Sabtu, 23 Maret 2013

Motivator Paling Hebat


Motivator Paling Hebat
Billy Boen ;  EO PT YOT Nusantara; 
Director PT Jakarta International Management; Shareholder, Rolling Stone Café
KORAN SINDO, 22 Maret 2013
  

Saya sering diminta untuk menjadi pembicara di berbagai acara di kampus dan kantor. Ketika saya diperkenalkan oleh master of ceremony (MC), “Mari kita sambut motivator kita, Mas Billy Boen.”

Tahu apa yang pertama akan saya sampaikan ketika saya di panggung? Biasanya, kalau saya diperkenalkan demikian, saya akan menunda presentasi saya sekitar satu hingga dua menit. Untuk apa? Untuk meluruskan suatu hal. Saya sampaikan kepada peserta seminar maupun workshop yang ada di ruangan, “Maaf, saya harus meluruskan satu hal. Saya bukan seorang motivator. Kapasitas saya hari ini sebagai seorang entrepreneur yang hanya ingin berbagi pengalaman. Jadi kalau panitia mengundang saya ke sini untuk memotivasi teman-teman semua, berarti panitia salah mengundang.”

Biasanya, seluruh peserta terdiam sejenak, karena mereka tidak tahu apa yang saya maksud. Dan ketika itu pula, saya melanjutkan penjelasan saya, “Menurut saya, motivasi yang sesungguhnya hanya ada di dalam diri kita masing-masing. Seseorang bisa saja bilang: Anda bisa! Nah kalau Anda sendiri tidak ingin atau tidak memiliki motivasi untuk melakukannya, ya hal tersebut tidak akan terjadi. Jadi, dalam dua jam ke depan saya tidak akan bilang: Anda pasti bisa! Atau, Anda pasti sukses!”

Hal yang mengherankan, setelah saya mencoba meluruskan sebutan saya sebagai seorang motivator, peserta seminar maupun workshop tidak ada yang beranjak pergi meninggalkan ruangan. Mereka malah duduk, menyimak seluruh cerita dan presentasi saya dan sangat antusias ketika dibuka sesi tanya jawab. Kenapa mengherankan? Karena tidak sekalipun saya ‘menjanjikan’ kepada mereka bahwa mereka pasti bisa sukses. Tapi tetap, mereka tidak beranjak hingga sesi saya untuk berbagi selesai. Suatu hari personal assistant (PA) saya juga pernah dihubungi oleh sebuah majalah wanita terkenal di Indonesia. 

Majalah tersebut ingin mengangkat profil tiga orang ‘motivator’, salah satunya adalah saya. Dengan segala keyakinan, PA saya bilang, “Saya tolak ya, Pak?” Saya bilang, “Jangan. Saya mau terima wawancara itu.” PA saya bingung. Kenapa saya menerima permintaan wawancara tersebut? Karena menurut saya, itulah salah satu kesempatan yang baik untuk menyampaikan ke para pembaca majalah tersebut bahwa saya bukan seorang motivator. 

Jadi, ketika bertemu reporter yang akan mewawancarai saya, saya langsung menjelaskan apa yang menjadi pemikiran saya tentang motivasi diri; sama seperti yang telah saya jelaskan di atas. Adapun permintaan saya kala itu yang harus disetujui, dan disetujui oleh sang reporter, adalah membuat judul liputan wawancara saya: “Saya Bukan Motivator.” Kenapa saya tidak mau disebut sebagai motivator? 

Karena saya benar-benar percaya bahwa motivasi diri yang sesungguhnya hanya bisa ditimbulkan oleh diri sendiri, bukan oleh orang lain. Saya bisa menunjuk-nunjuk Anda sambil berteriak, “Anda pasti bisa sukses! Anda pasti akan kaya raya!” tapi kalau Anda merasa sukses atau kaya raya bukanlah tujuan hidup Anda, saya cukup yakin Anda tidak akan termotivasi oleh teriakan saya. 

Sebaliknya, tanpa seorang motivator berteriak-teriak dan menunjuk-nunjuk Anda, kalau Anda ingin menjadi orang yang sukses dan memiliki uang yang banyak, saya rasa kesempatan Anda untuk mencapai hal tersebut menjadi lebih besar. Apakah Anda pasti bisa mencapai apa yang Anda inginkan? Jawabannya: Tergantung. 

Tergantung apa? Tergantung seberapa kuat kemauan Anda untuk mencapainya. Kalau Anda memiliki keinginan kuat untuk mencapainya, kesempatan Anda menjadi lebih besar. Tapi tetap, bukan berarti Anda pasti akan berhasil mencapainya. Tahukan Anda bahwa di luar negeri tidak ada seorang pun yang dipanggil ‘motivator’? Di luar sana, yang ada adalah motivational speaker, yang artinya adalah seseorang yang berbicara atau membahas topik tentang motivasi diri. 

Mereka tidak mengklaim dirinya akan memotivasi para peserta seminar. Jadi kalau para peserta seminar merasa termotivasi, ya karena mereka sendiri yang setelah mendengarkan kata-kata yang disampaikan oleh para pembicara, memotivasi dirinya masing-masing. Seorang ‘motivator’ muda pernah meminta untuk bertemu saya. Dia menjelaskan bahwa dia sering dipanggil bicara di berbagai kampus dan perusahaan. Topik yang dibahas salah satunya adalah “entrepreneurship”. 

Anehnya, ketika saya tanya dia, apalagi yang dia lakukan, dia menjawab bahwa menjadi ‘motivator’ adalah satu-satunya yang dia lakukan. Di dalam melakukan kegiatannya tersebut dia tidak dibantu oleh satu orang pun. Jadi, dengan kata lain, dia bukan seorang entrepreneur (pengusaha), tapi dia adalah seorang self-employed (orang yang mempekerjakan dirinya sendiri). 

Saya katakan ke dia bahwa seorang Donald Trump (pengusaha properti sukses di Amerika Serikat) dan Sir Richard Branson (pemilik Grup Virgin yang memiliki 350 lebih perusahaan), ketika diminta bicara di berbagai seminar publik, mereka hanya membagikan pengalamannya. Saya tahu betul karena beberapa tahun yang lalu saya hadir di seminar publik yang menghadirkan Sir Richard Branson sebagai pembicara. Dengan kata lain, dia “walk the talk”atau kalau Bahasa Indonesianya: Dia mengatakan apa yang dia telah lakukan. 

Bukan hanya terbatas pada teori belaka. Saya tidak dapat menyalahkan mereka yang ingin menjadi motivator, selama tujuan sesungguhnya adalah berbagi dengan sesama. Sayangnya banyak anak muda yang ingin menjadi motivator karena popularitas dan kemudahannya mendapatkan uang. Si motivator muda yang bertemu saya itu mengaku memasang fee Rp3 juta, dalam sebulan dia bisa menerima 20 panggilan bicara. Silakan hitung sendiri penghasilannya per bulan. 

Modalnya apa? Public speaking dan rajin membaca buku. Ketika saya bertemu seorang mahasiswa yang bilang bahwa cita-citanya menjadi seorang motivator, saya katakan kepadanya, “Bagaimana Anda akan mencoba untuk memotivasi orang lain, kalau Anda belum punya pencapaian apa pun?”
Hal serupa saya utarakan ketika menjawab pertanyaan seseorang, “Mas Billy, saya punya seorang teman, dia sering malas-malasan. Saya ingin sekali memotivasi dan menginspirasi dia supaya tidak malas-malasan. Bagaimana caranya?” Jawaban saya demikian, “Cara terbaik untuk menginspirasi orang lain adalah dengan hal konkret yang kita lakukan.” Maksud saya, kalau Anda adalah seseorang yang sukses, ketika Anda bicara, orang lain akan lebih mendengarkan Anda, dibandingkan jika Anda bukan siapa-siapa. 

Jadi, mulai sekarang, jangan jadi anak muda yang cengeng. Jadilah Generasi Semangat Baru. Jadilah anak-anak muda Indonesia yang berjiwa tahan banting. Ketika menghadapi rintangan, jangan menyerah. Jangan berpikir, bahwa Anda perlu mendengarkan motivator bicara sebelum Anda bisa bangkit dari keterpurukan Anda. Kenapa? Karena sesungguhnya, Andalah motivator paling hebat!  See you ON TOP!  ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar