Teror
Bom Jakarta dan Persatuan Kita
Mimin Dwi Hartono ; Staf Senior Komnas HAM
|
MEDIA
INDONESIA, 26 Mei 2017
PADA Rabu malam, 24 Mei 2017, teror bom kembali menerpa
kita. Kali ini terjadi di Terminal Kampung Melayu Jakarta Timur yang
berakibat lima orang meninggal dan belasan lainnya luka-luka. Teror bom yang
kesekian kalinya itu bentuk dari kebiadaban, musuh semua agama, dan
menistakan nilai-nilai kemanusiaan. Hal itu disebabkan teror tidak mengenal
agama dan keyakinan, bisa mengenai siapa saja tanpa terkecuali.
Menurut hasil olah tempat kejadian perkara oleh Polri,
diduga ledakan itu berupa bom bunuh diri dengan menggunakan bom panci.
Dipastikan, dua pelaku teror ikut tewas di lokasi kejadian. Petugas Polri
sedang mengindentifikasi bagian anggota tubuh orang yang diduga merupakan
pelaku untuk menelusuri lebih lanjut siapa pelaku dan motifnya.
Selain menewaskan dua orang yang diduga pelaku, bom yang
dilaporkan meledak sebanyak dua kali itu menewaskan tiga anggota Polri dan
melukai belasan orang termasuk beberapa anggota Polri.
Para anggota Polri sedang melakukan tugas pengamanan di
sekitar lokasi yang sedang ada kegiatan pawai masyarakat menjelang bulan suci
Ramadan. Ledakan terjadi di lokasi yang padat aktivitas masyarakat karena
menjadi halte koridor penghubung bus Trans-Jakarta dan terminal angkutan
umum. Kejadian itu tentu saja sangat memprihatinkan dan wajib dikutuk karena
telah meneror rasa aman dan ketenteraman warga, membunuh dan melukai anggota
Polri serta warga masyarakat, dan terjadi dua hari menjelang bulan yang agung
dan suci, yaitu Ramadan.
Sebelumnya, polisi berhasil menggagalkan rencana bom di
Bekasi yang hendak meledakkan diri di depan istana negara. Para pelaku bisa
belajar sendiri merakit bom dari informasi yang dikumpulkan di internet dan
menebarkan ideologi sesat mereka lewat media sosial. Media sosial telah
menjadi alat propaganda yang efektif menyuburkan gerakan terorisme global.
Setelah wilayah Jakarta steril dari teror pascabom Thamrin pada 12 Januari
2016, teror bom Kampung Melayu tentu sangat mengagetkan karena terjadi begitu
tiba-tiba di tengah pusat keramaian Kota Jakarta.
Apakah aparat keamanan kecolongan atau gagal mendeteksi
gerakan teroris yang diduga merupakan bagian dari kelompok IS itu? Bom
Kampung Melayu hanya berselang dua hari pascabom yang meledak di Manchester,
Inggris, yang menewaskan 22 orang, bom di Bangkok yang melukai 24 orang, dan
serangan IS di Marawi, Filipina bagian selatan. Apakah para pelaku atau
jaringan mereka berkaitan dengan pelaku di Kampung Melayu? Aparat keamanan
wajib menelusurinya lebih jauh. Pascaledakan Manchester, Kapolri sudah
menyampaikan agar kita siap siaga menghadapi segala kemungkinan.
Pada 16 Mei 2017, untuk pertama kalinya Presiden Joko
Widodo telah memerintahkan kepada aparat Polri dan TNI untuk 'menggebuk'
siapa pun yang merongrong kewibawaan Pancasila dan NKRI. Perintah itu
merupakan penegasan untuk menyikapi suasana kebangsaan yang telah terganggu
oleh berbagai macam aksi dan gerakan intoleran dan radikal yang berpotensi
merongrong negara. Presiden meminta aksi-aksi yang merugikan bangsa dan
menguras energi bersama itu untuk dihentikan sehingga kita bisa fokus
membangun bangsa. Teror bom Kampung Melayu ialah bentuk nyata dan paling
ekstrem dari aksi radikal yang mengusung paham fundamentalis yang diduga
bermotif dan bertujuan politik.
Teror telah mengganggu dan menebarkan ancaman kepada
masyarakat yang melintasi sekat suku, agama, etnik, dan antargolongan.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan terorisme (BNPT), ciri-ciri terorisme
terkini ialah berniat untuk mendirikan khilafah, menebarkan syiar kebencian
pada agama/kelompok lain, antipersatuan dan anti-Pancasila. Negara harus
hadir untuk mengembalikan hak atas rasa aman dan kewibawaan negara. Instruksi
'gebuk' Presiden Jokowi harus ditindaklanjuti sungguh-sungguh untuk
memberantas dan menindak aksi teror yang tiada henti mengintai dan mengganggu
ketenteraman masyarakat.
Aparat keamanan harus segera melakukan penelusuran secara
menyeluruh atas pelaku dan motif bom Kampung Melayu, serta 'menggebuk'
pelakunya sesuai dengan ketentuan hukum secara tuntas dan tegas. Termasuk
bekerja sama dengan otoritas keamanan Filipina yang wilayah selatannya diduga
telah menjadi sarang IS. Jalur masuk Filipina ke Indonesia dan sebaliknya
harus diawasi dan dikontrol secara ketat. Bom Kampung Melayu terjadi pada
saat warga Jakarta masih 'terbelah' oleh pilihan politik dalam pilkada
Jakarta, antara 'gerakan prokebinekaan' dan 'gerakan yang mengatasnamakan
Islam'.
Perbedaan sikap dan keyakinan politik dengan bungkus agama
itu telah menguras energi bangsa, menorehkan luka, dan melemahkan kebersatuan
kita. Padahal, ada tantangan dan musuh yang sebenarnya yang jauh lebih
berbahaya daripada politik pilkada Jakarta, yaitu terorisme yang bisa
menghancurkan bangsa, sebagaimana telah terjadi di Suriah dan Irak. Bom
Kampung Melayu 'menggebuk' kesadaran kolektif kita sebagai bangsa bahwa
gerakan teror masih lekat dan dekat dengan kehidupan keseharian kita, serta
merupakan ancaman yang nyata. Siapa pun kita bisa menjadi korban teror, tanpa
terkecuali.
Teror tidak mengenal agama, keyakinan politik, etnik, dan
kesukuan. Teror adalah musuh kita yang paling nyata! Jangan sampai gerakan
teror memanfaatkan suasana warga yang masih terbelah dan semakin menggerus
kecintaan kita pada bangsa dengan memakai ideologi baru yang sesat. Kita
tidak rela jika teror merengut kebersatuan kita sebagai anak bangsa
Indonesia. Negara ini didirikan dengan susah payah oleh para pendiri bangsa,
kita harus menjaga kewibawaan dan keberlanjutannya. Inilah saatnya bagi kita
untuk menghentikan segala pertikaian, perselisihan, dan permusuhan yang telah
melenakan dan melemahkan kita pada musuh kemanusiaan yang sebenarnya:
terorisme!
Teror akan lebih mudah untuk menjalankan operasi dan
menyebarkan ideologinya di saat masyarakat sedang berkonflik satu sama lain
demi ambisi politik dan kekuasaan. Saatnya kita bangkit untuk melawan segala
bentuk teror karena merupakan bentuk dari pelanggaran HAM yang sangat
mendasar, yaitu hak hidup. Kita dukung Presiden Jokowi untuk memimpin di
depan 'menggebuk' terorisme sampai ke akar-akarnya. Terorisme tidak layak
mendapatkan tempat lagi di bumi Pancasila yang cinta pada kedamaian dan
keadilan berlandaskan pada ketuhanan. Inilah saatnya kita kukuhkan kerukunan
dan persatuan kita sebagai bangsa yang berdasarkan pada Pancasila. Seperti
kata Bung Karno, "Kita rukun, maka kita kuat." ●
|
Hello, everyone
BalasHapusMy name is JOSEPHINE JUMAWAN CABALLO, i live in orion bataan, phillipine. I would like to thank good mother KARINA ROLAND for helping me got a good loan after I experienced fake online borrowing loans that tricked me to get money without giving a loan, I have needed a loan for 2 years ago to start my own business in the city of orion bataan where I lived and I fell into the hands of a fake company in dubai that deceived me and did not offer me a loan. and I was very Frustrasted because I lost all my money to a fake company in dubai, because I owed my bank and my friends and I had nothing to run, on that very faithful day my friend called susan Ramirez after reading her testimony about how he got a loan from Mrs. KARINA ROLAND LOAN COMPANY, so I was forced to contact Susan Ramirez and she told me and convinced me to contact Mrs. KARINA ROLAND that she was a good mother and I was forced to put courage and I contacted Mrs. KARINA ROLAND and I were surprised by my loan that was processed and passed and within 6 hours my loan was transferred to my account and I was very surprised that this was a miracle and I had to give information about the good work of Mrs. KARINA ROLAND so I advise everyone who needs a loan to contact e-mail Mrs. KARINA ROLAND LOAN COMPANY : (karinarolandloancompany@gmail.com) or whatsapp only +1(585) 708-3478 and I guarantee you that you will give information as I have done and you can also contact me for further information about Mrs.karina Roland my email: (josephinejumawancaballo@gmail.com) may God continue to bless and love KARINA ROLAND ' mother to change my financial life.