Lebaran yang diwarnai dengan kegiatan mudik adalah hal
yang lumrah dalam masyarakat Indonesia, termasuk umat Islam di beberapa
negara. Melalui mudik, masyarakat akan menyambung tali silaturahmi dengan
orangtua dan keluarga, menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana
kemajuan pembangunan yang telah dilaksanakan.
Bahkan mudik juga diharapkan sebagai wahana untuk
mengakselerasi peredaran uang untuk peningkatan kesejahteraan. Namun,
bagaimana situasi dan kondisi (sikon) menjelang mudik dan pada saat arus
balik tahun 2017 ini? Permasalahan apa saja yang menjadi titik krusialnya dan
apakah ancaman terorisme akan ikut "menghiasi" mudik dan arus balik
Lebaran 2017?
Titik Krusial
Setidaknya ada beberapa permasalahan krusial yang perlu
diantisipasi menjelang mudik dan pada saat arus balik Lebaran 2017. Pertama,
angka kejahatan yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya serta wilayah
Indonesia lainnya. Contohnya di Jakarta dan sekitarnya, berdasarkan data
Polda Metro Jaya, angka kriminalitas sepanjang 2016 sebanyak 42.149 kasus.
Dari 42.149 kasus yang terjadi di wilayah hukum Polda
Metro Jaya, terdapat kasus-kasus menonjol yang mengalami peningkatan pada
2016. Salah satunya adalah kejahatan perampokan yang naik 12 persen dari tahun
sebelumnya. Kenaikan juga terjadi pada kasus perkosaan; pada 2015 mencapai 63
kasus, sedangkan di 2016 meningkat menjadi 719 kasus, atau naik sebanyak 4
kasus (sekitar 6 persen). Kenakalan remaja seperti tawuran juga mengalami
peningkatan dari 1 kasus (2015) menjadi 5 kasus (naik 400 persen).
Kedua, masih terjadinya aksi kriminal disebabkan karena
gini ratio Indonesia yang masih cukup tinggi, walaupun diklaim mengalami
penurunan selama 2016. Pada Maret 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran
penduduk Indonesia yang diukur oleh gini ratio adalah sebesar 0,397. Angka
ini menurun dibandingkan gini ratio Maret 2015 yang sebesar 0,408, dan gini
ratio September 2015 yang sebesar 0,402.
Gini ratio di daerah perkotaan pada Maret 2016 sebesar
0,410, turun 0,018 poin dibanding gini ratio Maret 2015 yang sebesar 0,428,
dan turun 0,009 poin dibanding gini ratio September 2015 yang sebesar 0,419.
Sementara gini ratio di daerah perdesaan pada Maret 2016 sebesar 0,327
menurun 0,007 poin dibanding gini ratio Maret 2015 yang sebesar 0,334, dan
menurun 0,002 poin dibanding gini ratio September 2015 yang sebesar 0,329.
Selama periode Maret 2015–Maret 2016, distribusi
pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah masih dalam kategori
ketimpangan rendah. Namun, distribusinya semakin menurun, yaitu dari 17,10
pada Maret 2015 dan 17,45 persen pada September 2015 menjadi 17,02 persen
pada Maret 2016.
Distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah di
daerah perkotaan pada Maret 2016 tercatat sebesar 15,91 persen meningkat
dibanding Maret 2015 yang sebesar 15,83 persen. Namun, menurun jika
dibandingkan dengan September 2015 yang sebesar 16,39 persen. Sementara di
daerah perdesaan distribusi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen
terbawah pada Maret 2016 sebesar 20,40 persen, menurun dibanding Maret 2015
(20,42 persen) dan September 2015 (20,85 persen).
Ketiga, hal lainnya yang perlu diantisipasi adalah
kemungkinan terjadinya berbagai bencana alam saat mudik atau arus balik
nanti. Beberapa jenis bencana alam yang perlu diantisipasi yaitu gempa bumi
terutama gempa tektonik, dengan daerah yang menjadi "langganan"
antara lain Aceh, Padang, Nias, Jambi, Bengkulu, Lampung. Tasikmalaya,
Yogyakarta, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Erupsi perlu diwaspadai di zona rawan seperti Gunung
Sinabung, Merapi, Tangkubanperahu, Lokon, Kelud, Semeru, Bromo dan Soputan.
Sedangkan, longsor berpotensi terjadi di Banjarnegara, Wonosobo, Ponorogo,
Ciwidey dan Purworejo karena curah hujan yang tinggi.
Banjir bisa terjadi di daerah dataran rendah atau daerah
yang dialiri sungai seperti Jakarta, Bandung dan Bekasi. Banjir juga bisa
diakibatkan oleh pasang laut (banjir rob) seperti di daerah Semarang. Tsunami
berpotensi terjadi di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara.
Kekeringan bisa terjadi disebabkan oleh musim kemarau
panjang atau karena anomali cuaca seperti El Nino, dengan daerah rawan
seperti Gunung Kidul, Pacitan, Sulawesi Tengah dan Lombok. Sedangkan
kebakaran lahan banyak terjadi di daerah yang banyak hutan gambut seperti
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, Sumatera Selatan dan Jambu.
Gas beracun berasal dari gejala post vulkanik seperti di
Kawah Domas, Ijen dan Dieng. Gas beracun ini tidak berasa dan berbau sehingga
agak sulit dideteksi oleh manusia. Angin puting beliung bisa terjadi karena
adanya pusat tekanan rendah di suatu wilayah. Beberapa daerah yang pernah
diterjang angin puting beliung di antaranya Sukabumi, Banten, Jawa Timur dan
Sumatera bagian barat.
Keempat, titik rawan kemacetan, rawan kecelakaan dan rawan
kriminalitas. Data Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Tengan (Jateng)
menyebutkan, terdapat sebanyak 114 titik rawan kemacetan dan 106 titik rawan
kecelakaan saat arus mudik Lebaran 2017.
Titik-titik rawan kemacetan tersebut terdapat di beberapa
wilayah di Jateng; di Pekalongan ada 28 titik, Banyumas 17 titik, Semarang 25
titik, Pati 10 titik, Kedu 19 titik, dan wilayah Soloraya 14 titik. Sedangkan
titik rawan kecelakaan terbagi dalam beberapa wilayah; Pekalongan 20 titik,
Banyumas 13 titik, Semarang 19 titik, Pati 18 titik, Kedu 19 titik, dan Solo
Raya 17 titik.
Sedangkan lokasi pasar tumpah di Jateng yang rawan
menimbulkan kemacetan tercatat sebanyak 77 titik. Berikut rincian daftar
lokasi rawan macet dan kecelakaan serta pasar tumpah di beberapa titik di
Jateng:
Jalur Pantura Barat: Tol Pejagan; Arah selatan tol menuju
ke Purwokerto, ada perlintasan KA yang juga tembus ke Slawi di Simpang Prupuk
yang memang merupakan titik kemacetan cukup parah karena jalannya kecil dan
persimpangan yang ada dari beberapa jurusan. Untuk jalur Pejagan sampai
dengan Brebes Timur ini tidak melewati Kota Brebes, dengan kondisi jalan
beraspal kasar dan penerangan seadanya.
Beberapa daerah rawan kemacetan yang kemungkinan menjadi
rawan tindak kejahatan antara lain Losari, Kalirejo, Bumiayu, Pasar Bawang,
Pasar Induk, Ruas Pantura Kluwut, Ruas Bulakamba, Pusat oleh-oleh di Desa
Pebatan, Kecamatan Wanasari (Brebes); Ruas Surodadi, Tegal, Ruas Wiradesa,
Pekalongan, Ulujami (Pemalang), Tulis, Plelen (Batang), Truko (Kendal), Jl.
Raya Tugu dan Jl. Karangayu, Siliwangi, dan Jl. Kaligawe (Semarang).
Jalur Pantura Timur: Jalan Raya Sayung, Demak, Jalan Raya
Kudus, Pati, Ruas Pati, Rembang dan Ruas Kudus, Pati. Sedangkan, Jalur
Tengah antara lain di Ruas Mantingan, Solo, Kartasura, Sukoharjo, Palur,
Karanganyar, Lingkar Solo, pintu keluar jalan tol Bawen Kabupaten Semarang,
Pasar Ambarawa, Pasar Babadan, Ungaran, Karangjati, Ungaran, Ampel, Boyolali-Tegalgondo,
Klaten.
Jalur Selatan antara lain daerah Sumpyuh Banyumas, Prembun
Kebumen, Gombong, Pasar Kutowinangun, Kebumen, Butuh, Kutoarjo, Pasar
Wanareja, Cilacap, Sepanjang jalur Kecamatan Majenang, Pasar Cileumeuh
Kecamatan Cimanggu, Cilacap, Pasar tumpah Desa Genteng Kecamatan Cimanggu,
Simpang tiga Terminal Karangpucung, Cilacap, Simpang tiga Sampang, Cilacap.
Sementara, terdapat 17 Titik rawan kejahatan khususnya
bajing loncat dan begal yakni Tegal, Pemalang, Batang, Rembang, Blora,
Temanggung, Cilacap, Sragen, Karanganyar, Ampel Boyolali, Klaten, Brebes,
Semarang, dan Banyumas.
Hal lainnya yang perlu diwaspadai adalah perlintasan
kereta api. Jumlah total perlintasan sebidang di wilayah PT KAI Daop IV
Semarang ada 705. Dari 705 perlintasan kereta itu, hanya 92 perlintasan yang
dijaga dan 20 perlintasan lain menggunakan palang pintu otomatis (WS). Palang
pintu yang menggunakan sensor matahari itu milik Dinas Perhubungan di tiap
daerah.
Perlintasan tanpa palang pintu di Jateng paling banyak
berada di wilayah Solo, Klaten, Karanganyar, Sragen, dan Wonogiri yang
mencapai 300 titik. Sedangkan di wilayah Grobogan dengan 126 titik
perlintasan KA tanpa palang pintu.
Serangan Teror, Adakah?
Setidaknya ada beberapa perkembangan strategis global dan
regional yang dapat memicu terjadinya serangan teror antara lain maraknya
serangan teror di beberapa negara Eropa seperti Prancis, Inggris, Jerman,
Swedia, Turki. Dan, kemungkinan Rusia akan terkena serangan teror karena
sel-sel ISIS di Eropa akan "marah" jika benar klaim Rusia bahwa
mereka telah menewaskan Abu Bakar al Baghdadi, pentolan ISIS.
Sementara itu, kekalahan ISIS di Suriah dan Irak akan
menyebabkan militan-militan mereka menyebar ke berbagai negara, termasuk
Indonesia. Dan, seperti yang diprediksi Panglima TNI, setidaknya ada 16
lokasi sel ISIS di Indonesia. Kemudian, terjadinya konflik di Marawi,
Filipina Selatan yang sudah menewaskan lebih 300 orang dari kedua kubu
diprediksi berbagai kalangan bertujuan sel ISIS akan membentuk Islamic State
in Indonesia and the Phillipines (ISIP).
Sedangkan di Indonesia, pascaserangan bom di Kampung
Melayu, kepolisian telah menangkap 30 orang yang terkait kasus tersebut.
Bahkan Densus 88 Mabes Polri juga menangkap 2 terduga teroris di Temanggung
dan Kendal, Jawa Tengah.
Beberapa titik krusial permasalahan yang diuraikan di atas
adalah "early warning" untuk meningkatkan kewaspadaan dan
kecermatan kita dalam melihat sikon yang berkembang. Namun, secara umum dapat
dikemukakan bahwa serangan teror biasanya terjadi karena ada "gap security"
dan kelengahan kita bersama.
Bagaimanapun, sikon mudik dan arus balik 2017 diperkirakan
akan tetap berjalan dengan aman, lancar dan terkendali. Selamat berlebaran! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar