Jalan
Panjang Krisis Qatar
M Ramly Syahir ; Alumnus Universitas Saddam Hussein, Baghdad,
Iraq;
Pengasuh Pondok
Pesantren Ulil Albab, Brumbungan Lor, Gending, Probolinggo
|
JAWA
POS, 22
Juni 2017
SUDAH tiga pekan ini krisis Qatar dengan tiga negara
tetangganya belum menemui tanda-tanda menuju jalan damai. Berita kisruh
krisis Qatar itu sebenarnya saya dapatkan saat saya berada di Jordania untuk
melanjutkan lawatan saya ke Masjidilaqsha.
Para pemimpin yang tengah berseteru itu bukannya berupaya
meredam tensi masing-masing. Namun, yang terjadi justru masih saling
menunjukkan gengsi masing-masing. Senin lalu (19/6) Menteri Luar Negeri
(Menlu) Qatar Muhamad bin Abdurrahman Ats Tsani mengeluarkan pernyataan bahwa
negerinya tidak akan melakukan negosiasi apa pun kalau masih dalam
bayang-bayang embargo.
Pernyataan Menlu Qatar itu semakin memperpanjang jalan
menuju damai dalam krisis di kawasan teluk. Bahkan, Emir Kuwait Shabah Ahmad
Jabir Ash Ashobah yang sejatinya diharapkan bisa menjadi penengah mulai
enggan dengan sikap Qatar yang dianggapnya semakin menyulut eskalasi krisis
di kawasan teluk.
Dari Arab Saudi dilaporkan bahwa pemerintah setempat
mengultimatum bahwa kemarin merupakan hari terakhir bagi warga Qatar untuk
meninggalkan negerinya. Sikap itu merupakan buntut dari semakin memanasnya
hubungan empat negara teluk yang tengah bertikai yang berimbas pada warga
sipil. Bahkan, tiga negara teluk yang bertikai (Saudi, Uni Emirat Arab/UEA,
dan Bahrain) meminta sekitar 11.500 warganya juga harus meninggalkan Qatar.
Sedangkan ada 1.925 warga Qatar yang terdapat di Saudi, Emirat, dan Bahrain.
Para pemimpin negara teluk yang bertikai itu juga mulai
menggalang kekuatan dengan negara-negara Arab tetangganya. Kemarin putra
mahkota UEA Syekh Muhamad bin Zaid An Nahyan bertandang ke Kairo, Mesir,
menemui koleganya Abdul Fattah As Sisi. Dalam pertemuan bilateral itu,
dibahas tentang pentingnya pemberantasan terorisme. Keduanya juga sepakat
untuk membekukan bantuan kepada organisasi-organisasi yang terindikasi
gerakan teroris. Pertemuan kedua negara itu pun semakin menguatkan dugaan
betapa antar pemimpin masih saling menjaga gengsinya.
Pada saat bersamaan, pemimpin Saudi Raja Salman bin Abdul
Aziz juga menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri (PM) Iraq Dr Haidar
Ubadi di Istana Ash Shofa di Makkah. Pertemuan kedua pemimpin yang pernah
berseteru di zaman Saddam Hussein itu pun semakin membuat panas telinga Iran
yang jelas-jelas berada di belakang Qatar. Dalam pertemuan tersebut, pihak
Saudi membuka peluang kerja sama di berbagai sektor yang sebelum-sebelumnya
tidak pernah dilakukan kedua negara bertetangga tersebut.
Kondisi saling jaga gengsi antar pemimpin negara teluk
yang berseteru itu sebenarnya menjadi berkah bagi Israel untuk memainkan
politiknya di kawasan teluk. Bahkan, pemimpin Israel Benjamin Netanyahu
berharap krisis Qatar itu berlangsung lama dan mampu memberikan dampak
politik bagi negerinya.
Warga Qatar yang terkena imbas penutupan perbatasannya
dengan Saudi berharap krisis negerinya cepat selesai. Mereka khawatir,
penutupan dalam waktu lama akan berakibat semakin sulitnya pasokan makanan
pokok yang selama ini mereka dapatkan melalui jalur darat dari Saudi.
Namun, pihak Qatar mengklaim bahwa pasokan makanan ke
negerinya masih aman. Bahkan, pihak penerbangan Qatar Airways merasa tidak
terkena imbas pascakrisis yang menimpa negerinya. Tentunya, sebagai negara
dengan kekayaan minyak dan gas alamnya, sikap jaga gengsi antarnegara yang
terlibat dalam krisis Qatar itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk
menyudahi perseteruan mereka.
Sikap jaga gengsi antar pemimpin negara-negara teluk yang
tengah bertikai tersebut diprediksi akan semakin lama disertai dengan perang
urat saraf. Dengan kekayaan yang sama-sama melimpah, proses jalan damai akan
semakin panjang. Akan terasa sulit siapa yang akan memulai membawa ke meja
perundingan.
Kita tunggu saja bermacam manuver yang akan mereka
tunjukkan. Indonesia yang diharapkan mampu memainkan perannya masih belum
melangkah ke arah sana. Padahal, kita punya Jusuf Kalla (JK) yang selama ini
dikenal sebagai mediator ulung yang diyakini mampu membawa ke arah jalan
damai. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar