Sabtu, 07 Januari 2012

Sejarah Masa Depan

Sejarah Masa Depan
Yonky Karman, PENGAJAR DI SEKOLAH TINGGI TEOLOGI JAKARTA
Sumber : KOMPAS, 7 Januari 2012


Sejarah biasanya tentang masa lalu yang sudah pasti. Sejarah tidak berurusan dengan masa depan. Seolah-olah sukses tahun lalu berlanjut dan kegagalan tahun lalu diputihkan. Orang memasuki tahun baru tanpa waswas. Namun, awas! Satu hal yang pasti dari masa depan adalah ketidakpastian.

Ketidakpastian itu memberi ruang bagi cemas dan selalu ada upaya mengontrol masa depan. Ramalan selalu menarik karena masa depan ditarik jadi bagian masa kini. Awan prospek negatif menyelimuti kawasan Eropa dan masih bergelayut di Amerika Serikat. Pesimisme ekonomi lebih nyata daripada ramalan kiamat semesta 2012.

Meski dibelit krisis ekonomi, prospek negara maju tetap kokoh karena kemajuan mereka disertai pendalaman peradaban. Mereka tidak hanya berhasil di arus atas yang serba fisik dan terukur, tetapi juga kuat di arus bawah peradaban.

Di negara maju, hukum tegak melindungi kemanusiaan. Penegak hukum berwibawa. Korupsi diharamkan meski masyarakatnya sekuler. Negara tak disandera elite politik dan pengusaha. Rakyat mendapat perlindungan dan jaminan minimal untuk hidup layak. Berbeda dengan negara berkembang yang masih dibelit kemiskinan. Bayi ketujuh miliar lahir di India, Banglades, Filipina, dan Kamboja. Dunia semakin sesak. Kesenjangan sosial semakin lebar.

Ambiguitas Masa Depan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Oktober 2011, jumlah penduduk miskin Indonesia per Maret memang turun satu juta jiwa dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, jumlah penduduk hampir miskin bertambah lima juta jiwa. Satu juta jiwa naik status dari miskin ke hampir miskin. Empat juta jiwa turun status dari tidak miskin ke hampir miskin. Standar garis kemiskinan jauh dari kebutuhan hidup layak.

Memang kini ada sekitar 100 juta jiwa kelas menengah di Indonesia. Namun, sebagian besar berpenghasilan 2 dollar AS-4 dollar AS per kapita per hari, masih di bawah upah buruh kasar. Dari 109,7 juta pekerja, sebanyak 70 persen berada di sektor informal. Ketersediaan lapangan pekerjaan dan kelayakan upah buruh masih menjadi soal besar bagi pemerintah.

Namun, elite politik terbuai dengan pujian internasional. Tahun baru dimaknai sebagai jalan menghapus jejak kegagalan pemerintah menuntaskan akar masalah bangsa. Seorang aktivis hak asasi manusia, Sondang Hutagalung, tak membiarkan sejarah Indonesia ditulis menurut versi pemerintah. Mahasiswa dengan prestasi akademis itu merasakan kuatnya arus bawah peradaban Indonesia yang berjalan mundur: arus dehumanisasi.

Kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia membebani perjalanan bangsa ke depan. Menurut hasil riset Setara Institute, kualitas penegakan HAM 2011 sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya dengan skor berkisar 1,4 hingga 3,1 (skala 0 untuk paling lemah dan 7 untuk paling kuat).

Negeri ini sarat tragedi kemanusiaan justru ketika ekonomi sedang baik. Hak warga ditindas. Pelakunya adalah sesama bangsa. Pelakunya adalah alat negara. Belum selesai dengan kasus Freeport, mencuat tragedi Mesuji, lalu insiden Bima, masih menyusul lagi kasus serupa dengan pola yang sama. Capaian ekonomi dalam jangka pendek bukan indikator sukses bangsa, apalagi jika Indonesia hanya menjadi pasar empuk bagi produk impor.

Sejarah mencatat bangsa yang pernah besar kemudian tenggelam dari panggung dunia. Sukses bangsa harus dilihat dalam jangka panjang dalam mengikuti arus bawah peradaban. Penguasa di Indonesia menghamba kepada kekuasaan dan tak serius memikirkan masa depan bangsa. Pemerintah tidak memihak petani dan nelayan tradisional. Mereka dibiarkan miskin dan usahanya mati perlahan-lahan oleh kebijakan impor yang dikeluarkan pemerintah.

Apa yang dilakukan Sondang di depan Istana bukanlah aksi teatrikal dengan efek sesaat, tetapi memaku Indonesia pada satu titik. Gerak maju optimisme Indonesia tertahan. Pemerintah tidak bisa main-main dengan hak asasi warga. Bangsa tidak mengalami regenerasi yang sehat. Daripada regenerasi kepemimpinan politik, yang terjadi adalah regenerasi koruptor. Korupsi di Indonesia juga korupsi kemanusiaan. Rusaknya kemanusiaan yang adil dan beradab.

Membangun Masa Depan

Masa depan tidak disongsong, tetapi harus dibangun. Masa depan tak datang sendiri sebagai sesuatu yang sudah jadi dan juga bukan hasil proses hukum alam. Manusia harus mentransformasi masa depan. Daripada mengantisipasi bencana, manusia harus berubah tidak menjadi faktor bencana.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengantisipasi banjir sebagai siklus lima tahunan, memasang spanduk di lokasi tertentu sebagai lokasi penampungan, dan menyiapkan perangkat evakuasi. Seharusnya perang melawan banjir terwujud dengan warga meninggalkan kebiasaan menyampah. Pemerintah tak membiarkan kota tumbuh menjadi hutan beton. Halaman gedung dan rumah baru tak boleh kedap air karena dibeton atau diaspal.

Namun, birokrasi kita lemah dan tidak transparan. Banjir pun dianggap rutinitas dan penanggulangannya diproyekkan. Daripada menegakkan hukum secara konsisten, pemerintah memanfaatkan utang luar negeri untuk mengeruk sungai. Masa depan memang sebuah proyek. Bukan takdir, melainkan sebuah kemungkinan.

Seberapa kokoh bangunan masa depan? Betapa kagumnya kita melihat bangunan tua yang berhasil melintasi zaman. Betapa mirisnya kita mendengar laporan banyak gedung sekolah negeri di Tanah Air ambruk. Di antaranya ada sekolah yang baru selesai dibangun, direnovasi total, atau direhabilitasi berat. Bahkan, seorang siswa tewas di Kabupaten Tapanuli Utara.

Tragis sekali runtuhnya Jembatan Kartanegara yang dibangun selama enam tahun dengan biaya Rp 150 miliar dan hanya bertahan 10 tahun. Rupanya sejak awal sudah ada kegagalan struktur. Ada pergeseran pada ujung atas tiang tinggi yang berfungsi menopang kabel utama. Ditambah kegagalan sistem sambungan kabel utama dengan kabel penggantung dan ketidakpatuhan terhadap prosedur perawatan. Itu pun dianggap musibah biasa.

Jalan sejarah tidak linier, tetapi garis patah-patah. Patahannya bisa dalam. Namun, variabel tetapnya adalah hukum tabur tuai. Menabur korupsi menuai keruntuhan. Yang runtuh awalnya bangunan fisik, akhirnya peradaban. Dusta, kekacauan, dan kekerasan merajalela. Proyeksi masa depan Indonesia mengambil pijakan masa kini dengan keberanian menuntaskan utang persoalan masa lalu. Hanya kebenaranlah yang meninggikan derajat bangsa.

1 komentar:

  1. mas sejarah masa depan sendiri memiliki makna apa sih menurut anda?

    BalasHapus