Saatnya PON
Ditangani Swasta
( Wawancara )
Rachmat Gobel ; Ketua Harian Indonesia SEA Games Organizing
Committe (INASOC)
|
SUARA
KARYA, 25 Agustus 2012
Pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 di Riau tinggal dua
pekan lagi. Namun, berita tak sedap perihal belum siapnya venue tempat pertandingan masih saja terdengar. Semakin dekat waktu
pelaksanaan, Panitia Besar (PB) PON Riau terkesan semakin kalang-kabut
menyiapkan diri.
Hal ini pun membuat sejumlah pihak bertanya-tanya, apakah pada
saat pelaksanaannya nanti semua benar-benar sudah siap?
Persiapan PON saat ini memang sedikit mirip dengan saat
pelaksanaan SEA Games 2011 di Palembang lalu dimana Indonesia menjadi tuan
rumah. Hal ini diakui pengusaha Rachmat Gobel yang menjadi Ketua Harian
Indonesia SEA Games Organizing Committe (INASOC) saat dihubungi wartawan Harian
Umum Suara Karya, Syamsudin W, Kamis (23/8) malam.
Berikut petikan wawancara tersebut.
Sebelumnya Minal Aidin
Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin, berhubung masih suasana Idul Fitri nih!
Ya, sama-sama. Selamat Hari Raya Idul Fitri juga.
Pelaksanaan PON semakin dekat, namun sejumlah venue dikabarkan
belum siap. PB PON saat ini pun berlomba dengan waktu sehingga terkesan tak
siap. Berdasarkan pengalaman Anda saat menangani SEA Games 2011 lalu,
sebenarnya apa sih yang jadi kendala?
Sebenarnya event seperti
SEA Games dan PON memang membutuhkan waktu persiapan yang cukup lama. Maka dari
itu, seharusnya kita tidak memandang PON sebagai sebuah proyek atau kegiatan
olahraga sesaat saja. Harus ada maksud dan tujuan jelas yang bisa dipetik di
masa depan. Sehingga, kita akan menyiapkannya dengan sungguh-sungguh dan
terencana dengan baik.
Dalam hal pelaksanaan PON, haruslah berfikir sebagai sebuah
investasi daerah, tidak hanya di bidang olahraga, tetapi juga bagaimana secara
ekonomi daerah bisa berkembang dengan adanya PON. Jadi, kegiatan seperti PON
tidak sia-sia di masa mendatang. Daerah harus merasakan manfaat langsung dengan
peningkatan perekonomian di masa depan. Jadi, kegiatan PON harus bisa mendorong
peningkatan perekonomian daerah.
Jika pola berfikir kita seperti itu, maka saya yakin segala
kendala yang ada bisa teratasi dengan baik. Karena, maksud dan tujuan kita
jelas.
Mungkin Anda punya saran agar ke depan, hal seperti ini tidak
terjadi lagi?
Ya, saya pikir pemerintah harus berani mempercayakannya kepada
swasta. Biar pelaksanaan PON itu diserahkan kepada swasta agar investasi bisa
berjalan cepat dan ada profit yang bisa didapat. Dengan demikian perekonomian
di daerah yang menjadi tuan rumah bisa meningkat. Itu kan yang sebenarnya harus
dicapai? Apalagi, PON tuan rumah bergilir.
Jika kita berpikirnya untuk kemajuan dan pengembangan di daerah,
maka daerah harus benar-benar bisa mengambil keuntungan secara ekonomi di
kemudian hari. Bukan sekadar (menganggap) event
yang setelah selesai terlupakan begitu saja, tanpa ada manfaat bagi daerah.
Menurut Anda, apa sih faktor penghambatnya?
Birokrasi yang bertele-tele. Jika birokrasi dominan, ya yang
terjadi seperti sekarang ini. Segala sesuatunya berjalan lambat. Padahal,
panitia dikejar-kejar deadline waktu pelaksanaan. Ketika waktu pelaksanaan
sudah dekat, baru kelabakan.
Waktu saya menangani SEA Games, saya pernah mendesak agar
diberikan Keppres untuk penunjukkan langsung kepada pihak swasta. Payung hukum
ini penting agar panitia bisa bergerak cepat. Jadi, menurut saya, PON lebih
baik diserahkan pengelolaannya oleh swasta dengan payung hukum berupa Keppres
sehingga panitia bisa leluasa bergerak namun tetap dengan pertanggungjawaban
yang jelas. Dengan Keppres tersebut, bisa dipertanggungjawabkan di kemudian
hari.
Kenapa harus Keppres?
Agar bisa lebih leluasa bergerak dan cepat dalam pengambilan
keputusan. Tapi, juga bisa dipertanggungjawabkan di kemudian hari. Ini untuk
menembus birokrasi yang berbelit-belit. Selain itu, event seperti PON
sebetulnya tak hanya dilihat oleh masyarakat dalam negeri saja, negara lain pun
melihat dan menilai kita.
Begini persisnya, kegiatan seperti PON atau SEA Games bukan
sekadar olahraga semata. Tapi, kegiatan itu harus bisa membangun optimisme dan
sportivitas. Jika negara lain melihat kita sebagai negara yang penuh optimisme
dan sportivitas, maka mereka tidak ragu untuk berinvestasi. Ini kan bisa
menguntungkan daerah jika ada investasi asing yang masuk.
Karena pemerintah ingin daerah juga berkembang, maka dari itu,
kita harus menjadikan PON sebagai bagian dari pembangunan nasional jangka
panjang. Bukan semata-mata urusan tuan rumah di daerah saja, tapi sudah menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat juga.
Tampaknya itu yang membuat Anda semangat jika kegiatan itu mampu
mendorong
pengembangan di daerah sehingga Anda mau membantu di SEA Games 2011
lalu?
Ya. Seperti saat SEA Games 2011 lalu, kenapa saya mau menjadi
Ketua Harian INASOC. Karena, saya ingin ikut berperan agar daerah ikut maju dan
berkembang. Kebetulan ketika itu Palembang sebagai tuan rumah. Kita kan ingin
daerah itu mampu dan bisa berkembang.
Tapi, kabarnya, SEA Games 2011 lalu justru menyisakan persoalan?
Nah, inilah yang saya sesalkan. Terus terang, saya sudah banyak
berkorban, baik tenaga, pikiran maupun pendanaan. Tapi, kenapa belakangan
justru seolah-olah saya yang disudutkan? Nanti ada waktunya saya akan
'buka-bukaan'. Saya akan beberkan semua apa yang sebenarnya terjadi.
Saya juga berharap ini tidak terjadi pada PON Riau nanti. PON
harus bisa menghasilkan manfaat, bukan menyisakan persoalan.
Tapi Anda Optimistis PON akan berjalan tepat waktu?
Ya, kita harus positive thinking. Harus tetap optimis. Saya
percaya pada akhirnya akan bisa dilaksanakan dengan baik. Hanya saja, harus ada
terobosan di masa mendatang agar kejadian-kejadian dalam persiapan PON atau SEA
Games tidak terulang lagi. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar