Mengisi
Ulang Baterai Birokrasi
Abdullah Azwar Anas ; Bupati Banyuwangi
|
KORAN
SINDO, 21 Juni 2017
KITA semua patut bersyukur, tahun ini diberi kesempatan
untuk berjumpa lagi dengan bulan suci Ramadan.
Ramadan seyogianya dimaknai bukan hanya sebagai bulan bagi
kita untuk berpuasa. Bukan pula sekadar berharap ampunan dari Yang Mahakuasa.
Ramadan juga bukan sekadar bulan kala umat Islam mengharapkan pahala dan
penghapusan dosa. Lebih dari itu Ramadan adalah saat ketika kita memasang
cermin kehidupan yang merefleksikan apa yang telah kita perbuat selama
setahun terakhir. Momentum untuk melakukan refleksi, becermin,
berkontemplasi, menelaah diri sendiri seutuhnya adalah momentum yang
dibutuhkan setiap manusia.
Melalui momentum ini setiap manusia disadarkan bahwa hidup
tak selalu harus terus berlari dan menerjang. Sesekali kita harus menengok ke
belakang untuk mengambil jeda dan mengevaluasi diri. Melalui rangkaian
Ramadan dan berlanjut ke momen Idul Fitri, kita mengisi ulang baterai
kejiwaan kita. Hidup sesekali harus berhenti, menarik napas panjang,
mengumpulkan energi kehidupan untuk kemudian berlari kembali menuju tahapan
yang lebih baik lagi. Makna itu pula yang semestinya diupayakan di lingkungan
kita sehari-hari.
Dalam hal ini adalah birokrasi, tempat kini saya
menghabiskan waktu. Selepas Ramadan dan memasuki Idul Fitri, kita berharap
bisa menjadi sosok yang lebih mampu memahami apa arti pelayanan publik.
Pemahaman baru ini diharapkan bisa memacu kinerja birokrasi menjadi semakin
baik. Birokrasi perlu terus melakukan terobosan agar pelayanan publik
berjalan semakin baik mengingat pelayanan publik menjadi jantung bagi seluruh
aktivitas masyarakat. Yang perlu dilakukan bukan lagi pelayanan publik yang
bersifat business as usual.
Dalam konteks inilah inovasi menjadi penting dan relevan.
Tren perbaikan kinerja birokrasi semestinya semakin mendapatkan pemaknaan
yang lebih dalam setelah Ramadan dan momen Idul Fitri, setelah kita memiliki
pemahaman segar mengenai hubungan manusia dan kemanusiaan, termasuk dalam
relasi antara birokrat dan warga.
Melebur Kesalahan
Berbarengan dengan upaya perbaikan kinerja birokrasi, Idul
Fitri memberi makna lain, yaitu bagaimana kita semua melebur kesalahan dan
kekhilafan dalam hubungan antarmanusia. Kita tak bisa meremehkan salah,
khilaf, dan kesalahan hati yang muncul dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai
manusia. Staf punya kesalahan, tapi pimpinan jauh lebih banyak memiliki
kesalahan.
Oleh karena itu di momen inilah semua kesalahan itu harus
saling dimaafkan sehingga bisa terbentuk birokrasi yang solid. Satu lagi
makna yang mesti diambil dari rangkaian Ramadan dan Idul Fitri adalah
perlunya birokrasi menanamkan paradigma kerja yang merangkul banyak pihak
hingga level terbawah dan kepemimpinan bersama (shared leadership). Karena dari situlah keberlanjutan program
pelayanan publik bisa terjaga. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar