Mendemokratiskan
Myanmar
Juanda Djamal, SEKJEN KONSORSIUM ACEH BARU
Sumber
: KOMPAS, 5 Januari 2012
Myanmar kini memasuki peradaban yang lebih
terbuka. Mereka menyadari bahwa kekuasaan militer tak dapat menempatkan diri
mereka untuk bersanding dan bersaing secara global. Atas dasar itulah, Myanmar
pelan- pelan membangun paradigma baru pemerintahan yang demokratis.
Keterbukaan politik Myanmar kian diperjelas
saat penanganan bantuan darurat bagi korban badai Nargis, Mei 2008. Lebih
menarik lagi, Pemerintah Myanmar menghendaki ASEAN berperan dalam penanganan
tersebut. Indonesia jadi pilihan mereka.
Partisipasi Myanmar semakin kuat di tingkat
regional, bahkan Myanmar akan menjadi tuan rumah KTT ASEAN pada 2014. Tentunya
Pemerintah Myanmar mempersiapkan langkah-langkah strategis dalam memperkuat
negaranya menjadi negara yang demokratis.
Fase transisi demokrasi telah dilakukan.
Langkah awal adalah menggelar Pemilu 2010. Pemilu tersebut diyakini awal bagi
komitmen Pemerintah Myanmar di bawah pengaruh pemerintahan sipil. Walaupun Aung
San Suu Kyi belum sepenuhnya dibebaskan dan partainya tak diperkenankan
mengikuti pemilu, serta masih terjadi beberapa peristiwa perbatasan, mesti
diakui bahwa kondisi politik Myanmar saat ini semakin menuju pada suasana yang
lebih terbuka.
Keterbukaan itu kian melebar dengan adanya
keinginan Myanmar menjadi ketua ASEAN pada 2014. Bahkan, untuk memperoleh
kepercayaan internasional, Pemerintah Myanmar merencanakan mengadakan pemilu
ulang. Keadaan politik yang seperti ini membuat Amerika Serikat cepat mengambil
inisiatif dengan mengirimkan menteri luar negeri ke Myanmar. Inisiatif tersebut
bakal diikuti kunjungan Menteri Luar Negeri Jepang dan Inggris dalam waktu
dekat. Agenda tersebut kian membangkitkan perhatian internasional atas Myanmar,
apalagi Presiden AS Barack Obama menunjukkan keseriusan untuk melihat perubahan
di Myanmar.
AS mengambil langkah cepat untuk menebarkan
kepentingan politik luar negerinya. Myanmar menjadi salah satu negara strategis
untuk memperkuat pengaruh AS di Asia Tenggara, terlebih Myanmar memiliki sumber
daya alam yang sangat besar. Tentu harapan tersebut agak berbeda dengan apa
yang dikehendaki oleh China. Apalagi, jika Myanmar menjadi demokratis, China
menghadapi tantangan baru di tingkat Asia Tenggara.
Di tengah kian intensifnya upaya
internasional untuk mendemokratiskan Myanmar, semestinya Menlu Indonesia dapat
berperan lebih besar atas upaya internasional tersebut.
Diplomasi Indonesia
Pemerintah Indonesia memiliki modal besar
untuk terlibat dalam proses mendemokratiskan Myanmar. Keterlibatan Indonesia
sudah dimulai sejak rekonstruksi bencana badai Nargis di mana beberapa ahli
rekonstruksi Indonesia terlibat. Indonesia juga mendukung Pemilu 2010 dan
terakhir mendukung kepentingan politik luar negeri Myanmar sebagai ketua ASEAN
2014.
Saat ini Indonesia memiliki kapital yang
sangat tinggi untuk bisa menancapkan pengaruh politik luar negerinya. Misalnya,
pembelajaran dari reformasi dan demokratisasi nasional, desentralisasi dan
mekanisme otonomi khusus, rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh, hingga proses
perdamaian dan demokrasi di Aceh.
Modal di atas semestinya diformulasikan
secara baik dan dijadikan senjata diplomasi di tingkat regional dan
internasional. Modal tersebut bisa jadi pemicu atas kerja sama yang lebih besar
di bidang lain, seperti perdagangan, pendidikan, investasi dan bisnis,
pertambangan, serta energi.
Politik luar negeri Indonesia rasanya semakin
tumpul. Hal tersebut dapat dilihat atas prestasi Kementerian Luar Negeri saat
Indonesia menjadi Ketua ASEAN 2011. Myanmar sebagai satu isu strategis di
tingkat internasional semestinya dapat dimanfaatkan oleh Kemlu RI untuk memulai
beberapa kerja sama penting dalam memperkuat hubungan bilateral kedua negara
atau regional. Misalnya, kerja sama peningkatan kapasitas pemimpin politik
melalui beberapa program kunjungan, pertukaran pengalaman, dan pendidikan
singkat dalam bidang legislatif. Begitu pula di bidang penguatan masyarakat
madani, bisnis dan perdagangan, dan sebagainya.
Indonesia merupakan negara besar. Sudah
saatnya kita menunjukkan kekuatan politik luar negeri dalam memengaruhi
berbagai pergerakan politik internasional. Semestinya peluang mendemokratiskan
Myanmar menjadi program strategis Indonesia pada 2012/2013. Sebab, jika
demokrasi Myanmar dapat terwujud, kepemimpinan ASEAN 2014 oleh Myanmar
sekaligus juga merupakan prestasi politik luar negeri Indonesia.
Artinya, kebijakan politik luar negeri
thousand friends and zero enemy (seribu sahabat dan nol musuh) menjadi
kebijakan yang punya landasan kokoh sebagai bukti atas posisi tawar Indonesia
yang semakin kuat. Jika tidak, pengaruh politik internasional selalu didominasi
oleh negara-negara adidaya yang memiliki senjata dan kapital keuangan yang
kuat. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar