Senin, 19 Maret 2018

Sakit, Perilaku, dan Anatomi Karakter

Sakit, Perilaku, dan Anatomi Karakter
Abdurachman  ;   Kepala Departemen Anatomi dan Histologi FK Unair dan Past President Asia Pacific International Congress of Anatomist (APICA) 6th
                                                      JAWA POS, 13 Maret 2018



                                                           
”Mayoritas mengatakan, intelektualitaslah yang membuat seseorang hebat. Mereka salah. Yang membuatnya hebat adalah karakter.”
(Albert Einstein)

PASIEN-pasien yang sakit darah tinggi harus meminum obat seumur hidup. Penderita diabetes melitus (kencing manis) juga harus mengonsumsi obat seterusnya, selama hidup. Benarkah?

Martin Hagger, profesor psikologi dari Universitas Nottingham dan Universitas Curtin Australia, banyak meneliti tentang adanya karakter dasar seseorang dan susceptibility (kerentanan)-nya terhadap penyakit. Artinya, orang yang memiliki kelemahan pada karakter tertentu rentan menderita penyakit yang sesuai dengan karakternya.

Pemahaman itu mengantar pada solusibahwausahauntukmemperbaiki karakter, sesuai dengan karakter penyakit yang diderita, merupakan jalan kesembuhan di samping konsumsi obat. Penyakit tidak bisa dicover hanya dengan obat. Penderita darah tinggi, diabetes, dan banyak lagi penyakit yang lain tidak harus mengonsumsi obat seumur hidup.

Para ilmuwan Tiongkok, yang terkenal teknik pengobatannya sejak 3.000 tahun lalu, mendasarkan pengobatan pada teori lima organ. Mereka menggolongkan organ tubuh manusia menjadi lima: liver, pankreas, jantung, ginjal, dan paru-paru. Setiap organ mewakili karakter tertentu. Liver mewakili karakter orang yang selalu bersyukur; pankreas mewakili karakter orang yang yakin, percaya diri; jantung mewakili karakter suka apa adanya; ginjal mewakili karakter pemberani; paru-paru mewakili karakter suka bahagia.

Sesuai teori pasangan, organ liver berpasangan dengan kandung empedu, pankreas dengan lambung, jantung dengan usus kecil, ginjal berpasangan dengan kandung kemih, dan paruparu dengan usus besar. Karakter suka bersyukur berpasangan dengan suka kecewa; karakter yakin, percaya diri, berpasangan dengan ragu; apa adanya berpasangan dengan menutupi; pemberani berpasangan dengan penakut; suka berbahagia berpasangan dengan suka bersedih.

Di dalam psikologi dikenal the big five personality traits, lima tipe karakter dasar. Teori tersebut digunakan secara luas. Secara empiris, penelitian telah menunjukkan bahwa lima karakter itu bersifat konstan. Studi menyebutkan bahwa teori lima karakter dasar tersebut sangat universal, tidak bergantung pada kebangsaan, usia, jenis kelamin, dan budaya. Lima karakter itu: openness, conscientiousness, extrovert, agreeableness, dan neuroticism.

Karakter openness memiliki ciri terbuka, suka bersyukur. Openness berpasangan/berlawanan dengan closeness, memiliki ciri belum mudah menerima hal-hal baru, mudah kecewa. Orang yang berkarakter conscientiousness bercirikan: kegiatannya terencana, yakin, dan tenang. Karakter conscientiousness berlawanan dengan unconscientiousness, sering gelisah dan kerap cemas. Tipe extrovert memiliki ciri apa adanya, berpasangan dengan introvert, yang memiliki ciri tertutup, mencari alasan untuk menghindar. Tipe agreeableness berciri berani, care terhadap orang lain, berpasangan dengan tipe karakter penakut, fear, egois. Tipe neuroticism memiliki ciri melankolis, sering sedih, berpasangan dengan karakter menjadikan tekanan sebagai dorongan, suka bahagia.

Bila teori lima organ dikorelasikan dengan the big five personality traits, tipe karakter yang sesuai dengan liver memiliki ciri yang semisal dengan tipe openness; tipe karakter sesuai pankreas cocok dengan tipe karakter conscientiousness; tipe karakter jantung sesuai dengan tipe extrovert; tipe karakter ginjal semisal dengan tipe agreeableness; tipe karakter paru berkorelasi dengan tipe neuroticism.

Dengan demikian, orang yang sering kecewa, tidak mudah puas, lebih rentan menderita penyakit berkaitan liver. Baik penyakit yang secara langsung menimbulkan gejala sakit pada liver atau darah tinggi akibat gangguan pada liver. Orang berkarakter suka ragu, cemas, dan gelisah rentan menderita penyakit terkait pankreas, misalnya diabetes. Pankreas berpasangan dengan lambung; orang peragu rentan terhadap penyakit mag.

Pengobatan spesifik sesuai dengan organ yang sakit adalah wajar. Namun, memperbaiki karakter sesuai dengan organ yang menderita sakit merupakan jalan menuju kesembuhan sempurna. Pengobatan sakit terkait liver menggunakan obat-obat yang sesuai. Kalau liver yang terganggu menimbulkan tekanan darah tinggi, bisa diobati menggunakan anti-darah tinggi yang sesuai. Mengubah karakter suka kecewa menuju selalu bersyukur adalah cara yang harus ditempuh agar penderita tidak mengonsumsi obat seumur hidup. Diabetes melitus dan mag diobati dengan obat-obat yang sesuai. Namun, mengubah karakter ragu menjadi karakter percaya diri, yakin, adalah pilihan bijaksana.

Keterkaitan penyakit dengan perilaku secara implisit telah disampaikan Einstein (1905) melalui persamaan E = mC2. Persamaan ini menyematkan makna bahwa perubahan bentuk/ fungsi organ (m) terjadi akibat perubahan E (perilaku, karakter). Pengaruh persamaan Einstein sangat besar dalam dunia kedokteran. Salah satu yang paling fenomenal adalah ditemukannya rantai utas ganda pasangan basa deoxyribonucleic acid (DNA) sebagaiblueprint makhluk hidup. Peran lainnya adalah dalam bidang anatomi. Anatomi yang dulu hanya membahas anatomi-morfologi (bentuk) fisik, maka –melalui persamaan Einstein– anatomi fisik ekuivalen anatomi karakter. Bentuk tubuh manusia menunjukkan karakter dasarnya.
Jadi, bagaimana dengan anatomi tubuh kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar