Program Ketenagakerjaan Pascabencana Alam
Elfindri ; Profesor Ekonomi SDM dan Koordinator
Program S-3 Ilmu Ekonomi Universitas Andalas, Padang
|
KORAN
SINDO, 24 Januari 2014
Bencana alam, seperti
gunung meletus, banjir (bandang), gempa bumi, dan tsunami, serta berbagai
bentuk lainnya selalu menyisakan masalah.
Selain dari dampak ekonomi pada skala rumah tangga, secara makro bencana alam kadang kala dapat memengaruhi kenaikan inflasi serta berbagai bentuk distorsi ekonomi lainnya. Dampak dalam waktu dekat akan dirasakan oleh masyarakat dan semakin lama kondisi masyarakat akan memburuk. Angka kemiskinan kembali akan naik dengan sendirinya. Pertanyaannya adalah siapa dan bagaimana dampak itu dirasakan oleh masyarakat. Jika kita ambil contoh kasus dampak meletusnya Gunung Sinabung di Sumatera Utara, dampak yang cukup luas terjadi pada seluruh rumah tangga pada radius tertentu. Semakin dekat dengan pusat letusan gunung, maka dampaknya semakin berat. Semua hasil pertanian dipastikan akan gagal, serta kondisi perumahan dan pertanian boleh dikatakan puso. Pada kasus ini, persoalan ikutannya adalah bagaimana masyarakat bisa bertahan dan kondisinya tidak semakin memburuk. Bukan tidak mungkin diperlukan program relokasi tempat tinggal, di mana dalam jangka panjang supaya lebih aman dan masyarakat memiliki kepastian masa depan. Sementara jika terjadi banjir (diikuti banjir bandang), tanah longsor, serta gempa bumi, maka dampaknya sangat ditentukan oleh seberapa besar intensitas dari bencana alam tersebut. Jika di Sumatera Barat pernah terjadi gempa bumi tahun 2009, dampaknya terhadap kehilangan pekerjaan masyarakat cukup penting. Banjir di Jakarta jelas berdampak kepada pekerja di luar upahan, di mana selama masa banjir mereka praktis kehilangan pekerjaan. Banjir bandang di Kota Manado jelas memberikan konsekuensi hilangnya pekerjaan untuk sebagian kelompok masyarakat. Belum lagi pada daerah pantai utara Jawa, di mana sawah dan kolam ikan yang banyak rusak. Di daerah pedesaan maka dampak dari banjir jelas menghilangkan produksi pertanian dan perikanan. Ditambah dengan rusaknya sebagian dari prasarana irigasi, bandarbandar serta saluran air dan berbagai bentuk kemungkinan kerusakan infrastruktur. Kondisi ini menjadikan bahwa fasilitas publik untuk pertanian mesti kondisinya segera dikembalikan kepada kondisi sebelumnya. Kesemuanya adalah jelas kiranya mereka yang hidup dari pekerjaan sektor informal merupakan yang paling besar terkena dampak. Bagi buruh sangat bergantung pada bagaimana perusahaan menyikapi kondisi ini. Jika perusahaan melakukan penyesuaian, dengan mengurangi tenaga kerja, maka jelas PHK merupakan bentuk dari kondisi pasar kerja yang bekal terjadi. Penelitian penulis terakhir memperlihatkan bahwa masyarakat baru akan bekerja setelah dua minggu pascabencana. Sebelum masa dua minggu, masyarakat masih melakukan reuni keluarga, dan bersih-bersih dari dampak dari kondisi rumah mereka. Sekitar 50% masuk ke pasar kerja kembali ketika15 hari setelah bencana dirasakan oleh penduduk, dan kemudian kembali normal setelah sebulan kejadian bencana. Program Ketenagakerjaan Cepat Pertanyaan adalah apakah pemerintah perlu membuat program khusus untuk mereka yang terkena dampak bencana? Jawabannya adalah jelas sangat diperlukan. Setidaknya dua hal yang sangat mendesak. Pertama, adalah program tanggap darurat yang tengah dilakukan oleh pemerintah. Program ini mesti menjamin agar masyarakat dapat tinggal pada tempat yang ditetapkan, kemudian segala keperluan minimum masyarakat dapat tersedia. Baik pangan, layanan kesehatan, MCK, dan berbagai bentuk keperluan merupakan berbagai program utama selama tanggap darurat. Pemerintah pusat tidak dapat berdalih bahwa pemerintah daerah dapat menangani kondisi bencana alam ini, mengingat pemerintah daerah juga jarang yang mengalokasikan anggaran untuk mengatasi keadaan yang tidak direncanakan ini. Kedua,setelah masa tanggap darurat selesai maka sangat diperlukan program susulan yang mengarah kepada masa transisi agar masyarakat yang terkena dampak dari keadaan alam dapat melakukan pekerjaan. Di antara yang dapat dipastikan adalah bagaimana menjamin agar ketersediaan makanan dan pekerjaan, mengingat kedua masa di atas mesti dibuat dengan program cepat crash program, yang dapat diambilkan kebutuhan pendananya oleh pemerintah dari APBN. Apa saja yang sangat penting dilakukan agar mengurangi dampak bencana alam? Pertama, adalah program yang berkaitan dengan food for work. Program yang dapat membuat masyarakat bekerja kembali. Kemudian dari hasil pekerjaan, mereka dapat membeli makanan untuk keluarga mereka. Program ini sukses diimplementasikan di Brasil untuk kondisi normal. Untuk daerah perkotaan, alangkah baiknya program ini disejalankan dengan program perbaikan kondisi lingkungan. Baik berupa program perbaikan selokan, bandar, pembersihan rumah, dan perbaikan sarana perumahan, serta yang mungkin dapat meningkatkan aktivitas masyarakat bekerja saat bersamaan kondisi lingkungan kembali semakin baik. N amu n untuk daerah perdesaan, program kompensasi kepada petani, petambak, dan sejenisnya sangat diperlukan. Mengingat kebanyakan dari masyarakat petani gagal panen pada daerah yang dilanda bencana. Maka program cash for work juga ditujukan pada mengaktifkan kelompok masyarakat untuk memperbaiki sarana pertanian, selain dari masyarakat diajak kembali untuk melakukan penanaman ulang tanaman yang rusak, atau pembuatan kolam ikan dan sejenisnya. Agar program ini tidak dipelintir oleh para politisi, sebaiknya program kompensasi pascabencana ini dilakukan secara nasional. Dialokasikan pembiayaannya melalui dana APBN, dan dilaksanakan oleh daerah setidaknya dalam satu bulan penuh. Semoga kita tidak lalai. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar