Partikel
Higgs dan Humor Gamov
L Wilardjo ; Fisikawan
KOMPAS,
03 Agustus 2012
Dalam tulisannya yang bagus,
”Perburuan Asal Alam Semesta”, di Kompas (9/7), fisikawan LT Handoko
mengatakan, ”sering ... popularitas mengalahkan realitas sejarah sehingga ...
hanya nama Higgs yang dipakai, (dan boson itu) tidak dinamai ’partikel
Higgs–Englert–Brout’.”
Padahal, yang mengembangkan
hipotesis tentang munculnya partikel itu sebagai akibat kerusakan simetri
secara spontan bukan hanya Peter Higgs, melainkan juga Francois Englert dan
Robert Brout (1964). Mekanisme serupa diusulkan Gerald Guralnik, Richard Hagen,
dan Tom Kibble.
Boson itu dijuluki ”partikel
Tuhan” sebab ia merupakan awal terciptanya semua partikel masif, bermassa tak
nol, di jagat raya. Higgs merasa tak nyaman dengan julukan ilahi ini. Ia
memerlukan waktu lama sebelum mulai terbiasa dengan sebutan itu.
Higgs memang rendah hati.
Lagi pula, tentulah ia tahu bahwa gagasan tentang perusakan simetri itu,
seperti dikatakan LT Handoko, telah dikemukakan Yuichiro Nambu pada awal
1960-an. Nambu bersama Han di Universitas Chicago merintis kromodinamika dengan
memperkenalkan tiga warna yang memberi ciri tambahan kepada quark.
Masih Gelap
Munculnya massa itu bukan
sulapan. Itu bukan penciptaan dari ketiadaan, creatio ex nihilo, tetapi dari energi yang terkandung dalam medan
sesuai dengan E>mc2 Albert Einstein. Selain ini, kalaupun partikel yang
ditemukan dua tim peneliti, ATLAS dan CMS, di Pusat Penelitian Riset Nuklir
Eropa (CERN), Geneva, dalam benturan hebat di dalam pemercepat yang disebut
Pembentur Hadron Besar (LHC) ini ternyata memang partikel Higgs, massa yang
mekanisme pembentukannya terungkap baru 4 persen dari seluruh massa (di) jagat
raya.
Keberadaan yang 96 persen
diyakini dari efeknya yang tampak pada meningkatnya laju pemuaian jagat raya
dan pada agihan benda langit. Karena
yang teramati hanya efeknya, sedangkan ”dia” sendiri tak kelihatan dan asal
muasal serta hakikatnya masih gelap, muncullah julukan energi gelap dan materi
gelap. Inilah yang masih diteliti terus, baik dengan alam raya sebagai
laboratorium maupun dengan pemercepat besar seperti LHC di CERN, Geneva, dan
Tevatron di Fermilab, Batavia, Illinois, sebagai sarananya.
Teori terciptanya partikel
bermassa tak nol itu sudah ada jauh sebelum teori Guralnik–Hagen– Kibble dan
Higgs–Englert–Brout dipublikasikan tahun 1964. Pada 1939, Hans Bethe
mengemukakan teori fusi dalam lingkungan yang teramat sangat panas di bagian
dalam bintang. Proton berfusi menjadi
deutron, lalu helium-3, kemudian muncul inti helium (atau partikel alfa).
Bethe juga mengemukakan
mekanisme fusi proton lain yang disebut daur karbon sebab dalam daur ini karbon
berperan sebagai katalis. Pada 1948, George Gamov dan Ralph Alpher memublikasikan
teori tentang pembentukan unsur-unsur. Gamov dengan persetujuan Alpher
menyisipkan nama Bethe sebagai pengarang. Padahal, pengarang makalah itu hanya
dia dan Alpher. Itu dilakukannya mungkin untuk menghormati Bethe.
Jelas tak ada maksud Gamov
mendongkrak namanya dengan menggandeng nama besar Bethe sebab dia sudah diakui
komunitas ilmuwan sebagai fisikawan cemerlang. Memperoleh restu Stalin ”magang”
pada Ernest Rutherford di Laboratorium Cavendish, Inggris, setelah kembali ke
Rusia, ia yang minggat dan membelot ke Barat ini memang jenakawan. Dengan
sisipan nama Bethe, pengarang makalah itu: Alpher, Bethe, dan Gamov, rangkaian
tiga abjad pertama Yunani: alfa, beta, gamma.
Teori fusi Bethe
dipublikasikan dengan judul ”Produksi Energi di Bintang”, sedangkan teori
”Alfa-Beta-Gamma” dituangkan Alpher dan Gamov dalam makalah ”Asal-usul
Unsur-unsur Kimia”. Menurut teori ”Alfa-Beta-Gamma”, helium, litium, dan unsur
yang lebih besar lain terbentuk ketika jagat raya masih berupa ”bintik” energi
yang teramat-sangat dahsyat dan luar biasa padat sesaat setelah Dentuman Besar,
Big Bang.
Istilah Big Bang diciptakan Fred Hoyle. Oleh Hoyle, nama itu untuk jagat
raya terdini yang ultrapanas tersebut dimaksudkan sebagai ejekan. Karena
disebarkan pers, istilah itu dipakai orang sampai kini. Hoyle mengecam teori
Alpher dan Gamov. Yang tercipta beberapa saat setelah Dentuman Besar hanya
proton, deuteron, helium-3, dan helium. Unsur selanjutnya tercipta setelah
lahir bintang-bintang. Mekanismenya seperti yang dijelaskan Bethe: fusi
termonuklir di pusat bintang.
Setelah proses pembentukan
unsur di saat-saat pertama pasca- Dentuman Besar sampai ke nomor massa 4
(helium), jagat raya ultradini sudah memuai cukup ”besar” sehingga suhunya
sudah tak lagi cukup tinggi memungkinkan fusi proton-proton. Gamov galau dan
jengkel karena ada dua mekanisme pembentukan unsur yang berbeda. Namun, dasar
jenakawan, kejengkelannya disalurkannya menjadi sajak ”parodi Alkitabiah” berjudul ”Kejadian
Baru” (New Genesis). Sajak itu di
baris pertamanya dimulai dengan ”Pada
mulanya Tuhan menciptakan energi dan yelm....”
Yelm ialah materi primordial. Selanjutnya
dalam sajak itu dibayangkan bahwa Tuhan menciptakan unsur-unsur cukup hanya
dengan menyabdakan nomor massanya. Nomor massa ialah jumlah nukleon, yang bisa
berupa proton bermuatan positif atau neutron yang netral. Celakanya, Tuhan ”lupa” akan nomor massa lima sehingga
nyaris menggagalkan berlanjutnya proses penciptaan-Nya. Daripada mulai lagi
dari awal, Dia mereka-cipta pemecahan alternatif. ”Dan Tuhan pun bersabda: ’Jadilah Hoyle’, lalu Hoyle
diperintah-Nya menciptakan unsur-unsur berat seenaknya sendiri.”
Waktu itu Gamov, pembelot
dari Rusia tersebut, dosen dan peneliti di Universitas George Washington. Dalam
bahasa Inggris, Hoyle dilafalkan seperti hole, lubang, bolong. Ya, bolong
setelah hitungan ”jadilah” keempat yang dititahkan Tuhan untuk membuat unsur
dengan nomor massa lebih besar dari empat.
Lelucon
Kisah di atas sekadar humor
fisika seputar asal usul materi di jagat raya. Jangan diterima serius, apalagi
dianggap menyebarkan isu SARA! Partikel yang dijuluki ”partikel Tuhan” dan
didaku ditemukan di LHC-CERN pada 4 Juli lalu juga disebut boson Higgs. Ini
bukan kemauan Higgs. Namun, nama itu bisa juga dianggap lelucon. Soalnya,
penggagas kelahiran massa sebagai akibat kerusakan simetri spontan bukan cuma
Higgs.
”Lelucon” serupa terjadi
ketika Edwin Powell Hubble (astronom Inggris) dinobatkan sebagai ”penemu”
pemuaian jagat raya (1929). Padahal, 15 tahun sebelumnya pemuaian jagat raya
itu dikemukakan Vesto Melvin Slipher di kongres Sosietas Astronomi Amerika.
Semua peserta kongres itu serentak berdiri sambil bertepuk tangan menyambut
pengumuman Slipher yang didasarkannya pada efek Doppler itu. Celetuk Stephen
Hawking kemudian: ”Hubble mendengar (gemuruh standing ovation itu).”
Celetukan Hawking yang
mencemoohkan ilmuwan sesama-bangsanya ini entah tepat entah tidak sebab
menjelang merampungkan Relativitas Umum (1916), Einstein merasa kekurangan data
eksperimen menambahkan suku yang mengandung tetapan kosmologis pada persamaan
medan gravitasinya atau tidak. Mungkin Einstein tidak mengetahui temuan
Slipher? ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar