Rabu, 23 Januari 2013

Peta Pertarungan Pemilu Israel


Peta Pertarungan Pemilu Israel
Toni Ervianto ;  Dosen Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN)
REPUBLIKA, 23 Januari 2013



Pemilu Israel dilaksanakan pada 22 Januari 2013 untuk memilih perdana menteri baru Israel masa bakti 2013-2018. Dalam sistem parlementer yang digunakan di Israel, perdana menteri harus memiliki dukungan mayoritas di parlemen. Jajak pendapat yang dilakukan media Israel menunjukkan, sekitar 120 kursi Parlemen Israel yang diperebutkan dalam pemilu.

Sejauh ini, menurut hasil salah satu survei yang diadakan di Israel yang diterbitkan surat kabar Haaretz, yang berhaluan kiri, menunjukkan, Netanyahu dan sekutu-sekutunya bakal memperoleh 68 kursi, oposisi yang terdiri dari partai- partai sayap kiri akan memperoleh 52 kursi, dan Partai Buruh mendapat 16 kursi serta Bayit Yahudi 14 kursi. 

Namun, sekitar tiga pekan sebelum pemilu, 31 persen warga yang berhak memberikan suara belum memutuskan pilihan. Mereka tidak tahu partai mana, dari 34 yang ikut pemilu, yang sebaiknya mendapat dukungan. Jajak pendapat ini juga menunjukkan bahwa Partai Likud pimpinan Netanyahu dan koalisinya, partai sayap kanan dan agama, akan menang karena oposisi kini terfragmentasi.

Sementara itu, menurut jajak lainnya yang dilakukan media-media di Israel, Likud-Beitenu dipastikan meraih 34 kursi di Knesset. Ada beberapa parpol yang cukup berpotensi untuk meraih suara signifikan dalam Pemilu Israel. Antara lain, Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Israel saat ini Benjamin Netanyahu, Partai Rumah Kita Israel yang berhaluan kanan diketuai Avigdor Lieberman, Partai Rumah Yahudi yang dikepalai multimiliuner Naftali Bennett yang juga tentara cadangan Israeli Defence Forces didukung kaum muda Israel. 

Isu-isu Panas

Ada beberapa isu yang diangkat dalam Pemilu Israel, 22 Januari 2013, antara lain, Partai Likud melalui Netanyahu mengatakan, ancaman strategis yang dihadapi negaranya adalah senjata nuklir Iran. Oleh karena itu, Netanyahu berambisi melakukan aksi militer ke Iran.

Di samping itu, isu permukiman menjadi topik pembahasan panas dalam kampanye pemilu parlemen Israel. Kubu Netanyahu (Likud) tidak henti-hentinya mengampanyekan pembangunan permukiman Yahudi. Sementara itu, fraksi oposisi dari Hatnuah, Tzipi Livni, justru mengatakan bahwa pembangunan permukiman itu akan menjadi bumerang bagi Israel karena wilayah permukiman tersebut akan diberikan ke Palestina usai kesepakatan perjanjian damai.

Moshe Feiglin (pemimpin Partai Likud) pada 2 Januari 2013 mengatakan, Likud akan memberikan kompensasi kepindahan kepada setiap kepala keluarga Arab di Yudea dan Samaria (Tepi Barat) sebesar 500 ribu dolar AS. Feiglin bahkan mengklaim 80 persen warga Palestina di Jalur Gaza dan 65 persen warga Palestina di Tepi Barat bersedia pindah dari daerah masing-masing.

Isu lainnya adalah Komite Pusat Pemilu Israel mulai membahas petisi mendesak pendiskualifi kasian Hanin Zoabi dari Partai Balad, Israel, di Pemilu Parlemen 2013. Zoabi dituduh mendukung gerakan perjuangan rakyat Palestina. Petisi itu disponsori anggota Knesset (Parlemen Israel) dari Partai Likud Ofir Akunis. Akunis mengklaim, anggota Knesset keturunan Arab itu ingin menghancurkan Israel dengan partisipasinya di kapal Mavi Marmara pada 2010.

Sejauh ini, Partai Balad dan United Arab juga dituduh mendukung gerakan perjuangan rakyat Palestina terhadap Israel. Meski demikian, Jaksa Agung Israel Yehuda Weinstein menilai, belum ada bukti yang cukup untuk mendiskualifikasi salah satu kandidat. Sementara itu, dakwaan korupsi dan pencucian uang yang dijatuhkan Pemerintah Israel ke mantan Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman melalui Jaksa Agung Yehuda Weinstein akan berakibat fatal. Hal ini bisa menjadikan hak Lieberman berkecimpung di politik bisa dicabut, seperti diberitakan The Daily Telegraph, Senin (31/12/2012). 

Posisi Netanyahu Kemungkinan besar, Pemilu Israel akan dimenangkan Partai Likud dan aliansinya sehingga akan kembali menempatkan Benjamin Netanyahu sebagai PM Israel pada 2013-2018. Meskipun diperkirakan akan memenangi pemilu, sosok Netanyahu kurang disenangi sejumlah kalangan di dalam dan luar Israel.

Di Kota Modi'in, dekat wilayah Yerusalem, Partai Buruh Israel yang beraliran kiri menggelar pertemuan terbuka pada 13 Januari 2013. Melalui pimpinan Partai Buruh, Shelly Yachimovich menyatakan, Benjamin Netanyahu dinilai sudah tidak layak lagi menjadi PM Israel. Partai Buruh juga memiliki pandangan yang sangat berbeda dengan Netanyahu. Sementara itu, Partai Shas yang ultra-ortodoks khawatir jika Netanyahu menang, nilai-nilai religius akan terancam.

Kompatriot Netanyahu dalam politik internasional, yaitu Presiden Barrack Obama, juga kurang senang dengan PM Israel tersebut. Dalam sebuah artikel di media AS yang dikutip media Israel, Hayom (16/10213), Obama dinilai mencoba menggambarkan perdana menteri Israel sebagai seorang pengecut dan pecundang politik dalam isu Palestina. 

Kebijakan pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina yang disetujui Netanyahu membuat Israel kian terisolasi. Sebagai catatan, Netanyahu mendukung Mitt Romney dalam Pilpres AS 2012. Dipimpin oleh siapa pun, Israel tetap jadi agresor dan AS tetap akan mendukungnya sehingga pernyataan Obama hanyalah `sandiwara politik'. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar